Keesokan harinya, Ru Shuang tiba-tiba memaksa Su Ci untuk menemaninya belanja ke toko kosmetik. Tapi setibanya di toko kosmetik, dia malah mendapati pemilik toko sedang diganggu seorang pria m~~~m.
Tapi tiba-tiba saja muncul Xi Wen yang menyelamatkan wanita itu lalu menendang pria itu keluar dari toko dan menghajarnya habis-habisan. Dia benar-benar emosi karena wanita itu ternyata adik iparnya Xi Wen. Wanita itu jadi panik saat Xi Wen mulai kelewat batas dan buru-buru menghentikan aksinya.
Tapi si pria m~~~m malah menuduh wanita itu tidak mau ikut dengannya karena dia menyukai kakak iparnya sendiri. Dan para warga yang menonton, langsung mempercayainya begitu saja.
Su Ci sontak maju membela mereka karena dia dan Ru Shuang adalah saksi yang melihatnya mengganggu wanita itu, sedangkan Xi Wen hanya menolong wanita itu.
Si pria m~~~m tak gentar, malah menuduh mereka semua bersekongkol melawannya, maka Su Ci langsung mengeluarkan lambang Biro Mingjing-nya dan mengancam pria itu untuk ikut dengannya ke Biro Mingjing. Pria itu jadi ketakutan dan langsung kabur.
Begitu semua orang bubar, Xi Wen pun memperkenalkan kakak iparnya yang bernama Song Yao itu pada Pei Zhao dan yang lain. Song Yao masih ingat dengan Ru Shuang yang pernah datang padanya untuk menanyakan tentang pemerah bibir.
Ru Shuang ternyata datang ke sana bukan untuk membeli kosmetik, melainkan untuk menanyakan bekas pemerah bibir yang menempel di bajunya Bei Ming, dia bahkan sengaja memotong bajunya Bei Ming untuk memperlihatkan contohnya pada Song Yao.
Song Yao mengonfirmasi bahwa itu memang pemerah bibir, dia bahkan langsung menunjukkan pemerah bibir yang warnanya persis seperti yang menempel di kain itu. Pemerah bibir ini dibuat dari buah ceri segar, bisa membuat wajah terlihat segar dan cantik.
"Dua hari ini, siapa saja yang datang untuk membeli pemerah bibir ini?"
"Ada dua orang gadis dan seorang pria."
Ru Shuang sontak panik, berpikir kalau pria itu pasti Bei Ming. Apakah pria yang membelinya adalah pria yang kelihatannya lebih tua darinya, badannya tinggi dan kekar, kelihatannya cukup baik padahal sebenarnya sangat jahat?
"Apakah yang kau maksud adalah orang yang bernama Xie Bei Ming?" Tanya Song Yao. Hah? Song Yao kenal Bei Ming?
Song Yao mengaku bahwa dua hari yang lalu, Bei Ming memang membeli pemerah bibir di sini dan memang benar warna inilah yang dibeli Bei Ming. Bei Ming bilang itu untuk diberikan pada orang yang dia sukai. Bei Ming bahkan sengaja memberitahukan namanya padanya. Ru Shuang jelas kesal dan langsung pergi sambil merutuki Bei Ming.
Su Ci bergegas mengejarnya, sementara para pria masih di sana. Ternyata dulu adiknya Xi Wen ikut berperang bersama mereka tapi gugur di medan perang, padahal waktu itu dia baru menikah kurang dari setengah bulan.
Pei Zhao jadi sedih teringat hal itu. Tapi Xi Wen meyakinkan bahwa adiknya tidak pernah menyesal ikut berperang dengan mereka. Setelah adiknya meninggal, pemerintah dan Pei Zhao banyak membantu keluarga mereka sehingga mereka tidak pernah kekurangan.
Adik iparnya itu menyukai alat rias, makanya dia membuka toko ini, dia juga sering datang membantunya. Dia tidak pernah bilang pada Pei Zhao karena dia khawatir Pei Zhao akan berpikir bahwa adik iparnya itu seorang janda, tidak baik jika dia terus menerus menampilkan diri di hadapan publik.
Pei Zhao menyangkal, dia justru tidak setuju jika wanita terus menerus dikurung di dalam rumah. Justru wanita yang bisa mengandalkan dirinya sendiri seperti adik iparnya Xi Wen itu bagus.
Hanya saja, tindakan Xi Wen hari ini terlalu gegabah. Xi Wen menjelaskan kalau pria itu memang sering bikin onar di sini, makanya hari ini tidak bisa mengontrol emosinya lagi.
"Lain kali jika menghadapi orang seperti itu, langsung tangkap untuk dijadikan kuli saja. Jangan melakukannya sendiri."
Begitu tiba di rumah, Ru Shuang hendak melabrak Bei Ming tapi malah mendapati Bei Ming baru keluar dari kamar bersama Wen Wen - si wanita penghibur dari rumah bordil, sambil bergandengan tangan.
Bahkan dengan dinginnya dia menyatakan untuk mengakhiri hubungannya dengan Ru Shuang dan mengklaim bahwa dia dan Wen Wen saling mencintai. Dia bahkan berencana mau menebus Wen Wen beberapa hari lagi lalu menikahinya.
Emosi, Ru Shuang hampir saja mau menyerang Bei Meing. Tapi Su Ci dengan cepat menghentikannya. Tapi Bei Ming masih saja tidak berhenti sampai di sana, malah membanding-bandingkan Wen Wen yang lebih segala-galanya daripada Ru Shuang. Dia tidak akan menjadikan seorang gadis desa sebagai nyonya muda Vila Gunung Feiyun-nya.
"Lalu bagaimana dengan dia? Dia wanita dari rumah bordil. Apakah dia layak menjadi bagian dari Vila Gunung Feiyun kalian?"
"Walaupun dia dari rumah bordil, tapi dia belum ternodai. Hanya menjual bakatnya, bukan tubuhnya. Aku suka yang seperti itu!"
"Baiklah! Tuan Muda Xie, Nona Wen Wen, aku doakan kalian bahagia selama-lamanya." Kesal Ru Shuang lalu pergi.
Padahal sebenarnya, begitu Ru Shuang dan Su Ci pergi, Bei Ming langsung melepaskan pegangan tangannya dari Wen Wen dengan mata berkaca-kaca.
Ru Shuang sontak menangis sedih dalam pelukan Su Ci. Padahal dulu Bei Ming pernah bilang bahwa Bei Ming hanya akan menyukainya seorang. Bei Ming pernah bilang bahwa Bei Ming akan membawanya berkelana dan membela kebenaran. Bei Ming juga pernah bilang mau menjadi sepasang kekasih yang romantis dengannya. Tapi kenapa sekarang Bei Ming memandang rendah dirinya dan tidak menginginkannya lagi?
"Kakak Su, apakah semua pria hanya menyukai gadis yang cantik? Apakah tidak ada pria yang akan menyukai gadis liar sepertiku?"
"Mana mungkin. Kau bukan gadis liar. Lagipula, Saudara Xie bukan orang lain."
"Tapi... tapi dia bilang..."
"Ru Shuang, pikirkanlah dengan baik. Seorang pria yang jatuh cinta pada pandangan pertama padamu, selalu memikirkanmu setiap hari, bahkan rela mati demi kau, mana mungkin tiba-tiba mencintai orang lain?"
"Tapi di pakaiannya jelas-jelas ada pemerah bibirnya Wen Wen. Mereka pasti sudah pernah melakukan hubungan fisik."
Berusaha menenangkannya, Su Ci dengan lembut bertanya pada Ru Shuang. Jika misalnya dia pergi membeli barang di toko, apakah mungkin dia akan dengan sengaja memberitahu pemilik toko tentang namanya?
"Tidak."
"Kalau begitu, aku tanya lagi. Jika misalnya kau menyukai orang lain, apakah kau akan membawa orang itu pulang lalu menunggu Saudara Xie untuk menginterogasimu?"
"Tidak akan. Xie Bei Ming pasti akan membunuhnya..." Ru Shuang tiba-tiba paham apa maksud Su Ci. Xie Bei Ming berbohong padanya? Tapi kenapa? Kenapa Bei Ming melakukan itu?
"Aku juga hanya menduganya. Kau harus menanyakan sendiri padanya. Jangan menangis lagi."
Su Ci lalu menceritakan masalah ini ke Pei Zhao. Dia sungguh tidak mengerti kenapa Bei Ming melakukan itu pada Ru Shuang. Pei Zhao rasa, Bei Ming memiliki kesulitannya sendiri.
Su Ci heran mendengarnya. Apakah Pei Zhao mengetahui sesuatu? Pei Zhao menyangkal, masalah perasaan sangat sulit ditebak. Bukankah dulu Su Ci juga sengaja menjauhinya.
"Aku... waktu itu hanya salah paham."
Saat Pei Zhao mendatangi Bei Ming di kamarnya, dia mendapati Bei Ming sedang mabuk-mabukan lagi. Heran dia, apa Bei Ming punya masalah pikiran?
Bei Ming menyangkal, tapi tentu saja Pei Zhao bisa tahu kalau dia sedang berbohong. Tapi dia sengaja tidak langsusng mengonfrontasinya. Sejak mereka saling mengenal, Bei Ming selalu membantunya.
Karena itulah, jika Bei Ming punya kesulitan apapun, sebaiknya Bei Ming mengatakannya saja. Dia akan berusaha untuk membantu Bei Ming. Tapi Bei Ming terus bersikeras menyangkal, mengklaim dia tidak punya masalah apapun.
"Kalau begitu, aku membutuhkan bantuan Saudara Xie untuk suatu hal."
"Katakanlah, Saudara Pei. Selama aku bisa membantu, aku pasti akan membantu."
"Kau juga tahu, Su selalu ingin membersihkan nama Klan Bailiang dari tuduhan. Aku juga masih terus memikirkan tentang peperangan di Lembah Hong. Baik itu kasus Klan Bailiang, peperangan di Lembah Hong atau kematian mendadak mendiang kaisar, semuanya menunjuk pada Pangeran Yun."
Bei Ming sontak menghindari kontak mata dengan canggung begitu Pei Zhao menyebut nama Pangeran Yun. Pei Zhao memberitahu Bei Ming bahwa Pangeran Yun telah menguasai pemerintahan selama bertahun-tahun, kekuatannya sangat besar dan luas.
Pei Zhao tidak mungkin bisa melawan Pangeran Yun dengan hanya mengandalkan kekuatannya sendiri. Karena itulah, dia harap Bei Ming bisa membantunya.
Canggung, Bei Ming mengklaim kalau dia hanya seorang pengembara biasa, dia tidak mengerti apa-apa tentang permasalahan di pemerintahan. Takutnya tidak akan bisa membantu apa-apa.
"Saudara Xie menolak permintaanku... apakah karena ingin membantu Pangeran Yun?"
Ah! Jadi Pei Zhao sudah tahu. Bei Ming terkejut mendengarnya. Pei Zhao mengaku bahwa dia memang sudah tahu baru-baru ini bahwa Bei Ming adalah anak angkat Pangeran Yun.
"Kalau begitu, kau membiarkanku ikut pergi ke Nan Xun dengan kalian, apakah tidak takut aku akan memberitahu ayah angkatku tentang masalah Nenek?"
"Apakah kau akan melakukannya?"
"Tidak akan." Tegas Bei Ming. "Meskipun dia ayah angkatku, tapi aku juga tahu mana yang benar dan mana yang salah. Apalagi kita sudah melalui begitu banyak rintangan bersama. Kalian adalah teman terbaikku. Aku, Xie Bei Ming, tidak akan mengkhianati teman sendiri."
Tapi tetap saja dia merasa bersalah karena jejak mereka jadi ketahuan oleh Pangeran Yun gara-gara kelalaiannya. Dia sudah bersalah pada mereka semua.
"Saudara Xie, kau hanya dimanfaatkan orang. Itu bukan salahmu."
Bei Ming tersentuh mendengarnya. "Saudara Pei, kau sungguh berpikir seperti itu?"
"Iya."
Tapi Bei Ming masih galau karena bagaimanapun, ayah angkatnya sangat baik padanya. Segala hal yang dia miliki adalah pemberian ayah angkatnya. Makanya dia tidak bisa mengkhianati ayah angkatnya itu.
"Apa itu mengkhianati? Jika tindakan Pangeran Yun didasarkan oleh kebenaran, maka aku tidak akan mengatakan apapun. Tapi dia meremehkan nyawa orang, mencelakai orang baik. Semua itu demi kepentingan pribadinya. Jika kau masih terus setia padanya, bukankah itu sama seperti memutarbalikkan antara yang baik dan jahat?"
"Tapi... tapi dia adalah ayah angkatku. Aku tidak bisa..."
"Jika dia sungguh baik terhadapmu, bagaimana mungkin kau mabuk-mabukan di sini?!"
Epilog:
Pei Zhao dan Su Ci bisa mengetahui seperti apa sosok mendiang Nyonya Besar Xu berkat Qing Mei yang memperlihatkan lukisan ibunya yang tampak sangat cantik pada mereka. Pei Zhao berkomentar bahwa Qing Mei sangat mirip dengan ibunya.
"Setiap kali melihat lukisan ibuku, aku selalu memberitahu diriku sendiri bahwa aku harus hidup dengan baik. Dengan begitu, aku tidak akan merasa bersalah pada beliau."
Bersambung ke episode 28
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam