Sinopsis Maiden Holmes Episode 29 - 1

Pei Zhao sedang membahas acara perjamuan ulang tahun Ibu Suri dengan seorang pejabat saat Fei Yuan tiba-tiba datang sambil menangis mengabarkan tentang kabar buruk itu. Xi Wen meninggal dunia. Para petugas Biro Mingjing barusan datang mengantarkan jasadnya.

Shock, Pei Zhao langsung bergegas pergi ke sana. Fei Yuan sontak menangis sedih melihat jasad Xi Wen, tapi kesedihannya dengan cepat berubah menjadi amarah pada Kepala Biro karena merekalah yang membunuh Xi Wen dan hampir saja mau menghajarnya, tapi Pei Zhao dengan cepat membentaknya untuk jaga sopan santun.

Berusaha menahan emosinya sendiri, Pei Zhao tanya kenapa Xi Wen bisa meninggal di Biro Mingjing. Kepala Biro bertele-tele menjelaskan kasus yang melibatkan Xi Wen itu, tapi Pei Zhao sontak menyela dan menegaskan inti pertanyaannya adalah tentang alasan kematian Xi Wen. Kepala Biro menduga kalau dia bunuh diri karena merasa bersalah.

"Xi Wen tidak mungkin membunuh Tian Yong. Dari mana anggapan dia bunuh diri karena merasa bersalah?!"

Kepala Biro berusaha meyakinkan Pei Zhao bahwa mereka memiliki bukti kuat tentang keterlibatan Xi Wen dalam kasus itu. Detektif Luo pun menegaskan kalau bunuh dirinya Xi Wen tidak ada hubungannya dengan Biro Mingjing.

"Dia mati di Biro Mingjing dan kau bilang tidak ada hubungannya dengan Biro Mingjin? Tampaknya dalam dua tahun terakhir, muncul beberapa orang pintar di Biro Mingjing."

Dalam catatan itu, disebutkan bahwa Xi Wen mengaku membunuh korban secara tak sengaja gara-gara korban melecehkan Song Yao. Yang jadi masalah, sama sekali tidak disebutkan tentang senjata pembunuhnya.

Malah Kepala Biro mengaku bahwa mereka belum menemukan senjata pembunuhnya dan meyakini Xi Wen sebagai pembunuhnya hanya karena gantungan giok milik Xi Wen yang ada di tubuh korban, padahal mereka bahkan belum menyelidiki dengan benar tentang alasan kenapa gantungan giok itu bisa ada di tubuh korban.

Dan jelas saja fakta itu membuat Pei Zhao jadi murka. "Kasusnya belum jelas, barang bukti tidak lengkap, mengapa kau bilan buktinya sudah konkret?! Divonis saja belum bisa, mengapa kalian berani bilang Jiang Xi Wen bunuh diri karena merasa bersalah?! Biarpun bawahanku ingin mati, dia hanya akan mati di medan perang demi keluarga dan negara. Dia tidak akan mati dengan tidak jelas di penjara Biro Mingjing! Aku akan memeriksa kasus ini sampai tuntas. Jika ini ternyata dikarenakan ada yang lalai dalam bertugas, aku tidak akan menoleransinya!"

Pei Zhao benar-benar sedih saat menatap baju zirahnya yang memiliki banyak kenangan saat berperang bersama Xi Wen dulu. Su Ci pun sedih melihatnya seperti itu dan langsung menggenggam tangannya.

"Apa kau yang menemukan Xi Wen mati bunuh diri?" Tanya Pei Zhao.

"Seandainya aku menemukannya lebih awal, mungkin Kakak Jiang tidak perlu mati." Sesal Su Ci.

"Bukan salahmu, tidak perlu menyalahkan diri sendiri. Xi Wen telah melalui berbagai rintangan hidup dan mati bersamaku. Kukira setelah lolos dari perang Lembah Hong, dia bisa menjalani kehidupan yang tenang. Tak kusangka, pada akhirnya malah jadi seperti ini."

"Aku bersumpah tidak akan membiarkannya mati sia-sia. Percayalah padaku." Ujar Su Ci lalu memeluk Pei Zhao, berusaha memberikan kekuatannya melalui pelukan itu.

Tapi, Su Ci yakin kalau Xi Wen mengaku bersalah karena dia ingin melindungi seseorang. Tepat saat itu juga, pengawal datang mengabarkan kedatangan Song Yao.

Song Yao sontak berlutut di hadapan Pei Zhao sembari menangis memohon Pei Zhao untuk menegakkan keadilan bagi Xi Wen karena Xi Wen benar-benar tidak membunuh Tian Yong.

"Dia seperti ini gara-gara aku. Ini semua kesalahanku." Isak Song Yao

"Ada apa sebenarnya? Bicaralah pelan-pelan?"

Flashback.

Waktu itu, Tian Yong tiba-tiba menyergap Song Yao dari belakang. Tapi tiba-tiba saja Xi Wen muncul dan langsung menghajar Tian Yong berulang kali dengan penuh emosi sampai Song Yao harus menariknya menjauh, takut Xi Wen akan membunuhnya. Dia tidak mau Xi Wen menjadi pembunuh dan menghancurkan masa depannya sendiri karena dirinya.

Saat itulah Tian Yong memanfaatkan kesempatan untuk melarikan diri sambil diam-diam membawa kabur gantungan gioknya Xi Wen.

Melihat luka di leher Song Yao, Xi Wen seketika mantap ingin membuka hubungan mereka yang sebenarnya pada Pangeran Qi, dia yakin kalau Pangeran Qi pasti akan membantu mereka. Pangeran Qi tidak pernah peduli dengan tanggapan orang lain, Pangeran Qi pasti akan mengerti. Xi Wen yakin itu.

"Xiao Yao, aku tidak ingin sembunyi-sembunyi lagi. Aku ingin menikahimu. Aku ingin bersamamu selamanya." Ujar Xi Wen dan Song Yao langsung setuju.

Flashback end.

Karena itulah, Song Yao yakin kalau Xi Wen mengaku bersalah demi melindungi nama baiknya. "Aku telah mencelakainya. Aku yang mencelakainya!" Tangis Song Yao.

Pei Zhao benar-benar prihatin mendengar kisah mereka dan langsung menyuruh pengawal untuk mengantar Song Yao istirahat. Dia sungguh tidak mengerti kenapa Xi Wen merahasiakan masalah ini darinya.

Tapi saat itulah dia memperhatikan sesuatu yang sebelumnya luput dari perhatiannya, Xi Wen mati dengan menggenggam lencana militernya... yang sebenarnya adalah sebuah pertanda Pei Zhao.

Flashback.

Dulu saat Xi Wen melaporkan seorang mata-mata yang mati bunuh diri saking setianya pada tuannya, Xi Wen berkomentar bahwa baginya lebih baik mati dengan bernilai.

"Bagaimana caranya mati dengan bernilai?"

"Kalau saya, saya pasti akan mati-matian menyampaikan pesan pada Pangeran."

"Bagaimana caranya?"

Melalui lencana militernya. Dia akan menggenggam lencana militer ini di tangannya sebagai pertanda biar Pei Zhao tahu bahwa ada orang yang ingin mencelakai Pei Zhao agar Pei Zhao bisa bersiap-siap lebih awal.

Flashback end.

Ingatan itu kontan membuat Pei Zhao menggenggam erat lencana itu dan bertekad tidak akan membiarkan Xi Wen mati sia-sia.

Demi mencari kebenarannya, Su Ci cs mulai meneliti mayat Tian Yong bersama-sama. Ada bubuk warna merah jambu dan emas di wajah dan kukur korban yang jelas adalah bubuk pemerah pipi yang dijual Song Yao. Pasti dari sinilah awal penyelidikan Detektif Luo hingga akhirnya dia menemukan Xi Wen.

Ru Shuang melihat korban terbunuh dengan satu tikaman. Jelas ini tidak mungkin dilakukan oleh orang biasa, karena orang biasa tidak akan mungkin bisa membuat luka fatal yang sebersih ini.

Saat meneliti baju korban, Su Ci melihat ada bubuk di baju korban, entah itu bubuk apa. Ru Shuang menduga kalau itu mungkin bubuk kapur atau semacamnya, soalnya kan korban bekerja sebagai tukang.

Su Ci yakin bukan kapur karena kalau kapur, pasti akan menimbulkan korosi di bajunya, sedangkan baju korban tetap utuh. Tapi Su Ci sendiri belum tahu itu bubuk apa.

Dalam laporan kasus juga tidak ditulis tentang petunjuk ini, Pei Zhao menduga petunjuk ini pasti terlewatkan sebelumnya. Kalau begitu, Su Ci usul agar dia dan Pei Zhao pergi melihat TKP besok, siapa tahu ada petunjuk yang terlewat. Sedangkan Ru Shuang dan Bei Ming, dia tugaskan untuk melakukan hal lain.

Setibanya di TKP, Su Ci langsung melihat-lihat tempat itu dan menyadari bahwa yang tertulis di laporan kasus memang benar, TKP yang sebenarnya bukan di sini.

Kalau begitu, Pei Zhao usul agar mereka pergi menemui keluarga korban dan menanyai mereka. Istri korban mengaku tak tahu ke mana suaminya pergi sebelum dia meninggal dunia.

Tapi dia mengakui bahwa suaminya banyak tidak disukai orang karena dulu dia sering berperilaku tidak jujur saat bekerja. Belakangan ini suaminya merenovasi sebuah gudang.

Beberapa kali suaminya itu bilang padanya bahwa dia menduga ada benda berharga yang disembunyikan di sana. Apalagi belakangan ini mereka memang butuh uang.

"Di mana gudang itu?"

"Seharusnya ada di bawah Gunung Qing di pinggiran timur kota."

Saat mereka pulang tak lama kemudian, Ru Shuang dan Bei Ming sudah menunggu mereka. Ru Shuang pun melapor bahwa dia dan Bei Ming sudah menanyai sipir penjara Biro Mingjing. Menurut orang itu, Xi Wen tidak pernah bertemu orang dari luar Biro Mingjing sejak dia mulai masuk penjara sampai dia meninggal.

"Kami juga menemukan bahwa sebelum mati, Tian Yong ingin mencuri sesuatu di sebuah gudang." Ujar Su Ci.

"Apa mungkin dia dibunuh saat tengah mencuri sesuatu?" Duga Bei Ming.

Su Ci menyatakan akan pergi memeriksa gudang itu besok pagi. Pei Zhao, Ru Shuang dan Bei Ming tentu saja tidak mau ketinggalan.

Maka pergilah mereka berempat ke tempat itu. Gudangnya besar, berada di tengah hutan dan tidak tampak berpenghuni. Tapi saat mereka masuk, tidak tampak ada barang apapun selain segentong tepung.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments