Setelah berjuang dan lembur selama beberapa hari, para ilmuwan antariksa itu akhirnya berhasil mengirim sinyal ke satelit tersebut dan satelit itu membalasnya, masalah satelit itu akhirnya teratasi dengan baik dan satelit itu pun kembali berfungsi dengan normal.
Semua orang sontak bertepuk tangan meriah saking senangnya. Para atasan pun langsung memuji-muji kehebatan para ilmuwan muda yang mereka miliki. Tapi itu malah membuat Yu Tu jadi semakin galau, memikirkan dirinya yang berencana meninggalkan semua ini, dunia luar angkasa yang selalu dicintainya.
Yu Tu dan Guan Zai akhirnya bisa kembali ke hotel sambil saling melempar pujian pada satu sama lain. Dari percakapan mereka, satelit itu ternyata adalah satelit pertama yang ikut dirancang oleh Yu Tu. Proyek satelit itu juga yang membuat Yu Tu dan Guan Zai bekerja sama untuk pertama kalinya.
Waktu pertama kali Guan Zai melihat Yu Tu, dia sinis berpikir kalau Yu Tu cuma cakep doang. Tapi yang tak disangkanya, Yu Tu ternyata lebih pintar daripada dugaannya. Guan Zai sudah dengar tentang Yu Tu dari Profesor Zhang yang berusaha memintanya untuk membujuk Yu Tu.
Tapi berbeda dengan Profesor Zhang, Guan Zai tidak pernah meminta Yu Tu untuk tetap tinggal karena dia selalu percaya dan yakin bahwa Yu Tu tidak akan pergi.
Tapi Guan Zai penasaran, masalah kali ini perlu waktu 5 hari untuk memperbaikinya. Tapi kadang ada yang bisa sampai berbulan-bulan. Jika misalnya masalah ini butuh waktu berbulan-bulan, apakah bank investasi akan bersedia menunggu Yu Tu selama itu. Ataukah Yu Tu tidak akan memedulikan apa pun dan langsung pergi begitu saja. Yu Tu cuma diam, benar-benar tak tahu harus menjawab apa.
Menyadari itu, Guan Zai pun tak mendesaknya lebih jauh dan beralih topik, berkata bahwa istrinya sebentar lagi akan bangun. Ngomong-ngomong tentang istrinya, Yu Tu penasaran dengan hubungan mereka. Menurut pengakuan Guan Zai, dia dan istrinya ternyata baik-baik saja, tidak seperti yang digosipkan.
Malah istrinya itu ngebet ingin memperkenalkan seorang adik kelasnya yang cantik pada Yu Tu dan terus bertanya-tanya apakah Yu Tu sudah punya pacar. Yu Tu menolak dengan sopan. Tapi, dia mengaku bahwa selama liburan kali ini dia bertemu dengan...
"Wanita?" Tebak Guan Zai.
"Benar. Cukup cerdas, sedikit nakal... dan sangat patuh." Renung Yu Tu dengan seulas senyum tipis tersungging di bibirnya mengingat kebersamaannya dengan Jing Jing selama beberapa waktu kemarin.
"Boleh juga. Baru mengenalnya saat liburan?"
"Bukan. Dia teman sekelas waktu SMA."
"Teman SMA? Kenapa baru pacaran sekarang?"
"Dulu, aku tidak pandai menilai orang." Ujar Yu Tu. Ah! Dia buru-buru menambahkan. "Tidak pacaran."
"Hah? Jangan-jangan dia tidak menyukaimu?"
Setibanya di hotel, mereka malah mendapati pintu hotel itu sudah dikunci dan tidak tampak ada satpam atau petugas yang berjaga. Terpaksa akhirnya mereka harus menunggu di luar.
Sementara Guan Zai menyandarkan dirinya di tiang, Yu Tu termenung memikirkan segala kontradiksi hidupnya. Di satu sisi, dia butuh banyak uang demi orang tuanya. Tapi di sisi lain, banyak orang yang berharap agar dia tetap di dunia antariksa, termasuk Jing Jing.
Mengingat Jing Jing, dia langsung mengecek Wechat-nya, tapi ternyata Jing Jing tetap tak membalas pesan terakhirnya. Yu Tu jadi semakin merana. Apalagi kemudian, tiba-tiba saja Guan Zai jatuh pingsan.
Saat mereka dalam perjalanan naik kereta kembali ke Shanghai, sepertinya penyakitnya Guan Zai cukup parah. Tapi Guan Zai melarang Yu Tu bilang ke istrinya karena dia ingin memberitahukan masalah ini sendiri pada istrinya.
Guan Zai mengaku bahwa dia pernah dua kali berjanji akan mengajak istri dan anak mereka main. Tapi dua kali pula dia gagal menepati janjinya. Dan sekarang masalah terjadi masalah seperti ini, dia tidak tahu bagaimana harus menyampaikan masalah penyakitnya ini pada istrinya.
Yu Tu jadi semakin bingung dengan semua ini, membuatnya jadi semakin merindukan Jing Jing. Maka saat Guan Zai tidur, Yu Tu login ke game-nya dan mendapati rankingnya Jing Jing semakin meningkat semenjak dia pergi.
Sesampainya di rumah, Guan Zai langsung sibuk membantu PR putranya, Guan Meng. Guan Meng kagum dengan kepintaran ayahnya, tidak seperti ibunya yang selalu menghindar setiap kali dia minta bantuan untuk menyelesaikan PR-nya.
Tapi Guan Zai benar-benar tak tahu bagaimana harus mengatakan tentang penyakitnya ini dan memutuskan untuk merahasiakannya dulu dan hanya memberitahu mereka bahwa dia akan tetap di Shanghai sekarang, tidak ada dinas lagi.
Jing Jing ditelepon Manajer Ling yang memberitahunya bahwa pertandingan nanti akan menggunakan versi update terbaru, jadi Jing Jing harus mulai latihan dengan hero-hero terbaru Honor of Kings.
Manajer Ling sungguh tak menyangka, dalam waktu sesingkat ini, Jing Jing sudah semakin ahli dalam memainkan Honor of Kings. Tapi Jing Jing tidak perlu terlalu menekan diri sendiri dan berpikir bahwa dia harus menang, santai saja dan lakukan yang terbaik. Tapi manajer Ling penasaran, apakah beberapa hari ini Yu Tu masih belum datang untuk melatih Jing Jing.
"Aku bisa memainkan Honor of Kings sendiri. Jadi tidak apa-apa biarpun dia tidak datang." Tegas Jing Jing.
Saat dia login ke game-nya, tiba-tiba dia mendapat notifikasi munculnya Yu Tu yang mengundangnya ke mode rank. Jing Jing galau, tapi akhirnya dia menerimanya dan mereka pun bermain bersama lagi.
Setelah mereka menang, Jing Jing berniat logout, tapi Yu Tu terus mengundangnya lagi. Setelah mereka menang untuk kedua kalinya, tiba-tiba saja Asisten Zhu terburu-buru muncul sambil memberitahu bahwa Yu Tu ada di lantai bawah.
Sontak saja Jing Jing langsung melesat secepat mungkin. Kakinya yang masih pakai sandal rumah berbulu, gemetar tak sabaran selama perjalanan naik lift. Selama itu, Yu Tu terus mengundangnya main, tapi Jing Jing mengabaikannya. Dan begitu lift terbuka, dia langsung lari mencari Yu Tu... hingga dia melihat Yu Tu duduk di atas kopernya di luar gedung (Dia tidak langsung pulang, malah pergi ke Jing Jing, berarti dia menganggap Jing Jing penting).
Yu Tu tak langsung melihatnya awalnya dan baru menyadari kehadirannya saat dia mendekat. Yu Tu menatapnya dengan sedih saat dia bertanya. "Apa kau masih marah padaku?"
Jing Jing memalingkan muka sembari menggigit bibirnya dan meremas ujung sweater-nya, menolak menjawab, tapi jelas dia sudah tidak marah. Tapi diamnya dia membuat Yu Tu jadi gelisah.
"Kau tidak membalas Wechat-ku. Makanya aku datang untuk bertanya... apakah kau masih membutuhkanku?" Tanya Yu Tu penuh harap.
Tapi Jing Jing sengaja menghindari pertanyaan itu dengan beralih menitip pesan permintaan maaf untuk profesornya atas ucapannya waktu itu. Yu Tu berkata kalau dia sudah menyampaikannya pada istrinya Prof Zhang, beliau juga mengenali Jing Jing berkat melihat posternya Jing Jing.
Dia sudah melihat catatan pertandingan Jing Jing dan dari situ dia mengetahui kalau peringkatnya Jing Jing semakin meningkat beberapa hari ini. Karena itulah, Yu Tu dengan gugup kembali menanyakan pertanyaan itu. "Apakah kau masih membutuhkanku?"
Jelas masih butuh, tapi Jing Jing tidak mau mengakuinya secara terus terang. Akhirnya dia menjawabnya dengan pura-pura mengomel. "Onderdil aneh yang kau beli, sudah tiba. Alamatnya pakai punyaku, tapi nomor teleponnya pakai punyamu. Untung saja bagian properti menerimanya lebih dulu. Masa kau mau menaruhnya begitu saja di rumahku?"
Yu Tu tersenyum tipis mendengarnya. "Aku akan mengurusnya."
Dengan agak enggan, Jing Jing mengundangnya naik untuk makan. Yu Tu menolaknya, tapi dia janji akan datang kemari besok. Dia naik kereta semalaman, jadi sekarang dia sangat bau. Jing Jing terkejut mendengarnya. Dia naik kereta semalaman, tapi masih ke sini untuk main game?
"Iya. Untungnya aku bawa powerbank. Kalau tidak, batereiku tidak akan cukup." Ujar Yu Tu dengan santainya.
Bukan itu yang dipermasalahkan Jing Jing. Tapi tak pelak fakta itu membuat Jing Jing begitu tersentuh sehingga kemarahan Jing Jing benar-benar sirna sekarang. Dia bahkan akan menyuruh supirnya untuk mengantarkan Yu Tu pulang.
Yu Tu mau menolak, tapi Jing Jing melarangnya menolak dengan alasan kalau dia tidak mau Yu Tu meracuni orang-orang di subway dengan bau badannya. Yu Tu akhirnya setuju.
Dalam perjalanan mengantarkan Yu Tu, pak supir baru tahu kalau rumahnya Yu Tu ternyata sangat jauh, kira-kira butuh dua jam perjalanan. Tapi Yu Tu dengan entengnya berkata pada pak supir bahwa biasanya perjalanannya hanya butuh waktu 1,5 jam saja naik subway.
Wow! Jadi setiap hari dia rela melakukan perjalanan bolak-balik selama 3 jam hanya demi melatih Jing Jing? Tapi Yu Tu tampak jelas tak pernah mempermasalahkan hal itu, dia malah senyam-senyum saat dia meminta pak supir untuk merahasiakan masalah ini dari Jing Jing.
Begitu sampai rumah, Yu Tu langsung mengepak beberapa pakaian lagi, berniat mau pergi lagi, tapi kali ini mau pergi ke Guan Zai. Dia berniat mengistirahatkan dirinya sebentar. Tapi tiba-tiba HP-nya berbunyi dari Shen Jing, istrinya Guan Zai.
Dia sudah diberitahu suaminya tentang penyakitnya dan sekarang mereka sudah berada di rumah sakit. Dan karena mereka tidak punya saudara di kota ini, jadi Shen Jing meminta bantuan Yu Tu untuk membantu menjaga Guan Zai di rumah sakit pada malam hari saja. Yu Tu setuju.
Shen Jing tampak kuat dan tegar menghadapi semua ini. Tapi saat dia hampir terjatuh di tangga, akhirnya dia tidak tahan lagi dan mulai menangis. Yu Tu berusaha meyakinkan bahwa tingkat kesembuhan penyakitnya Guan Zai tinggi, tapi tetap saja Shen Jing tidak bisa tidak khawatir.
Keesokan paginya, Yu Tu mendapati Shen Jing menangis diam-diam di lorong. Tapi dia berusaha untuk tetap tegar dan ceria di hadapan suaminya. Dia bahkan mengulang kata-kata Yu Tu kemarin tentang presentasi kesembuhannya pada suaminya, berharap itu akan menenangkan Guan Zai. Padahal sebenarnya Guan Zai-lah yang justru meminta Yu Tu untuk mengucap semua itu padanya karena Guan Zai tidak ingin membuatnya khawatir.
Usai dari rumah sakit, Yu Tu langsung menuju ke rumahnya Jing Jing sambil bawa sarapan seperti biasanya. Begitu pintu terbuka, Jing Jing langsung menyodorkan HP-nya sambil berkata dengan riang bahwa dia kalah berturut-turut dan peringkatnya menurun seolah kekalahannya itu sesuatu yang membanggakan. Yu Tu sampai heran mendengar keantusiasannya.
Jing Jing sebenarnya senang banget dengan kepulangan Yu Tu. Tapi Yu Tu seperti biasanya, langsung serius mengkritik permainannya. Dan Jing Jing, seperti biasanya, berusaha membela diri dan cari-cari alasan dengan menyalahkan pemain lain sebagai penyebabnya. Terus, nanti Yu Tu mau main solo atau duo rank bersamanya?
"Aku akan bermain denganmu."
"Apa perjalanan dinas kali ini terjadi sesuatu yang menyenangkan. Tumben kau bersedia bermain denganku, baik sekali. Eh, kali ini kau dinas ke mana? Apa terjadi hal yang serius?"
"Xi'an. Yang lainnya tidak bisa kukatakan karena harus menjaga rahasia."
"Keluarga juga tidak boleh tahu?" Tanya Jing Jing. Err... Dia baru sadar sedetik kemudian kalau pertanyaannya agak menjurus. Maka dia buru-buru meralat maksudnya tuh bukan dirinya. Yu Tu membenarkan, keluarga juga tidak boleh tahu.
"Membosankan sekali. Jadi tidak ada topik pembicaraan." Komentar Jing Jing.
Usai sarapan, Jing Jing duduk di kursi yang lebih rendah dari yang diduduki Yu Tu untuk mulai main lagi. Saat hero-nya Jing Jing mati lagi, Yu Tu berpaling padanya, berniat mengawasi permainannya. Namun tiba-tiba perhatiannya teralih ke wajah Jing Jing, rambut panjang hitam legamnya, bulu matanya yang lentik, sosoknya tampak begitu cantik.
Dan kecantikan itu tampak semakin jelas saat tiba-tiba Jing Jing berpaling padanya dengan kebingungan karena hero-nya Yu Tu diam saja. Dia sama sekali tidak menyadari tatapan lembut Yu Tu, malah dengan riang berkata. "Aku bukannya sengaja mengkhianatimu, loh."
Cepat-cepat menguasai diri, Yu Tu pun fokus kembali ke game-nya. Tapi gaya permainannya kali ini agak beda dari biasanya, dia jadi lebih ganas, bahkan memakai hero yang tidak biasanya dia pakai, dan mereka pun menang dengan cepat, levelnya Jing Jing pun naik kembali.
Tapi setelah itu dia menyudahi permainannya, menyuruh Jing Jing main sendiri karena dia mau memperbaiki proyektornya Jing Jing. Tapi berhubung Jing Jing takut turun level lagi tanpa Yu Tu, jadi dia langsung pergi mengikuti Yu Tu.
Jing Jing usul, jika proyektornya tidak bisa diperbaiki tepat waktu, mereka nonton babak final e-sport langsung di tempatnya saja. Dia memutuskan menunggu sambil main solo rank, tapi malah kalah dengan cepat.
Lawannya langsung mengejeknya. Jing Jing kesal dan langsung mengadu ke Yu Tu sambil menyodorkan HP-nya. Maka Yu Tu pun membantunya balas dendam. Saat Yu Tu fokus pada game-nya, perhatian Jing Jing tiba-tiba teralih menatap Yu Tu, berpikir bahwa Yu Tu yang sebelumnya tidak mungkin memedulikan permintaannya seperti sekarang. Yu Tu benar-benar banyak berubah sepulangnya dari dinas.
Dia mencoba mengetes Yu Tu dengan minta izin menggunakan ponselnya Yu Tu untuk main game. Dia beralasan bahwa ponsel yang akan digunakan dalam pertandingan nanti, modelnya mirip ponselnya Yu Tu, makanya dia berlatih.
Dan Yu Tu langsung setuju tanpa ragu, mempercayainya sepenuhnya saat dia berkata. "Password-nya 0424, ambil saja sendiri di ruang tamu."
Bersambung ke episode 12
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam