Sinopsis The Blooms at Ruyi Pavilion Episode 6 - 1

Qi Ce didatangi anak buahnya Tuan Zhang yang datang untuk mengancamnya dengan menggunakan Qi Zhu yang sekarang sudah jatuh ke tangan mereka.


Dalam flashback, ternyata Selir Duan - Ibunya Adipati Cheng, waktu itu mendekati Qi Zhu yang sedang bersujud berulang kali, sepenuh hati mendoakan keselamatan kakaknya.

Selir Duan pura-pura prihatin dan tersentuh dengan baktinya Qi Zhu pada kakaknya. Dan karenanya, Selir Duan memutuskan untuk mengajak Qi Zhu ke istana untuk melayaninya. Dia akan dianugerahi gelar Putri Selir Qingping. Mereka akan menentukan tanggal baik untuk memberikan gelar itu secara resmi padanya.

Qi Ce mematung shock menyadari nyawa adiknya ada di tangan mereka... lalu kemudian dia tertawa miris dan teriak-teriak seperti orang gila, menyatakan kalau dia akan membuat pengakuan.

 
Feng Lai Yi - toko saingan Paviliun Ruyi ternyata adalah bisnis milik keluarganya Bai Qi. Hari itu, dia mendatangi tokonya hanya untuk menyuruh Tuan Ji - penjaga tokonya yang banci, untuk mengirimkan keuntungan toko selama sebulan ini padanya, soalnya dia lagi butuh duit.


Pejabat dari Kementrian Kehakiman mendatangi Adipati Su untuk melapor bahwa Qi Ce sudah mengaku dan sudah dieksekusi. Dalam pengakuannya, Qi Ce mengklaim bahwa dia melakukan semua kejahatannya hanya karena dibutakan oleh keserakahan dan menggunakan kekuasaannya untuk mengeksploitasi pejabat dan pedagang kaya demi keuntungan pribadi.

Dia mengaku bahwa dia berniat membunuh Adipati Su karena dia takut Adipati Su akan mengetahui korupsi yang dilakukannya. Dia sama sekali tidak menyebutkan nama-nama komplotannya.

Tapi tentu saja Adipati Su tak mempercayai surat pengakuan yang mencurigakan itu. Qi Ce sudah mau membunuhnya sejak dia dalam perjalanan kembali ke ibu kota, bahkan sebelum dia diangkat sebagai Letnan Pengawal Istana.

Di mana Qi Ce? Dia akan menginterogasinya sendiri. Tapi si pejabat mengaku bahwa Qi Ce benar-benar sudah mati. Dia menyiksa dirinya sendiri dan tewas kemarin.


Tabib Ge sudah tahu tentang Qi Zhu yang diangkat sebagai Putri Pendamping Qingping oleh Selir Duan - Ibunya Adipati Cheng. Selir Duan sendiri adalah saudara kembar istrinya Tuan Xindu. Situasi ini jelas aneh, kenapa Kaisar di saat seperi ini, tiba-tiba menganugerahi Qi Zhu sebagai Putri Selir Qingping?

Menurut Tabib Ge, setelah Adipati Su menangkap Qi Ce dan melaporkannya pada Kaisar malam itu, Kaisar tampaknya ingin membiarkan Adipati Su untuk terus menyelidiki perkara ini. Tapi di balik kata-katanya juga tersimpan makna agar Adipati Su berhati-hati dan waspada, jangan tergesa-gesa jika dia tak yakin.

Ucapan Tabib Ge mengingatkan Adipati Su pada nasehat gurunya - Jenderal Zhenbei, yang mewanti-wantinya untuk selalu berhati-hati. Karena begitu dia kembali ke ibu kota, maka dia akan dikelilingi oleh banyak musuh.

Tapi Adipati Su tidak takut biarpun dia dikelilingi banyak musuh, karena dia sudah bertekad menegakkan keadilan bagi para prajurit Dayu yang telah mengorbankan nyawa mereka demi membela negara dan memusnahkan para pejabat korup yang merusak negara. Karena itulah, sekarang Adipati Su memerintahkan Xu Jia untuk menyelidiki keberadaan Qi Zhu.


Sebatang kara membuat Qi Zhu jadi putus asa dan depresi hingga dia memutuskan untuk menyusul ibu dan kakaknya ke alam baka dengan cara menenggelamkan dirinya sendiri ke danau.

Untungnya Adipati Su lewat saat itu dan langsung enggunakan ilmu kungfu-nya menyelamatkan Qi Zhu. Tepat saat itu juga, Fu Rong juga datang mencari Qi Zhu dan menemukan Qi Zhu terbaring di tanah dalam keadaan pingsan, tapi Adipati Su sudah bersembunyi saat itu.


Fu Rong khawatir dan ingin membawanya pulang, tapi begitu sadar, Qi Zhu sontak menampik tangan Fu Rong dan dingin mengusirnya. Dia bahkan sumbar dengan angkuhnya tentang gelar barunya, mengklaim kalau dia sangat bahagia karena gelar ini adalah gelar impian banyak gadis.

Fu Rong curiga dengan Selir Duan yang tiba-tiba saja membantu Qi Zhu. Tapi Qi Zhu sinis menuduh Fu Rong hanya iri dan takut jika dukungan Selir Duan terhadapnya akan merugikan Fu Rong.

Fu Rong menyangkal dan berusaha meyakinkan bahwa dia khawatir jika orang-orang hanya memanfaatkan Qi Zhu dan akan merugikan Qi Zhu.

"Kakakku menukar nyawaku demi kekayaanku. Dan sekarang kau ingin aku meninggalkan segalanya? Fu Rong, kakakku benar. Ucapanmu baik, tapi hatimu jahat!"

Sekali lagi dia menegaskan kalau dia tidak mau lagi berurusan ataupun bertemu lagi dengan Fu Rong. Anggap saja mereka tidak pernah saling mengenal. Qi Zhu pun pergi meninggalkan Fu Rong yang cuma bisa terdiam sedih. Sementara Adipati Su menyaksikan segalanya tak jauh dari mereka.


Baru saat Fu Rong hendak pergi, dia melihat Adipati Su dan jelas heran melihatnya ada di sini. Apa Adipati Su yang menyelamatkan Qi Zhu?

"Qi Ce-lah yang harus disalahkan. Kau tidak perlu merasa bersalah."

"Zhu'er polos dan naif. Aku khawatir dia akan terjebak dalam drama dan tidak bisa lepas."

Ah! Fu Rong baru sadar sedetik kemudian kalau dia sedang bicara dengan seorang pangeran yang dibesarkan di istana. Tapi ucapannya barusan sungguh tidak bermaksud menyindir keluarga kerajaan.

Tapi Adipati Su mengaku bahwa sebenarnya dia tidak banyak menghabiskan waktunya di istana karena saat dia berumur 12 tahun, mendiang Permaisuri sakit kritis. Ayahanda-nya mengirimnya ke Kuil Hong Fu untuk mendoakan Permaisuri dan menyalin kitab suci.

Tak sengaja dia menjatuhkan lilin sehingga mengakibatkan kebakaran. Pada akhirnya api berhasil dipadamkan, tapi pada saat yang bersamaan, Permaisuri meninggal dunia.

Ayahanda-nya menjadi sangat marah sehingga beliau mengirimnya ke perbatasan. Sejak saat itu, dia tinggal di sana dan baru sekarang kembali ke ibu kota. Di banding kota ini, sebenarnya Adipati Su lebih menyukai perbatasan yang sepi dan sunyi.

Memutuskan untuk pulang, Fu Rong tiba-tiba keseleo. Untungnya Adipati Su sigap memeganginya dan otomatis kontak fisik mereka itu membuat keduanya jadi canggung. Fu Rong buru-buru menarik tangannya dan jalan duluan menghindarinya.


Di Paviliun Ju Shui, pelayan pribadinya Fu Rong melihat Pengawal Wen sedang ngobrol sama ikan koi di kolam. Mungkin malu, Pengawal Wen langsung mengancam si pelayan untuk tidak membocorkan masalah ini pada siapapun.


Di kediaman Adipati Su, mereka kedatangan Cui Wan - Putri Xihe yang ngotot mau ketemu Adipati Su. Dengan angkuhnya dia gembar-gembor menyatakan bahwa dia dan Adipati Su adalah kekasih sejak mereka masih kecil dan terpisah selama beberapa tahun.

Makanya dia tidak terima saat mereka melarangnya bertemu Adipati Su. Tabib Ge berusaha meyakinkan Putri Xihe bahwa Adipati Su tidak bisa menemui siapapun karena dia benar-benar sedang terluka parah.

Saat Putri Xihe masih saja bersikeras, Tabib Ge menggunakan ilmu medisnya untuk mencegahnya dengan alasan bahwa kehadiran seorang wanita hanya akan memperlambat proses penyembuhan pria karena energi Yin dan Yang mereka yang bertentangan.

Putri Xihe akhirnya mau juga menyerah. Tapi apa sebenarnya yang terjadi pada Adipati Su dan kapan dia akan sembuh? Tabib Ge mengklaim bahwa Adipati Su sudah melewati masa kritis, sekarang dia sedang dalam masa penyembuhan.

Sedih, Putri Xihe terpaksa mundur. Tapi dia menuntut agar mereka mengiriminya kabar jika Adipati Su sudah sembuh. Tabib Ge iyain aja biar cepat. Putri Xihe akhirnya pergi juga.


Xu Jia jelas tak percaya dengan klaimnya Putri Xihe tadi. Jika mereka benar-benar kekasih sejak kecil, lalu kenapa Adipati Su terus menerus menghindarinya? Sungguh dia tidak menyangka kalau di ibu kota ada gadis yang secerewet itu.

"Kau itu benar-benar bodoh. Yang Mulia tumbuh besar di pos perbatasan, mana mungkin dia punya kekasih masa kecil? Gadis itu menginginkan sesuatu, tapi bukan Yang Mulia." Tabib Ge yakin itu.


Tuan Ju Shui melihat Fu Rong tampak sedih dan melampiaskannya dengan melempar bebatuan ke kolam. Tuan Ju Shui bisa menduga kalau dia sedang ada masalah.

Fu Rong mengaku bahwa teman lamanya yang mengajarinya melempar batu ke air. Tapi bkan Qi Zhu yang dimaksudnya, melainkan seorang anak lelaki yang dulu pernah dia selamatkan.

Sayangnya waktu itu anak itu dijemput dan dibawa pulang oleh keluarganya. Jika tidak, mungkin Fu Rong akan meminta ayahnya untuk membawa anak itu pulang untuk menjadi penjaganya

Tuan Ju Shui diam-diam tersenyum senang menyadari anak lelaki yang dimaksud Fu Rong adalah dirinya. Sengaja dia tidak mengaku dan pura-pura tak tahu bagaimana caranya melempar batu ke air.

Fu Rong dengan senang hati mengajarinya, padahal Tuan Ju Shui sebenarnya lebih ahli dalam hal itu. Dia bahkan sukses menghantam ikan koi sampai koit. Hadeh! Itu kan ikan kesayangannya Pengawal Wen.


Parahnya lagi, Fu Rong punya ide untuk tidak menyia-nyiakan ikan itu dengan cara memasaknya. Tak lama kemudian, pelayannya Fu Rong dengan prihatin membawakan sisa-sisa tulang ikan koi itu pada Pengawal Wen yang tampak sangat terpukul dengan kematian ikan kesayangannya itu.


Saat Bai Qi mendatangi Feng Lai Yi, dia mendapati tempat itu sedang sangat ramai dan Tuan Ji sedang menunjukkan beberapa lukisan baru pada para pelanggannya. Lukisan-lukisan itu memang bagus, bahkan Bai Qi pun kagum.
 
Tapi kemudian, seorang pelayan tiba-tiba datang mengabarkan bahwa hari ini Paviliun Ruyi menjual lukisan-lukisan baru. Tapi orang-orang bilang bahwa empat lukisan di Paviliun Ruyi mirip dengan lukisan-lukisan mereka.

Tuan Ji langsung kesal merutuki mereka, menuduh mereka memalsukan lukisan-lukisan mereka. Bukankah putri sulung Keluarga Fu yang sekarang membuat lukisan Paviliun Ruyi? Berani sekali mereka melakukan hal memalukan semacam itu!


Bai Qi jadi kesal mendengar itu dan langsung mendatangi Paviliun Ruyi. Mereka langsung berhadapan dengan Fu Xuan saat itu.

Bai Qi melihat keempat lukisan Paviliun Ruyi memang mirip milik mereka, sama persis malah. Apa Fu Xuan yang menggambar keempat lukisan itu?

Fu Xuan jelas kesal mendengar keraguan dalam pertanyaan Bai Qi itu. "Lukisan-lukisan itu dibuat sendiri olehku, goresan demi goresan di rumah. Apa maksud pertanyaanmu itu?"

"Kau menyalin poster kata Feng Lai Yi yang direkomendasikan. Kau bahkan menyalin semuanya. Tanpa melewatkan satu kata pun." Tuduh Bai Qi. "Dan sekarang kau ingin aku menjelaskannya? Aku menjelaskan ini bukan untuk menyelamatkan reputasimu."

"Apa? Feng Lai Yi juga memiliki kedua lukisan ini?"

Fu Xuan benar-benar kaget mendengarnya. Tapi Bai Qi sinis tak mempercayainya, bahkan menuduh Fu Xuan munafik. Dia mau langsung pergi, tapi Fu Xuan tiba-tiba mencengkeram tangannya yang malah membuat Bai Qi mendadak jadi gugup sampai dia cegukan. Hehe.

Tapi Fu Xuan sama sekali tak terpengaruh dengan kontak fisik mereka dan menuntut penjelasan Bai Qi. Lukisan-lukisannya Fu Xuan baru kali ini ditampilkan ke publik. Jadi bagaimana bisa lukisan-lukisan itu disalin?

Bersambung ke part 2

Post a Comment

1 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam