Jing Jing langsung melesat ke ruang tamu untuk mengambil ponselnya Yu Tu lalu bertanya-tanya apakah Yu Tu ada di grup SMA mereka. Yu Tu mengiyakan, Jing Jing mengaku kalau dia tidak ada di sana, dia jadi penasaran apa yang dilakukan teman-teman mereka sekarang.
Karena itulah, Jing Jing minta izin untuk melihat WeChat-nya Yu Tu dengan alasan kalau dia ingin melihat momen teman-teman mereka.
"Momen memang untuk dilihat oleh teman. Kau juga teman mereka." Ujar Yu Tu.
Jing Jing tak percaya mendengarnya. "Aku pakai wechat-mu loh."
"Boleh."
Wah! Yu Tu benar-benar memberinya akses penuh ke HP-nya. Jing Jing pun membuka HP itu dan WeChat-nya. Tapi saat dia membuka grup SMA mereka, dia mendapati Xia Qing juga ada di sana. Qing Qing bertanya ambigu. "Semua... teman?"
Entah apakah Yu Tu memahami siapa orang yang dimaksudnya atau tidak, tapi dia cuma menjawabnya dengan bergumam cuek. Jing Jing jadi berpikir kalau Yu Tu tidak mengerti maksudnya. Tapi yah sudahlah, bagus juga Yu Tu tidak mengerti.
Yu Tu berhasil memenangkan game itu untuk Jing Jing. Maka Jing Jing langsung mendekat ke Yu Tu, mau memberi like pada timnya tanpa menyadari kalau kedekatan mereka memengaruhi Yu Tu.
Sebagai balasannya, Jing Jing akan memenangkan satu babak juga untuk Yu Tu sekarang juga. Tapi tiba-tiba Asisten Zhu menelepon, mengabarkan bahwa dia ada di bawah, membawa hadiah ulang tahun untuk Jing Jing dari brand sponsor-nya dan juga 3 kardus besar.
Kesempatan, Jing Jing langsung memanfaatkan itu untuk manja sama Yu Tu lagi, meminta Yu Tu untuk membantu mengambil semua itu untuknya. Dan Yu Tu lagi-lagi menurutinya.
Jing Jing pikir 3 kardus itu semuanya adalah hadiah dari brand sponsornya. Sponsor yang mana ngasih hadiah lebih awal dan sebanyak ini. Tapi Asisten Zhu dengan cepat meralat. Ketiga kardus besar ini isinya barang-barang yang Jing Jing beli sendiri seperti baju, tas , sepatu, dll. Sedangkan hadiah dari sponsor itu hanya berupa tas kecil yang dipegang si asisten.
Pfft! Jing Jing jadi malu sama Yu Tu. Dia mengklaim kalau dia biasanya tidak beli baju sebanyak ini. Tapi Asisten Zhu tiba-tiba muncul sambil berujar lantang bahwa baju-bajunya Jing Jing di lemari sudah kebanyakan, bahkan ada yang labelnya belum dicopot. Jadi bagaimana kalau dia dibereskan saja baju-baju yang tidak cocok untuk dibagikan pada semua orang dan sebagian dikirim ke Pei Pei seperti biasanya?
Duh! Malunya! Jing Jing diam-diam ngasih isyarat ke Asisten Zhu. Untungnya Asisten Zhu langsung paham, tapi kemudian dia menutup mulutnya dengan berakting lebay. Yu Tu geli melihat semua ini. Tapi dia sama sekali tidak memandang semua ini buruk, malah dia berkomentar. "Sangat bagus."
Tapi karena sekarang sudah sore, Yu Tu pun pamit. Dia tidak memberi tahu yang sebenarnya dan hanya bilang bahwa dia ada kerjaan. Padahal sebenarnya dia ke rumah sakit untuk menggantikan Shen Jing menjaga Guan Zai.
Begitu Yu Tu pergi, Jing Jing sontak mengomeli Asisten Zhu. Ucapannya tadi kan bisa saja membuat Yu Tu salah paham kalau dia orang yang manja dan boros.
"Sepertinya itu bukan kesalahpahaman." (Pfft!)
Jing Jing menyangkal, dia selalu bekerja dengan serius. Dan lagi, dia membeli semua ini karena kebutuhan untuk profesinya. Kalaupun ada yang tidak dia pakai, selalu dia kasih ke orang, jadi tidak sia-sia dong.
Tapi... "Perkataan Pak Yu cukup bagus. Dia pasti melihat hatiku yang cantik, bersinar dan sederhana melalui penampilanku yang cantik dan bersinar."
Asisten Zhu setuju. "Pak Yu pasti bisa melihat ada kesederhaan di dalam hatimu."
Setibanya di rumah sakit, Yu Tu tiba-tiba diinterogasi Shen Jing yang masih ingin menjodohkan Yu Tu dengan adik kelasnya tapi malah diberitahu Guan Zai kalau Yu Tu sudah punya pacar. Shen Jing tak percaya dan langsung menuntut diperlihatkan foto pacarnya Yu Tu.
Tapi seperti yang dia duga, Yu Tu tidak bisa menunjukkannya. Bilang saja menolak dijodohin, gitu aja pakai acara bohong segala. Berhubung Yu Tu sudah datang, Shen Jing pun pulang untuk mengurus anak mereka.
Saat Yu Tu mengantarkannya keluar, Shen Jing baru mengaku bahwa ucapannya tadi hanya bercanda dan meminta Yu Tu untuk tidak menganggapnya serius. Dia hanya ingin meringankan pikiran Guan Zai.
Dia tidak benar-benar ingin menjodohkan Yu Tu dengan adik kelasnya kok. Dia menyadari kalau Yu Tu dan Guan Zai itu sama, sangat amat sibuk sehingga jarang ada di rumah dan tidak bisa mengurus keluarga.
Ucapan Shen Jing memang benar, Guan Zai selalu lebih mementingkan pekerjaan. Bahkan kondisi sakitnya seperti ini, Guan Zai teta bersikeras untuk mengerjakan pekerjaannya. Fakta ini membuat Yu Tu kembali merenungkan hidupnya. Maka malam itu juga, dia membuat keputusan, lalu menelepon seniornya.
Tapi malam itu juga, kondisi Guan Zai tiba-tiba semakin memburuk. Direktur Hu, atasan mereka, datang keesokan paginya dan bersama-sama mereka mendengarkan diagnosa dokter bahwa Guan Zai menderita kanker lambung. Sedangkan masalah keluhan sakit kepalanya, itu karena beban dan tekanan pekerjaan yang sangat tinggi. Karena itulah, dokter menyarankan agar dia dioperasi setelah kondisinya stabil nanti.
Masalah ini membuat Yu Tu meminta perpanjangan masa cutinya pada Direktur Hu agar dia bisa menjaga Guan Zai dan mengaku bahwa dia sudah menolak tawaran pekerjaan bank investasi. Berbeda dengan Profesor Zhang, Direktur Hu sama sekali tidak menekannya, malah ia menyarankan Yu Tu untuk mempertimbangkan kembali keputusannya, mengingatkan Yu Tu bahwa Guan Zai bukanlah tanggung jawabnya, jadi dia tidak perlu mengubah keputusannya demi siapa pun.
Tapi Yu Tu meyakinkan bahwa keputusannya ini sama sekali tidak ada hubungan dengan orang lain. Saat dia menyelamatkan satelit itu, dia menyadari bahwa di sinilah tempatnya.
Dia hanya minta cutinya diperpanjang satu minggu. Selain untuk mengurus Guan Zai, juga karena ada beberpaa hal yang harus dia urus. "Saya menjanjikan sesuatu pada teman saya dan belum saya selesaikan."
Keesokan malamnya, Yu Tu dan Jing Jing nonton pertandingan e-sport profesional bersama. Karena mereka mendukung dua tim yang berbeda, Jing Jing usul agar mereka bertaruh. Siapa yang timnya kalah, maka dia harus mengabulkan permintaan yang menang. Yu Tu setuju.
Tapi di tengah-tengah pertandingan, Jing Jing malah mendapati Yu Tu ketiduran. Sepertinya dia sangat kelelahan. Jing Jing jadi punya kesempatan untuk mengagumi wajah tampan Yu Tu sambil bertanya-tanya apa kesibukan Yu Tu belakangan ini sampai-sampai dia ketiduran saat menonton pertandingan yang begitu seru.
Mumpung ada kesempatan, Jing Jing diam-diam memotretnya. Tapi hasilnya kurang bagus, maka dia mencoba mencondongkan tubuhnya lebih dekat, tapi malah terpeleset dan akhirnya jatuh menimpa Yu Tu. Aduh! Yu Tu bangun nggak yah? Tapi kan dia seringan bulu.
Err... kayaknya nggak seringan bulu deh. Nyatanya Yu Tu terbangun karenanya, bingung melihat Jing Jing tengkurap di atas pangkuannya lalu dengan lembut dia menarik Jing Jing.
Jing Jing bingung bagaimana harus menjelaskannya. Tapi untungnya, bahkan sebelum dia sempat bicara, Yu Tu berpikir kalau dia mau mengambil jeruk yang ada di nakas dan langsung saja mengambilkan jeruk itu untuknya. Jing Jing mengiyakannya saja dengan canggung.
Mengalihkan topik kembali ke game, Yu Tu tanya siapa yang menang. Jelas Jing Jing tidak tahu karena dia sudah tidak fokus pada game. Jadi dia menutupinya dengan menyuruh Yu Yu menebak sendiri saja.
Ternyata tim andalannya Jing Jing yang kalah. Jing Jing pun menyuruh Yu Tu untuk mengatakan apa permintaannya sesuai janji mereka tadi. Tapi yang tak disangkanya, Yu Yu malah menanyakan hadiah ulang tahun apa yang diinginkannya.
"Kau yang seharusnya meminta permintaan, kita kan bertaruh."
"Permintaanku adalah beritahu aku hadiah apa yang kau inginkan." (Aww, so sweet)
Jing Jing senang. "Kalau begitu aku tidak akan sungkan."
"Jangan sungkan."
"Terlau tiba-tiba. Nanti kuberitahu kalau aku sudah memikirkannya."
Jing Jing berpikir kalau Yu Tu tuh polos banget. Mau ngasih hadiah tapi malah tanya dulu sama orangnya. Seharusnya langsung berikan saja secara dadakan, biar surprise gitu.
Mengalihkan topik kembali ke game, Yu Tu memberi saran tentang para pemain profesional yang sebaiknya Jing Jing rekrut ke dalam timnya nanti. Tapi dia tidak memilih dari tim yang diunggulkannya dalam pertaruhan ini, malah memilihkan pemain dari tim lawan yang kalah.
Kenapa begitu? Karena Yu Tu menyadari bahwa kekuatan tim unggulannya adalah pada kerja sama seluruh tim. Sedangkan para pemain dalam pertandingan nanti, justru dipilih secara acak.
Pilihannya adalah Zhou Yin dan Salju dari tim Istana Khayangan. Dia pilih Zhou Yin adalah karena dia pemain serba bisa. Jing Jing setuju-setuju saja, dia memang menyukai Zhou Yin.
Yu Tu mendadak cemburu. "Dia juga tampan."
"Dia masih 19 tahun."
"Kau bahkan tahu usianya?"
Yang tak disangka, Yu Tu merekomendasikan Zhou Yin sebenarnya sudah dia rencanakan. Malah selama beberapa hari belakangan ini saat bertanding dengan Jing Jing, dia selalu menirukan gaya mainnya Zhou Yin dengan tujuan agar Jing Jing mudah beradaptasi dengan dengan gaya mainnya Zhou Yin nantinya dan bisa bekerja sama dengan baik.
Jing Jing sungguh tersentuh mendengar pengakuannya itu... hingga tiba-tiba saja dia punya ide hadiah ulang tahun apa yang diinginkannya. Dia ingin Yu Tu memberinya Penta Kill. Harus Yu Tu yang memberikannya, dia tidak mau orang lain yang memberikannya. Jadi Yu Tu tidak perlu meniru gaya bermain orang lain, karena dia lebih suka bekerja sama dengan Yu Tu.
Jing Jing lalu memberinya dua tiket masuk pertandingan. Satunya buat Haohuang (Nama ID-nya Zhai Liang). Jadi nanti di sana, Yu Tu bisa bilang ke Haohuang bahwa permain terbaik, eh bukan, pemain tercantik di panggung adalah Mianhua.
Bersambung ke episode 13
1 Comments
Terima kasih! ditunggu lanjutannya.....semangat!!!
ReplyDeleteHai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam