Sinopsis Forever and Ever Episode 12

Shi Yi berdoa pada Buddha, tapi Chen tidak ikutan, dia mengaku kalau dia Atheis. Tapi tidak masalah biarpun mereka beda keyakinan, Chen akan tetap mendukungnya. Shi Yi berkata bahwa setiap kali dia melihat Buddha, dia melihat Buddha tersenyum padanya, sepertinya Buddha sangat menyukainya.  Itu artinya, Buddha memberkatinya, makanya hidupnya bahagia.

Dari kuil, mereka lalu pergi ke villa untuk menemui beberapa tetua, teman keluarga mereka. Kakek Feng sudah mendengar tentang pernikahan Chen, makanya ia membuatkan kaligrafi sebagai hadiah pernikahan.

 

Shi Yi bingung mendapat hadiah pernikahan dadakan seperti ini, dia tidak menyiapkan apa-apa sebagai hadiah balasan. Tapi kemudian dia punya ide untuk membuat sebuah lukisan sebagai hadiah balasan untuk Kakek Feng.

Dia melukis bunga lotus dan lukisannya benar-benar indah sehingga membuat Kakek Feng terkagum-kagum. Chen pun tak menyangka kalau Shi Yi ternyata bisa melukis bak seorang pelukis profesional. Dia tidak tahu karena biodata Shi Yi sama sekali tidak menyebutkan kalau dia pernah belajar melukis.

Shi Yi mengaku bahwa waktu kecil, dia pernah melihat lukisan seorang pelukis terkenal. Dia menyukainya dan mencoba menirunya. Dia belajar sendiri di kamar, dan dia paling suka melukis bunga lotus. Dia tidak terlalu berbakat melukis orang.

Dalam drama yang dia dubbing (One and Only), pemeran utamanya (Cui Shi Yi) juga suka melukis bunga lotus. Sebenarnya bunga lotus yang dilukisnya itu adalah penggambaran dari Pangeran Nanchen. Dia tidak berani melukis Pangeran Nanchen secara terang-terangan karena takut orang lain tahu dia menyukai Pangeran Nanchen, makanya dia menggantinya dengan bunga lotus.

Chen langsung tahu kalau Pangeran Nanchen yang dimaksudnya itu adalah Zhousheng Chen, orang dalam sejarah yang bernama sama sepertinya. Dia tahu karena nama Zhousheng Chen ada dalam silsilah keluarganya dan namanya memang diambil dari orang itu (Ah! Jadi dia bereinkarnasi di dalam garis keturunan keluarganya sendiri)


Dibalik sikapnya sebagai mertua yang nyebelin, sebenarnya Nyonya Zhou tulus mengkhawatirkan nasib Chen. Dia tidak setuju dengan pernikahan mereka karena dia pikir kalau Shi Yi tidak akan bisa membantu Chen dalam menjalankan kerajaan bisnis keluarga mereka karena Shi Yi berasal dari keluarga biasa. Nyonya Zhou juga yakin kalau Shi Yi tidak akan mungkin bisa melindungi Chen jika misalnya Zhousheng Xing menyerang Chen.

Sekarang ini dia masih kuat untuk melindungi Chen, tapi nanti jika dia sudah sangat tua atau tiada, siapa yang akan melindungi dan membantu Chen kalau bukan istrinya. Hanya wanita dari keluarga ningrat dan berkuasa yang bisa melindungi dan membantu Chen. 

Err... Tapi dari percakapannya dengan Nenek, ternyata Nyonya Zhou dan Zhousheng Xing dulunya sempat punya hubungan spesial sebelum Nyonya Zhou menikah dengan Ayahnya Chen. Tapi sekarang benar-benar sudah tidak ada hubungan apapun di antara mereka. Selama puluhan tahun ini, Nyonya Zhou mendedikasikan hidupnya hanya untuk mengurus keluarga Zhou dan peninggalan Ayahnya Chen saja.

Chen memperlihatkan buku silsilah keluarganya pada Shi Yi yang menyebutkan bahwa Zhousheng Chen benar-benar leluhurnya. Tapi dia penasaran akan sesuatu, kenapa waktu itu di bandara, Shi Yi ingin berkenalan dengannya. Masa cuma karena persamaan nama Zhuosheng Chen? Rasanya itu kurang masuk akal.

Shi Yi meralat, bukan cuma karena nama Zhousheng Chen, melainkan juga namanya, Shi Yi (yang sama dengan nama Cui Shi Yi). Tapi Chen juga boleh menganggapnya sebagai jatuh cinta pada pandangan pertama. Dia memang ingin berkenalan dengan Chen waktu itu.

Chen jadi malu. Kalau dinilai dari segi tampang, seharusnya Shi Yi-lah yang bisa membuat orang jatuh cinta pada pandangan pertama dan bukan sebaliknya. Chen rasa penampilan dirinya biasa-biasa saja.

"Kurasa kau sangat memesona." Ucap Shi Yi, dan dia benar-benar tulus.

Tapi sayang sekali, Chen tidak jatuh cinta pada pandangan pertama padanya. Shi Yi cuma asal mengeluh sebenarnya, eh tapi Chen malah jujur membenarkannya, dia memang tidak langsung jatuh cinta pada pandangan pertama pada Shi Yi. 

 Entahlah, mungkin karena dia orang yang kurang sensitif. Tapi... perlahan-lahan perasaannya pada Shi Yi mulai tumbuh. Tapi itu bagus juga karena perasaan yang tumbuh secara perlahan-lahan, justru akan menguatkan mereka.

Dia lalu menggunakan dua buah buku yang berbeda untuk menggambar maksudnya. Kemudian kedua buku itu sama-sama dibuka, setiap halamannya saling tumpang tindih hingga akhirnya bersatu dengan kuat (Menggambarkan bahwa kehidupan mereka yang berbeda, perlahan saling menyatu secara tumpang tindih, menjadikan hubungan mereka kuat sehingga takkan ada sesuatu atau seorang pun yang bisa menggoyahkan hubungan mereka).

Shi Yi geli mendengarnya. Mengalihkan topik, Shi Yi tanya Chen kali ini akan pergi berapa lama untuk dinasnya. Chen mengaku dua bulan. Hah? Lama sekali, laboratoriumnya di Jerman tuh meneliti apa sih?

Chen mengaku bahwa mereka tengah meneliti kemungkinan tinggal di Venus. Hah? Mereka meneliti antariksa? Memangnya Venus beneran bisa ditinggali? Tentu saja tidak untuk sekarang ini, suhu di Venus terlalu panas untuk ditinggali makhluk hidup. Tapi siapa tahu, teknologi masa depan akan memungkinkan manusia untuk membangun peradaban di sana.

Tapi pertemuan mereka tiba-tiba tersela karena Chen dipanggil Nyonya Zhou. Setelah Chen pergi, Shi Yi berusaha keras untuk melepaskan kedua buku yang menyatu itu, tapi tidak bisa, buku itu menyatu dengan sangat kuat seperti yang Chen bilang tadi (Err... masa sih sekuat itu? Aku yakin bisa dilepas dengan mudah kok. Ah, terserah lah, namanya juga drama, Heee).

Tapi setibanya di taman, Nyonya Zhou malah sudah tidak ada dan hanya ada Mei Xing seorang. Nyonya Zhou sudah pergi menemani Nenek jalan-jalan. Tapi tadi dia sudah menandatangani persetujuan pengalihan hak kekayaan sesuai wasiat mendiang ayahnya Chen. Jadi sekarang, semua warisan ayahnya Chen dan keluarga Zhou sudah resmi menjadi milik Chen. 

Sebenarnya Nyonya Zhou masih sangat marah sih, tapi tak ada yang bisa dilakukannya selain menyetujuinya karena bagaimanapun, pernikahan mereka memang sudah sah secara hukum, yang itu artinya, Chen sudah memenuhi syarat untuk mewarisi bisnis keluarga Zhou.

Chen juga perlu menandatangani surat kuasa yang menyebutkan bahwa Chen memberikan kekuasaan penuh pada Mei Xing untuk menjadi agen resminya dalam menangani segala macam urusan hukum dan bisnisnya. Dan Chen langsung tanda tangan tanpa ragu, dia benar-benar percaya sepenuhnya pada Mei Xing. Mei Xing benar-benar heran sekaligus tersentuh akan ketulusan Chen padanya.

Semua dokumen sudah selesai ditandatangani, Mei Xing pun pamit, dia harus terbang ke Jerman sore ini juga. Sayang sekali, lagi-lagi dia gagal bertemu dengan istrinya Chen.


Sekarang karena hampir semua harta kekayaan keluarga Zhou jatuh ke tangan Chen, Wen Chuan jujur mengaku pada Jia Ren alasannya menikahi Jia Ren bukan hanya karena disuruh ibunya, tapi juga karena dia pikir dia akan mendapatkan dukungan ibunya untuk menguasai harta keluarga Zhou. Tapi ternyata dugaannya salah. Ibunya adalah orang yang sangat adil dan lebih memilih keadilan daripada putra kandungnya sendiri.

Jia Ren masa bodo, lagipula dia mau pergi ke Jerman. Wen Chuan sinis mendengarnya, biarpun Jia Ren beralasan kalau dia pergi ke sana untuk melanjutkan pekerjaannya, tapi jelas niatnya yang sebenarnya adalah mengejar Chen. Wen Chuan doakan semoga dia berhasil deh. Mereka bisa bercerai kapan saja setelah Jia Ren berhasil mendapatkan hati Chen.

Wen Chuan langsung pergi menemui Wang Man untuk curhat tentang kakaknya yang sekarang sudah menjadi penguasa bisnis keluarga Zhou. Menurut Wang Man, Chen itu orang baik. Dia yakin Chen tidak akan mempersulit biarpun dia sudah menguasai bisnis keluarga mereka.

"Kau tidak mengerti. Kau cuma seorang penjahit kecil, apa yang kau mengerti?"

"Benar, aku memang tidak mengerti. Kalau begitu, Tuan Muda Kedua Zhou, silahkan kau panjatkan tembok dan keluar dari sini. Diam-diam, jangan sampai ketahuan. Oke?" Sinis Wang Man.

Tapi Wen Chuan menolak keluar dan langsung menggenggam mesra tangan Wang Man, dan bertanya. "Penjahit kecil, jika aku bercerai, apakah kau masih ingin bersamaku?"

Sebelum Chen pergi, Shi Yi memberinya kunci cadangan rumahnya. Jadi Chen bisa bebas masuk ke rumahnya kapan saja dia kembali. Shi Yi hanya mengantarkan Chen sampai depan, dan mereka berisah begitu saja, tanpa pelukan atau kecupan.

Dan jelas saja begitu keduanya berpisah, mereka sama-sama menyesali perpisahan mereka yang begitu cepat. Shi Yi menyesal karena tidak mengantarkannya sampai bandara biar setidaknya mereka bisa bersama lebih lama. Chen pun menyesal karena pergi begitu saja, seharusnya dia memeluk Shi Yi tadi atau mengganti penerbangannya biar bisa sedikit lebih lama bersama Shi Yi.


Di bandara, Paman Lin memperingatkan Chen bahwa dia sebenarnya punya saingan cinta, yaitu Sutradara Wang. Jadi dia menyarankan agar Chen tidak pergi lama-lama, kalau tidak, takutnya istrinya direbut orang. 

Ini adalah saran darinya yang notabene lebih berpengalaman dari Chen. Yah biarpun dia tidak pernah menikah, tapi bukan berarti dia tidak pernah pacaran semasa muda. Justru dulu dia jauh lebih hebat daripada Chen.

Chen itu beruntung bertemu Shi Yi. Jika tidak, mana ada wanita yang mau menikah sama Chen yang membosankan. Chen akui kalau dia memang bukan orang yang cocok untuk menikah.

Oh tidak! Paman Lin meralat, Chen itu tidak cocok untuk pacaran karena dia membosankan. Tapi untuk menikah, dia justru pasangan yang sangat ideal karena dia setia dan penuh perhatian. Sekali lagi dia peringatkan, biarpun mereka sudah menikah, tapi jangan meremehkan saingan cintanya.

Xiao Yu baru keluar kamar dan mendapati Shi Yi baru saja menghabiskan beberapa bungkus es krim seorang diri. Dia jadi khawatir, Shi Yi pasti sedang sedih karena pembatalan pertunangannya. Xiao Yu langsung berusaha menghibur sahabatnya itu, tapi Shi Yi malah ketawa. Ngapain ketawa?

Shi Yi akhirnya memperlihatkan cincin berlian kuningnya dan mengaku bahwa dia justru sudah menikah, lebih tepatnya, sudah membuat akta nikah. Tapi masalahnya, dia belum memberitahu orang tuanya. 

Dan sekarang dia bingung harus bagaimana untuk menyampaikan kabar ini pada orang tuanya. Chen bilang bahwa ingin mereka bersama-sama menyampaikan kabar ini pada orang tuanya sebelum dia kembali dari dinasnya di Jerman.

Xiao Yu sungguh penasaran hal spesial apa yang dilakukan Chen sampai membuat Shi Yi setuju untuk membuat akta nikahnya, bahkan tanpa sepengetahuan orang tua. 

Tidak ada yang spesial. Tapi justru itu, tanpa hal spesial apapun dan keluguannya, membuat Chen terlihat jelas sangat tulus padanya. Walaupun sempat bingung awalnya, tapi Shi Yi punya feeling yang sangat kuat yang mengatakan bahwa jika dia menolak menikah dengan Chen, maka dia akan sangat menyesal seumur hidup.


Mengalihkan topik, Shi Yi lalu mengajaknya belanja ke supermarket. Di sana, tak sengaja Xiao Yu bertemu dengan seorang pria muda tampan yang anehnya malah membuntuti mereka sampai apartemen mereka. Apa dia penguntit? Mereka jadi takut, tapi ternyata pria itu tinggal di gedung yang sama dengan mereka. Dia penyewa baru di apartemen ini.

 Setibanya di Jerman, Chen mendapati teman serumahnya sudah pindah. Mengira kalau Chen akan datang bersama istrinya, si teman pun memberinya hadiah berupa ranjang romantis.

Dia sendiri juga punya cincin kawin untuk dirinya sendiri yang dia pakai sendiri juga, soalnya dia tidak mau memaksa Shi Yi melakukan ritual tukar cincin. Cara seperti ini juga bisa jadi kejutan romantis untuk Shi Yi seperti bagaimana dia menyerahkan cincin kawinnya Shi Yi tanpa pemberitahuan waktu itu. Dan di bagian dalam cincin itu, terukir tanggal 7 April (Tanggal pernikahan mereka menurut kalender bulan)

Suatu hari usai rekaman, Shi Yi dijemput Paman Lin untuk mengatur rumah pernikahan mereka yang masih belum selesai direnovasi. Paman Lin benar-benar berterima kasih pada Shi Yi yang mau menerima dan mau menikah dengan orang semacam Chen yang membosankan itu. 

Jika tidak, mungkin anak itu akan menjomblo seumur hidupnya. Hanya Shi Yi satu-satunya orang yang tahan menghadapinya. Hanya saja sayangnya, mereka malah harus terpisah beda negara cukup lama setelah mereka menikah. Shi Yi sama sekali tak mempermasalahkannya kok, dia belakangan ini juga sangat sibuk. Seandainya Chen di sini, mungkin Chen bakalan bosan dan kesepian.

"Kau memang pengertian."

Bersambung ke episode 13

Post a Comment

0 Comments