Sinopsis Maiden Holmes Episode 25 - 3

Mereka lalu mendatangi petugas otopsi untuk melihat mayatnya He Da - si pengurus ulat sutra yang mati. Tapi si petugas otopsi malah menyarankan mereka untuk berhenti menyelidiki kasus ini karena menurutnya kematian He Da bukan dilakukan oleh manusia.

Dia mati dalam keadaan kepala terbungkus rapat seperti kepompong ulat sutra di kebun ulat sutra Keluarga Xu pada tanggal 10 bulan 9 dan di tubuhnya tidak ada bekas luka apapun. Dia yakin itu adalah hukuman dari Dewi Bunga Sutra.

Hari itu adalah hari persembahan Dewi Bunga Sutra. Demi menjaga ulat sutra muda, He Da makan dan tinggal di dalam ruang ulat sutra selama setengah bulan.

Itu memang aturan di sini karena kebetulan tanggal 10 bulan 9 adalah masa hibernasi ketiga ulat sutra. Ulat sutra di desa mereka biasanya melalui 4 kali hibernasi baru bisa menjadi kepompong.

Pihak pemerintah setempat memang pernah menyelidiki kasus ini, tapi kasus ini benar-benar tidak seperti perbuatan manusia. Karena He Da juga tidak punya keluarga, jadi mayatnya diurus sembarangan.


Dia lalu memperlihatkan mayat itu pada mereka. Melihat kondisi mayat, Ru Shuang memastikan bahwa korban memang mati karena kehabisan napas. Tuan Xu dan Nyonya Xu yang melaporkan kematiannya pada pemerintah, tapi dia tidak tahu siapa yang pertama kali menemukan jasad He Da.

"Apakah masih ada yang tersisa dari patung dewi yang terbakar?"

"Semuanya sudah terbakar habis. Tidak menyisakan apapun."

Karena tidak menemukan petunjuk apapun dari jasad-nya He Da, Su Ci ingin pergi ke rumah Keluarga Xu. Tapi Ru Shuang tidak bisa ikut karena dia masih harus menyelidiki sumber wabah penyakit yang melanda desa ini dan mencari cara untuk mengobatinya, dan dia menyuruh Bei Ming untuk ikut menemaninya.


Su Ci semangat mau pergi ke rumah Keluarga Xu sekarang juga, tapi Pei Zhao dengan cepat menghentikannya dan mengingatkan Su Ci akan penampilannya. Masa dia mau pergi ke rumah Keluarga Xu seperti ini?

Tak lama kemudian, mereka mendatangi toko aksesoris sambil berpura-pura jadi sepasang suami-istri yang datang ke desa ini untuk mengakusisi beberapa toko kain di desa ini.

Mendengar itu, si pemilik toko aksesoris menyarankan mereka untuk mengakusisi toko Keluarga Xu saja. Mereka memiliki toko kain terbesar di desa ini tapi sekarang mereka sedang terburu-buru untuk menjual bisnis mereka.

Beberapa hari yang lalu, Tuan Xu datang ke tokonya ini dan dia menyukai sebuah gantungan giok Hetian yang berkualitas bagus. Dia sudah membayar uang mukanya, tapi setelah beberapa hari, tetap belum datang membelinya.

Ditambah lagi keluarga mereka juga mengalami masalah beberapa hari yang lalu. Pemasukan mereka pastilah tidak lancar. Pai Zhao langsung meminta pemilik toko untuk memperlihatkan gantungan giok itu padanya dan Pei Zhao langsung suka begitu melihatnya.


Mendengar Pei Zhao menyukai benda itu, Su Ci langsung berinisiatif untuk membelikan benda itu untuk Pei Zhao. Apalagi selama ini dia tidak pernah memberikan apapun untuk Pei Zhao. Berapa harganya?

"Tidak mahal. 100 tael saja ." Jawab pemilik toko yang kontan saja membuat Su Ci protes heboh. Apanya yang tidak mahal?!

Geli, Pei Zhao santai saja menyerahkan uangnya sebelum Su Ci sempat menghentikannya dan menyarankan Su Ci untuk menggunakan uangnya sendiri untuk membeli alat rias saja. Su Ci ngotot tidak mau, ini kemahalan, buat apa Pei Zhao membeli ini?

"Istriku, lain kali kau boleh lebih boros sedikit. Aku seharusnya sanggup menanggungnya."


Tapi Su Ci masih saja ngotot menolak dan berniat mau mengembalikan benda ini. Tapi Pei Zhao dengan cepat menghentikannya dan mengaku bahwa dia membeli ini demi memecahkan kasus. Sekarang, mari ke toko baju dan membeli pakaian.

"Buat apa beli pakaian? Bukankah mau pergi ke kediaman Keluarga Xu?"

"Bersandiwara."

"Bersandiwara?"


Di tempat lain, Bei Ming sedang mengatur antrian bagi orang-orang yang hendak berobat ke Ru Shuang. Tapi saat dia hendak membantu Ru Shuang mengambil bahan obat, tak sengaja jarinya tergores dan berdarah.

Ru Shuang jadi cemas dan ingin segera mengobatinya, apalagi sekarang sedang ada wabah penyakit. Tapi Bei Ming malah bersikeras menolak diobati, bahkan menyatakan bahwa dia tidak takut mati.

"Jangan bicara sembarangan. Kalau kau mati, aku harus bagaimana?" Ujar Ru Shuang lalu masuk untuk mengambilkan obat.

Bei Ming tersentuh, tapi... "Ru Shuang, aku tidak layak diperlakukan dengan begitu baik olehmu."


Usai ganti pakaian dan berpenampilan bak sepasang suami istri kaya raya, Su Ci dan Pei Zhao akhirnya mendatangi kediaman Keluarga Xu. Jadi nanti rencana Pei Zhao adalah mengajak Tuan Xu bicara terus, sementara Su Ci cari kesempatan untuk melihat-lihat apakah ada kejanggalan di dalam kediaman mereka.

Mendengar tamunya adalah sepasang pasutri kaya raya, Tuan Xu yang awalnya ogah menerima tamu, langsung menyambut mereka dengan senang hati.

Saat Pei Zhao menanyakan alasannya menjual bisnisnya, Tuan Xu mengklaim bahwa karena dia sudah tua dan tidak memiliki seorang putra, harta keluarganya yang sangat banyak ini juga tidak akan bisa diwariskan pada putrinya yang tidak bisa mengurusnya. Makanya dia memutuskan untuk menjualnya.

Dia memiliki dua toko, 57 hektar kebun murbei dan tiga buah ruang ulat sutra. Mendengar itu, Pei Zhao pun ikut sumbar tentang berbagai bisnis yang dimilikinya di ibu kota, dia bahkan mengklaim bahwa beberapa tahun ini, mereka mengurus persediaan kain brokat untuk istana.

Dia berkata bahwa alasannya ingin mengakusisi toko kain lain adalah agar mereka tidak perlu bepergian ke banyak tempat. Tuan Xu langsung semangat mempromosikan bisnis keluarganya, dan kehebatan teknik menenun dan memelihara ulat sutra mereka. Mereka satu-satunya di desa ini.


"Satu-satunya? Lalu bagaimana dengan Keluaga Sun?" Sinis Su Ci.

"Kain brokat dari keluarga Sun mana bisa dibandingkan dengan milik Keluarga Xu kami? Mendiang istriku menguasai sebuah teknik menenun sejak tujuh tahun yang lalu. Itu adalah teknik yang tiada duanya di Desan Nan Xun."

Pei Zhao pun langsung menuntut Tuan Xu untuk memperlihatkan keistimewaan kain brokat Keluarga Xu itu. Dan begitu merabanya, Su Ci langsung tahu kalau itu memang teknik tenun kain brokat dari Bailiang dan dia langsung membisiki Pei Zhao tentang itu.


Maka Pei Zhao pun langsung ceplas-ceplos mengomentari teknik tenun kain brokat mereka sama persis dengan kain brokat Bailiang. Tuan Xu langsung panik mendengarnya membandingkan kain mereka dengan kain brokat karena bagaimanapun, Klan Bailiang sudah dimusnahkan dan semua orang yang terlibat dengan mereka akan dihukum.

Dia pernah dengar bahwa teknik menenun kain brokat Bailiang tidak pernah disebar keluar. Sekarang seluruh klan mereka sudah musna. Jika benar kain buatan keluarga mereka sama dengan kain brokat Klan Bailiang, bukankah itu aneh?

"Kalau begitu, teknik menenun Keluarga Xu yang sangat luar biasa ini dipelajari oleh mendiang istri anda dari mana?" Tanya Pei Zhao.


Tapi Tuan Xu sendiri jujur mengaku tak tahu. Dulu, mendiang istrinya mengurung diri selama setengah bulan. Dan begitu keluar, dia tiba-tiba sudah menguasai teknik menenun itu.

"Kalau begitu, sebelum dan setelah Nyonya Xu mengurung diri, apakah dia pernah bertemu dengan orang baru?" Tanya Su Ci.

Epilog:


Saat Nona Xu menghilang tiba-tiba, istri keduanya Tuan Xu jadi panik dan takut jika Sun Bo akan bikin onar lagi dan menghasut warga desa gara-gara menghilangnya Nona Xu.

Mendengar itu, Tuan Xu tiba-tiba melirik putri bungsunya yang malah sangat amat cuek dan masa bodo dengan masalah keluarga mereka. Tapi begitu menyadari maksud ayahnya, dia langsung panik dan dengan manja menolak menggantikan kakak tirinya untuk menikah dengan Sun Bo. Tuan Xu yang sangat menyayanginya, meyakinkan bahwa dia tidak akan melakukan itu padanya.

Si selir langsung usul agar mereka menjual saja bisnis dan seluruh properti mereka agar mereka bisa segera pergi meninggalkan tempat ini. Tapi Tuan Xu ragu, dengan segala masalah yang menimpa mereka, siapa juga yang mau membeli bisnis mereka selain Sun Bo yang suka memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan?

Bersambung ke episode 26

Post a Comment

0 Comments