Sinopsis You Are My Hero Episode 20 - 2

Sembari menatap matahari senja di luar jendela, Fei Fei merenungkan bahwa segala hal indah dalam hidup ini hanya bersifat sementara. Sama seperti matahari senja itu, indah, namun tak lama kemudian kegelapan akan muncul.

Dulu waktu dia belum terkenal, dia hampir setiap hari digantikan orang lain. Dia selalu berpikir bahwa jika suatu hari nanti dia terkenal, maka dia tidak akan digantikan lagi.

Tapi ternyata Tuhan berkehendak lain. Apa gunanya menjadi aktris papan saat. Saat pertunjukkan selesai dan penonton bubar, aktor tetap harus meninggalkan panggung.

"Tapi selalu ada harapan selama masih hidup." Ujar Mi Ka.

Fei Fei tak yakin. Dia sangat tahu kondisi tubuhnya sendiri, tumornya tidak akan bisa dibuang sampai bersih. Jika dia kurang beruntung, mungkin dia bakalan harus menghabiskan sisa hidupnya dengan terbaring lumpuh.

Mi Ka akui itu benar. Tumornya bersifat tumbuh invasif, tidak boleh dipotong sepenuhnya demi melindungi sarafnya. Operasinya nanti memang sangat beresiko.

Tapi Mi Ka meyakinkan bahwa dokter yang akan mengoperasi Fei Fei nanti adalah dokter bedah saraf terbaik. Dia pasti akan meminimalisir resiko.

"Meski operasiku berhasil, lalu apa gunanya? Tumor bisa kambuh lagi. Apa tulang belakangku harus terus menerus dibedah berulang kali lalu dijahit kembali lagi dan lagi?"

"Kalau misalkan tumornya jinak? Kalau tumornya jinak, bisa dikendalikan dengan obat. Hanya saja saat ini ukurannya terlalu besar dan menekan sarafmu. Kau kesakitan hingga kesulitan berdiri. Karena itulah kau harus secepatnya menjalani operasi untuk menentukan sifat (tumornya)."

Dia mengingatkan bahwa di dunia ini ada banyak kesempatan yang datang satu kali seumur hidup. Jika melewatkannya, maka takkan ada kedua kalinya.

Tapi memikirkan menghabiskan sisa hidupnya dalam keadaan lumpuh dan harus terus bergantung dengan bantuan alat, Fei Fei sebenarnya berpikir bahwa lebih baik jika dia menjalani sisa hidupnya dengan penuh harga diri.

"Tapi selama masih ada harapan, kau tidak boleh menyerah."

Berusaha menyemangati Fei Fei, Mi Ka langsung menunjukkan foto Xiao Man padanya. Teman baiknya ini menderita giloma ganas stadium tiga dan sudah pernah menjalani beberapa kali operasi.

Pernah Xiao Man berkata padanya bahwa dia sangat kesakitan, tapi Xiao Man tidak rela mati. Xiao Man pernah berkata bahwa masih bisa bernapas adalah sesuatu hal yang sangat membahagiakan.

Sekarang ini Xiao Man sedang menjalani pengobatan di sebuah institusi penelitian di luar negeri. Mungkin Xiao Man tidak akan bisa hidup sampai puluhan tahun yang akan tahun, tapi masih bisa hidup 10 tahun atau beberapa tahun lagi pun sudah bagus.

Fei Fei tersenyum miris mendengarnya. "Menurutmu, nasib manusia itu sebenarnya ditentukan oleh siapa? Langit? Tapi kita tidak pernah melakukan hal yang melawan langit dan moral. Tapi kenapa yang terpilih adalah kita?"

Pertanyaannya mengingatkan Mi Ka akan kata-kata Dokter Shao di lokasi bencana waktu itu. Maka dia mengulang kata-kata Dokter Shao itu pada Fei Fei dan menyemangatinya untuk tidak menyerah begitu saja terhadap takdir, dia harus berani melawan saat takdir menamparnya. Dengan begitu, mungkin takdir akan berhenti menyiksanya.

"Mungkin inilah nilai seorang dokter, menemani pasien melawan takdir bersama dan tawar-menawar dengannya. Jangan biarkan takdir memukul kita sampai mati dengan hanya satu pukulan." Ujar Mi Ka tanpa menyadari Dokter Shao sebenarnya sedang mendengarkannya dari luar.

Mi Ka mengingatkan Fei Fei bahwa biarpun di tempat mereka ini matahari akan segera tenggelam, tapi di belahan bumi yang satu lagi, masih ada banyak tempat yang mataharinya baru terbit.

Tak sengaja Chen Tao berpapasan dengan Yan Shan. Dia berniat mau menghindar, tapi Yan Shan langsung memanggilnya dengan keheranan, sama sekali tidak mengerti kenapa Chen Tao menghindarinya.

Chen Tao berbohong menyangkal, mengklaim kalau dia tidak melihat Yan Shan tadi. Chen Tao ingin mengatakan sesuatu, tapi tiba-tiba Yan Shan ditelepon ibunya yang minta dijemput sekarang juga. Chen Tao jadi urung mengatakan apapun yang hendak dia katakan tadi. Maka Yan Shan pun langsung pergi tanpa sedikitpun melihat kekecewaan Chen Tao.

Malam harinya, Qing Xia mendatangi rumah Mi Ka. Tapi dia terus berdiam diri menatap HP-nya dengan sedih. Mi Ka bisa menduga dengan tepat kalau dia sedang mengharapkan Wen Bo menghubunginya.

Qing Xia mengakuinya, dia sudah berusaha beberapa kali mengajak Wen Bo ketemuan, tapi Wen Bo mengabaikannya.

"Dari dengar dari Xing Ke Lei kalau sekarang ini mereka sedang berlatih dengan tim lain, cukup sibuk."

"Tapi apa Xing Ke Lei mengirimkan chat padamu?"

"Iya."

"Nah, itu dia. Jika pria tidak menghubungimu, hanya ada satu alasan, yaitu dia benar-benar tidak ingin menghubungimu."

"Sepertinya cukup masuk akal juga, yah. Tapi bukankah kalian baik-baik saja waktu di lokasi bencana? Kenapa tiba-tiba...?"

Itu dia! Qing Xia juga bingung. Dia pikir setelah hubungan mereka membaik di lokasi bencana waktu itu, sikap Wen Bo akan sedikit berbeda padanya. Tapi ternyata setelah kembali, malah jadi seperti ini.

Mi Ka menyarankannya untuk tanya langsung saja pada Wen Bo. Bukankah dulu Qing Xia kalau pacaran selalu terus terang?

"Menurutku, mungkin semua perempuan akan menjadi tidak tenang, takut dan gelisah setelah bertemu dengan pahlawannnya."

Dulu dia selalu gegabah dan tak pernah memikirkan akibat dari perbuatannya. Tapi sekarang dia jadi penakut. Dia takut segalanya akan berakhir jika dia terlalu gegabah. Dipikir-pikir, mungkin dulu dia terlalu kejam saat memutuskan para mantannya, makanya sekarang dia dapat karma.

Berusaha menghiburnya, Mi Ka langsung menawarkan pelukan untuk temannya yang satu itu. Qing Xia jadi geli sendiri, apa Ke Lei yang mengajari Mi Ka begini?

"Tidak. Aku selalu membiarkannya bersandar di bahuku."

"Di hadapan pacarmu kau masih begitu 'jantan'?"

"Saat dia membutuhkanku, aku akan... melindunginya. Seperti aku melindungimu."

Qing Xia penasaran, perkembangan hubungan mereka sudah sampai mana? Sudah ciuman? Mi Ka dengan malu-malu mengaku belum. Qing Xia tak percaya mendengarnya, bagaimana bisa belum.

Maka dia langsung mengajari Mi Ka tentang tanda-tanda pria ingin mencium wanita dan apa-apa saja yang harus dia lakukan untuk itu. Tapi Qing Xia mengajar dengan terlalu antusias sampai ingin nyosor Mi Ka yang jelas saja membuat Mi Ka ngeri dan langsung mendorongnya.

Tiba-tiba ponselnya berbunyi, dari Ke Lei yang memberitahu kalau dia sudah ada di bawah. Mi Ka sontak masuk kamar mau ganti baju dan pergi meninggalkan Qing Xia tanpa memedulikan protesnya Qing Xia.

Tapi waktu mereka cuma satu setengah jam karena Ke Lei masih harus kembali ke tim, maka begitu Mi Ka muncul, dia dengan malu-malu to the point berkata. "Aku merindukanmu."

"Aku juga merindukanmu. Satu setengah jam, yah. Aku tahu harus ke mana. Ayo!"

Mi Ka langsung menyeret Ke Lei ke sebuah mini market dan membeli nasi kepal. Yah, apa boleh buat. Kalau ke restoran, waktunya tidak akan cukup. Setelah dikurangi lama perjalanan dan lama penyajian, Ke Lei bakalan harus pergi saat makanan baru disajikan.

Tapi Mi Ka jamin nasi kepal di mini market ini enak banget. Karena seringnya melakukan operasi, para dokter sepertinya sering kali melewatkan jam makan. Makanya Mi Ka sangat ahli dalam makanan cepat saji seperti ini.

Ke Lei mencoba mencicipinya dan rasanya memang lumayan. Tapi yang paling menarik perhatiannya adalah Mi Ka yang makannya belepotan, maka dengan manisnya dia menyeka bibir Mi Ka.

"Sudah sebesar ini, makan masih belepotan."

Mi Ka jadi penasaran. Waktu pertama kali mereka bertemu dua tahun yang lalu, dia sedang menangis tersedu-sedu sampai ingusnya keluar. Kedua kalinya mereka bertemu, penampilannya semrawut dan bodoh. Jadi apa yang Ke Lei sukai darinya.

"Suka semuanya." Jawab Ke Lei spontan dan mantap.

Terpesona, Ke Lei langsung mendekat untuk mencium Mi Ka... tepat saat Ke Yao mendadak muncul di luar jendela. Pfft! Maka Ke Lei pun akhirnya berterus terang mengumumkan bahwa Mi Ka adalah pacarnya.

Tapi tentu saja Ke Yao tidak terkejut sedikitpun. Mereka berdua kentara jelas sejak awal, seluruh dunia juga sudah tahu.

Tapi dia langsung memanggil Ke Lei untuk mendekat padanya untuk menegaskan pada mereka berdua bahwa biarpun keluarga mereka cukup terbuka, tapi ada aturan-aturan yang tetap harus ditaati.

"Pacarnya Xing Ke Lei yang penting... orang normal."

Dia lalu menyuruh Ke Lei untuk kembali ke Mi Ka dan menegaskan bahwa lain kali Ke Lei harus membawa pulang pacarnya dan memperkenalkannya secara resmi. Dia lalu memutuskan untuk pergi dan tidak jadi beli apapun agar tidak mengganggu mereka.

"Hei, sekarang kau termasuk sudah menemui kepala keluarga, jadi kau tidak bisa lari lagi." Ujar Ke Lei.

Usai makan, Ke Lei mengantarkan Mi Ka kembali ke apartemen. Tapi keduanya masih enggan untuk berpisah. Dan mumpung masih ada waktu 5 menit, jadi mereka memutuskan untuk duduk dulu di dalam mobil.

Ke Lei masih punya sesuatu untuk diberikan pada Mi Ka. Berhubung sebelumnya Mi Ka mengira bahwa dia memberi bunga matahari karena wajahnya besar. Jadi Ke Lei sekarang memberinya bunga Baby Breath yang kecil-kecil. Pfft!

Mi Ka ngakak melihatnya. "Ini sangat kecil. Terima kasih, yah."

Ke Lei lalu mengganggam tangan Mi Ka dan menautkan jari jemari mereka. Mereka hanya duduk diam seperti itu selama beberapa saat... hingga alarmnya Ke Lei berbunyi, menandakan dia harus kembali dan mereka harus berpisah sekarang. Tapi tangan mereka masih saling terjalin, tak ada yang mau saling melepaskan.

"Lepaskan dulu tanganmu, baru aku bisa turun." Ujar Mi Ka.

Ke Lei tergagap canggung menyangkal. "Aku... aku... aku sudah melepasnya."

Akhirnya mereka saling melepaskan pegangan tangan mereka. Mi Ka pun pamit. "Kalau begitu, aku pergi."

Bersambung ke episode 21

Post a Comment

0 Comments