Sinopsis Mae Krua Kon Mai Episode 5 - 1

Dokter Param sedang bekerja saat seorang rekan dokternya (yang kebetulan juga temannya Dao) datang memberitahunya tentang seorang pria yang datang padanya dan memintanya untuk melakukan operasi usus buntu pada istrinya. 

Masalahnya, dia sudah melakukan itu seminggu yang lalu. Waktu operasi itu, dia yakin kalau si istri radang usus buntu nya cuma satu. Dia sendiri yang memotong itu. Si suami juga bilang kalau radang usus buntu istrinya tidak ada dua. Akan tetapi... Dia punya dua istri. Pfft! 

Param cuma menatapnya dengan lempeng aja, nggak lucu sama sekali baginya. Mengalihkan topik, Param pamit mau pulang sekarang. Si dokter heran deh sama Param yang selalu pulang untuk makan di rumahnya. 

Dia jadi penasaran masakan rumahnya seenak apa sampai Param jarang makan di luar. Boleh dong lain kali dia ikut makan di rumahnya Param. Param sih oke-oke saja. (Waduh, dia bisa mengenali Faidam nggak yah?)

Setibanya di depan rumah, Param mendapati Rika sudah menunggu di sana ingin menjelaskan perkara rumor tidak benar itu agar Param tidak salah paham padanya. Sungguh dia tidak pernah menyebar rumor semacam itu ke media, temannya juga tidak karena temannya itu sudah pergi ke luar negeri sejak malam itu.

Tapi memang sih waktu itu ada orang lain yang bersama mereka, si interior designer bermulut kotor bernama Lormdao. Orang itu pasti mengenal Param karena jika tidak, maka omongannya itu pasti tidak mungkin sampai ke Param.

Faidam yang mendengarkan segalanya dari balik pagar, sontak keluar dengan kesal. "Siapa yang bermulut kotor? Apa kau ingin aku memperbaiki mulutnya?"

Rika sontak kesal dan hampir saja mau nyolot. Param buru-buru mengusir Rika. Tapi Faidam malah sengaja terus menyindir Rika, sehingga jadilah Rika balas menyindirnya dan mengatainya pembantu tukang ikut campur urusan majikan.

Faidam malah terus mengompori Rika, mengklaim kalau tadi pagi dia memang masuk ke kamar majikannya, lalu siangnya dia memasak untuk majikannya, lalu sorenya dia memijat majikannya, lalu malamnya dia menidurkan majikannya. Dan majikannya tidak pernah mengomelinya loh.

Stres menghadapi kegilaan pembantunya yang satu ini, Param sekali lagi menyuruh Rika pergi saja dan tidak usah lagi mempermasalahkan masalah rumor itu, lagipula dia tidak kenal siapa orang yang Rika bilang tadi.

Faidam langsung merasa menang. "Kau masih di sini? Dokter sudah mengusirnya, atau kau mau menggigit bibirnya lagi?" Faidam langsung pasang kuda-kuda, bersiap melindungi majikannya dari gigitan bibir Rika. "Tidak akan kubiarkan kau menyakitinya lagi. Langkah dulu mayatku!"

"Faidam, ayo masuk." Tegur Param.

Faidam jadi tambah gila memanas-manasi Rika, mengklaim kalau majikannya menginginkannya untuk mengantarkannya ke kamar tidur lalu menutup pagar di depan muka Rika.

Baru setelah mereka masuk, Param memprotes sikap Faidam tadi. Kenapa tadi dia bilang pada Rika kalau dia masuk ke kamar tidurnya. Dia tidak mau orang lain salah paham kalau dia...

"Membawa pembantu ke kamar tidur, iya kan, Dokter?" Goda Faidam dengan gaya centilnya.

"Hmm, lain kali jangan bilang begitu lagi."

Faidam mengiyakannya saja dengan gaya menggodanya. Tapi begitu Param pergi, dia langsung sinis, menuduh Param hanya takut Rika akan salah paham sama dia.

Nenek curiga kalau Dao pasti pergi menemui Bibi Angkap. Maka saat itu juga, dia menelepon Bibi Angkap untuk menanyakan Dao. Bibi dengan jujur membenarkan bahwa Dao memang pernah ke sini beberapa kali. Dao punya pekerjaan di sini, dia bahkan pernah dibawa ke tempat kerjanya Dao.

"Apa dia memberitahumu sesuatu?" Tanya Nenek.

Waduh! Bibi Angkap jadi tegang mendengar pertanyaan itu, Dao kan pernah bilang kalau dia pecandu obat terlarang, Bibi tidak tega untuk mengatakan itu ke Nenek dan akhirnya memutuskan berbohong bahwa Dao hanya membicarakan pekerjaan padanya. Untungnya Nenek percaya. Tapi dia memberitahu Bibi untuk memberitahunya jika Dao mengatakan sesuatu pada Bibi. 

Semua orang sudah selesai makan saat Faidam tiba-tiba datang membawakan pencuci mulut, mango sticky rice. Dia membelinya dengan uangnya sendiri loh, soalnya dia ingin semua orang makan enak hari ini.

Tapi Nyonya Morn curiga. Jangan-jangan Faidam melakukan kesalahan, makanya Faidam berusaha menyenangkannya. Faidam menyangkal, dia tidak melakukan apa pun kok. Tapi Param setuju dengan ibunya. Biasanya saat orang merasa bersalah atas sesuatu, mereka cenderung berusaha menutupinya dengan melakukan sesuatu.

"Tapi orang juga bilang bahwa orang yang belajar psikologi, tidak bisa mendiagnosa psikopat. Tidak ada yang tahu apakah Dokter juga psiko." Balas Faidam.

"Faidam!"

Nyonya Morn buru-buru melerai mereka dan menyuruh Param untuk menelepon Nenek Pathum saja dan tanya apakah Lormdao sudah balik atau belum. Faidam hampir saja menjatuhkan mangkuknya saking kagetnya. Untungnya tidak ada yang curiga.

Mood Param jadi memburuk gara-gara itu. Nyonya Morn tak senang dengan diamnya Param. Kalau Param tidak melakukan apa pun seperti ini, mereka pasti mengira kalau Param tidak peduli sama Dao.

"Karena aku memang tidak peduli dengannya. Aku tidak mau tahu tentangnya. Aku tidak peduli dia sudah pulang atau belum. Dia juga tidak peduli apakah Dao akan datang ke rumah ini atau tidak."

Menurut Pon, Dao pasti punya alasannya sendiri. Jadi sebaiknya Param jangan marah sama Dao. Wajar kalau orang tidak mau menikah dengan orang asing.

Param menegaskan bahwa dia juga sebenarnya tidak mau menikah dengan Dao. Faidam keluar dari ruang keluarga itu dengan sambil diam-diam ngedumel sinis, meyakini Param tidak mau menikah karena dia sudah punya cewek.

Di kamar, dia mencoret-coret gambar wajahnya Param sambil menggerutu sebal. "Kau bersikap aku mau menikah saja, Dokter Bodoh!"

"Apa yang kau gerutui, Faidam?" Heran Taew yang mendadak masuk kamar.

Faidam sampai kaget sehingga dia harus cepat-cepat menutupi buku gambarnya sambil beralasan kalau dia hanya sedang coret-coret lalu mengalihkan topik menanyakan hubungan Taew dengan Buap. Taew mendadak tersipu malu tapi semangat banget memberitahu Faidam tentang dirinya dan Buap yang sangat amat saling mencintai.

"Orang yang lagi falling in love biasanya memang begini." Komentar Faidam.

"Eh, kau bisa bahasa Inggris, yah?" Taew heran.

Waduh! Faidam baru sadar kalau dia keceplosan. "Dikit."

Taew langsung semangat meminta Faidam untuk mengajarinya lagu bahasa Inggris buat menggodanya Buap. Boleh, boleh! Faidam setuju, pemanasan suara dulu yah. Wah! Taew antusias banget... Sampai saat Faidam mulai menyanyi tapi yang dia nyanyiin malah lagu hapalan huruf-huruf bahasa Inggris. Pfft! Kalau lagu itu mah, Taew juga sudah hapal sejak SD.

Tanpa mereka ketahui, Param sebenarnya sedang menguping di luar. Untungnya percakapan mereka tidak ada yang aneh, tapi tetap saja Param merasa kalau Faidam tuh bukan cuma tukang masak biasa.

Pon masih ngambek sama Oab dan sengaja mengabaikan teleponnya. Nyonya Morn penasaran apakah mereka bertengkar. Pon menyangkal, dia hanya tidak menyukai opininya Oab terkait masalah Dao dan Param.

Dia membela Dao tapi Oab malah mengatainya bodoh. Tapi sebenarnya Pon penasaran kenapa Bibi begitu menginginkan Param untuk menikah dengan Dao. Sepenting itukah sampai Bibi harus memaksa Param?

"Bibi punya alasan sendiri." Ujar Morn ambigu lalu pergi.

Oab terus berusaha menghubungi Pon, tapi Pon keukeuh mengabaikan teleponnya. Oab jadi gelisah dan kesal karenanya. Kenapa sih wanita tuh susah banget dimengerti? 

Tapi tiba-tiba dia mendapat ide bagus dan langsung usul ke ayahnya agar mereka pergi ke Bangkok untuk mencari Dao. Ayah tak percaya kalau dia mau ke Bangkok untuk mencari Dao, cari Dao atau menemui Pon? Enak aja! Di sini banyak pekerjaan dan Oab malah mau melarikan diri?

"Aku pingin baikan sama Pon. Boleh yah aku pergi?"

"Nggak! Kerja!"

Oab pantang menyerah dan langsung berusaha memijat Ayah. Tapi Ayah keukeuh menolak dan langsung minggat. Ibu tidak setuju dengan sikap Ayah ini. Tapi Ayah menegaskan bahwa masalah Oab sebaiknya dipikirkan nanti saja, masalah Dao lebih penting. 

Ayah tidak ingin memaksa Dao, dia yakin kalau Dao pasti tidak ingin ditemukan sekarang ini. Ibu juga sebenarnya sama sih. Dia kasihan sama Dao, tapi juga tidak mau membantah Nenek. Ibu menduga kalau Dao pasti berada tak jauh dari Param.

Betul sekali! Dia justru sedang menemani Nyonya Morn belanja di pasar sekarang. Kebetulan lagi ada promo bagi-bagi shampoo gratisan di sana. Nyonya Morn langsung menyuruh Dao untuk pura-pura mereka berdua tidak saling mengenal biar mereka bisa dapat dua shampoo gratisan itu.

Nyonya Morn lalu dengan lebay-nya berkoar-koar mengklaim kalau dia sekeluarga pakai merk shampoo itu dan memuji-muji kehebatan shampoo itu. Tapi saat si SPG tanya apakah Faidam juga mau pakai shampoo itu, Faidam malah menolak dan mengaku kalau dia pakai shampoo merk lain.

Nyonya Morn sontak kesal mengomelinya. Tapi yang tak disangka, si SPG justru memberikan shampoo gratis itu ke Faidam biar Faidam mencobanya. Malah Nyonya Morn yang tidak dikasih soalnya itu kan shampoo sample, sedangkan Nyonya Morn kan sudah sering pakai shampoo itu jadi sudah tahu kehebatan shampoo itu. Pfft! 

Nyonya Morn kecewa dan jadi ngambek karenanya. Berusaha membujuk nyonya-nya, Faidam menyodorkan shampoo itu padanya, tapi Nyonya Morn jual mahal menolak. Tapi saat Faidam membujuknya dengan memberitahunya tentang berapa banyak uang yang bisa dia hemat dengan shampoo gratisan itu, dia langsung merebut shampoo itu dengan alasan tak enak menolak kebaikan Faidam.

Saat mereka melewati penjual buah, si penjual langsung heboh memanggil Nyonya Morn untuk mempromosikan dagangannya. Dia semangat banget, mungkin dia pikir kalau calon pembelinya ini adalah nyonya kaya raya yang pasti royal... Sampai saat dia menyadari kalau ternyata dia jenis pembeli yang nyebelin.

Mau beli jambu satu biji saja galau lama banget pilih yang besar atau yang kecil karena harganya beda. Faidam yang menyadari ekspresi kesal si penjual, langsung membujuknya Nyonya Morn untuk beli yang besar saja karena rasanya pasti lebih enak dan Param pasti suka.

Nyonya Morn akhirnya memutuskan beli yang besar saja satu. Si penjual yang senang, memutuskan untuk ngasih bonus gratis yang jambu kecil. Eh Nyonya Morn dikasih hati malah minta jantung, dan memutuskan untuk batal beli jambu besar, maunya jambu kecil yang gratisan saja, bahkan minta tambah yang gratisan. Jelas saja si penjual ngamuk luar biasa dan langsung menghantamkan jambunya ke mereka berdua tanpa ampun.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

1 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam