Sinopsis Maiden Holmes Episode 21 - 2

Tepat saat itu juga, Nyonya Zhang baru datang setelah mendengar apa yang terjadi. Tapi dia yakin kalau kakaknya tidak mungkin membunuh orang. Su Ci pasti salah memeriksanya. Tapi Su Ci hanya menjawabnya dengan minta maaf yang secara tak langsung mengonfirmasi kebenaran penyelidikannya.

Shock, Nyonya Zhang refleks menyentuh d~~anya sehingga membuat Pei Zhao bisa melihat ada bekas merah terang yang sama dengan yang ada di baju korban tadi. Hmmm, mencurigakan, mencurigakan!


Su Ci dan Pei Zhao langsung mendatangi Liang Cheng di penjara dan menuntutnya untuk menjelaskan kronologi kejadian waktu itu.

Liang Cheng mengaku bahwa malam itu, dia berdebat dengan ayahnya. Liang Feng sepertinya sangat marah entah karena apa hingga ia menampari Liang Cheng.

Liang Cheng yang kesal, refleks balas mendorong ayahnya sehingga Liang Feng terjatuh dan dahinya tak sengaja terjedot ujung meja. Dia benar-benar emosi hingga dia tak berhenti sampai di situ, malah lanjut menghantam kepala Liang Cheng dengan patung pixiu.

"Kau cuma menghantamnya satu kali?"

"Iya. Itu sungguh-sungguh kecelakaan. Bagaimanapun, dia adalah ayahku."


Mendengar itu, Pei Zhao langsung melempar surat yang mereka temukan di Kediaman Lei dan menuntut penjelasan Lian Cheng tentang insiden masa lalu apa yang tersebut di dalam surat itu.

Liang Cheng seketika panik mengklaim kalau dia tidka tahu apa-apa karena ini adalah rahasia antara ayahnya dengan Menteri Lei. Pei Zhao jelas tak percaya, Liang Cheng bahkan tega membunuh ayah kandungnya sendiri, tentu saja dia akan berbohong dan mengklaim tak tahu apa-apa. Kalau Liang Cheng masih terus bersikeras, nanti dia akan menginterogasi Liang Cheng habis-habisan sesampainya mereka di ibu kota.


Entah bagaimana, Pangeran Yun dengan cepat mendapat kabar itu. Surat itu bahkan sudah ada di tangannya sekarang dan jadi kesal menyadari Pei Zhao mau membuka kembali kasus lama, kasus perang Lembah Hong.

Anak buahnya Pangeran Yun cemas mengingat Menteri Lei selama ini sangat dekat dengan keluarga Liang. Takutnya Pei Zhao sudah menemukan petunjuk dari kasusnya Lei Zheng.

"Bukankah aku sudah menyuruhmu untuk membersihkan semua jejak?!" Omel Pangeran Yun. "Kau pergilah sendiri dan bersihkan sampai ke akar-akarnya. Jika Xiao Yanzhi menemukan petunjuk tentang hal ini, maka semua rencanaku akan gagal."


Su Ci cs membahas kasus ini dengan keheranan karena berdasarkan keterangan Liang Cheng, Liang Cheng hanya memukul ayahnya satu kali. Tapi pada jasad korban, jelas ada 3 bekas pemukulan.

Luka pertama adalah luka benturan di sudut meja, sedangkan luka kedua adalah pemukulan yang dilakukan Liang Cheng. Lalu bekas luka ketiga, berasal dari mana?

Su Ci curiga. "Bagaimana jika ada dua pembunuh?"

Pei Zhao jadi ingat dengan Nyonya Zhang dan langsung penasaran dengan obat anti gatal yang dimilikinya. Obat itu biasanya dibuat dengan menggunakan rumput obat apa?

"Baizhi, Fructus Xanthii dan Sinabar." Ujar Ru Shuang... yang seketika sadar siapa pembunuh kedua yang mereka maksud.

Su Ci usul agar mereka menemui Nyonya Zhang dan menanyainya lagi, siapa tahu ada yang dia sembunyikan. Dia juga memerintahkan Fei Yuan untuk mengambil baju korban yang di simpan di kantor pemerintahan.


Tak lama kemudian, mereka mendatangi Nyonya Zhang dengan membawa baju korban dan meminta Nyonya Zhang untuk memperlihatkan kantung pewanginya.

Nyonya Zhang langsung tegang mendengarnya, tapi terpaksa menyerahkannya. Dari kantung itu. Ru Shuang bisa mencium aroma akar mawar kering, akar pohon gojiberi kering... Baizhi, Fructus Xanthii dan sinabar. Ini memang kantung obat untuk mengobati penyakit kulit.

Su Ci bisa langsung tahu kalau kantung pewangi yang ini baru dibuat. Lalu, di mana kantung pewangi lamanya Nyonya Zhang?

Bukankah dalam kesaksikan Nyonya Zhang, dia mengklaim bahwa dia baru mengetahui kematian ayahnya pagi harinya. Jika begitu, lalu kenapa saat darah segar korban belum membeku, Nyonya Zhang sudah pergi ke lokasi kejadian?

Nyonya Zhang menyangkal tuduhan itu dan menuntut bukti. Maka Fei Yuan pun memperlihatkan baju korban yang ada ceceran bubuk obat di atasnya. Bukankah ini berasal dari kantong pewanginya Nyonya Zhang? Ditambah lagi ada noda darah berwarna merah terang yang jelas terkena sinabar.

Nyonya Zhang mengakuinya, dia memang pergi ke TKP, tapi terus kenapa? Hal memalukan seperti ini terjadi di rumahnya. Dia juga tidak menuduh kakaknya. Bukankah itu hal yang normal?


Tapi Su Ci yakin bahwa pada saat Nyonya Zhang mendatangi kamar ayahnya dan melihatnya tergeletak di lantai, sebenarnya ayahnya itu masih hidup.

Tapi kemudian Nyonya Zhang mengambil patung pixiu lalu menggunakannya untuk menghantam ayahnya sekali lagi di dahinya. Sedangkan Liang Cheng, dia tidak pernah tahu bahwa Nyonya Zhang pernah mendatangi TKP.

Bekas luka pemukulan terakhir ini lebih besar daripada yang pertama dan kedua. Jadi kesimpulannya, Liang Feng meninggal dunia dikarenakan pemukulan yang dilakukan oleh Liang Cheng dan Nyonya Zhang. Nyonya Zhang langsung terduduk lemas mendengar semua tuduhan itu.


Pei Zhao tercengang, kenapa Nyonya Zhang melakukan ini? Mendiang suaminya dan anak mereka yang tak pernah lahir, pasti tidak ingin melihat Nyonya Zhang jadi seperti ini.

"Benar. Aku yang membunuhnya. Aku pembunuh."

"Kakak Ipar. Sebenarnya kenapa kau berbuat seperti ini?"

Nyonya Zhang menjawabnya dengan mengeluarkan sebuah kantung jimat milik mendiang suaminya. Dulu, dia mendapatkan kantung itu dari kuil untuk suaminya saat dia pergi berperang.

Suaminya selalu membawa kantung ini di sisinya. Setelah suaminya meninggal, Pangeran Qi menyuruh orang untuk mengantarkan benda-benda peninggalan suaminya dan kantung ini ada di antara barang-barang itu.

Sejak saat itu, Nyonya Zhang selalu membawa kantung ini ke mana-mana... hingga beberapa hari sebelumnya, dia menyadari di atas kertas jimat, ada surat darah yang ditulis suaminya.

Pei Zhao kaget. "Dia menulis surat darah? Apa yang dia tulis?"

"Aku selalu mengira suamiku meninggal karena perang negara. Meninggal dengan terhormat karena itu adalah keyakinannya. Namun saat melihat surat darah ini, aku baru mengetahui bahwa dia dicelakai orang." Isak Nyonya Zhang lalu menyerahkan surat darah itu ke Pei Zhao.

Aku telah berperang 3 hari lamanya, tidak bisa menghancurkan kepungan. Setelah mendesak berkali-kali, tidak ada pergerakan dari pasukan bantuan. Dicurigai ada kolusi dengan musuh. Perang ini tidak memiliki harapan untuk kembali hidup-hidup. Semoga istri dan anakku jaga diri dengan baik.

Itulah yang ditulis Jenderal Zhang dalam suratnya. Pei Zhao tercengang menyadari siapa pengkhianat dalam perang waktu itu. Komandan pasukan bantuan waktu itu... adalah Liang Cheng.

Nyonya Zhang mengaku bahwa sejak kembali dari medan perang, kakaknya selalu berkata bahwa dia mengalami banyak kesulitan saat membunuh musuh sehingga dia gagal menyelamatkan suaminya.

Selama ini Nyonya Zhang selalu mempercayai kakaknya itu. Tapi siapa sangka kalau ayahnya dan kakaknya ternyata pembunuh. Sejak mengetahui surat darah itu, dia ingin selalu menanyakannya pada ayah dan kakaknya.  Tapi akal sehatnya selalu memberitahunya untuk tidak bertindak gegabah. Hingga beberapa hari yang lalu, dia tak sengaja mendengar pertengkaran ayahnya dan kakaknya.

Flashback.


Malam itu, dia tak sengaja lewat saat dia mendengar Liang Cheng menyuruh Liang Feng untuk menulis surat pada seseorang karena dia menginginkan jabatan wakil menteri militer.

Tapi Liang Feng menolak mengingat Liang Cheng dulu pernah kelewatan dengan menulis surat secara pribadi pada Menteri Lei dulu.

"Waktu itu aku cuma menyuruhnya untuk membantu. Waktu itu 'dia' berkolusi dengan pasukan musuh. Demi 'dia', kita bahkan tidak memedulikan nyawa adik ipar."

Nyonya Zhang shock mendengarnya. Parahnya lagi, Liang Feng sama sekali tidak pernah menganggap Jenderal Zhang ataupun Nyonya Zhang karena Nyonya Zhang hanya seorang putri angkat.

Liang Feng hanya takut jika 'orang itu' sampai mengetahui surat yang Liang Cheng kirim ke Menteri Lei. Orang itu pasti tidak akan melepaskan Liang Cheng begitu saja.

Flashback end.


Pei Zhao jelas penasaran, siapa sebenarnya orang yang dimaksud Liang Feng dan Liang Cheng? Nyonya Zhang juga tidak tahu karena ayah dan kakaknya tidak pernah menyebut nama.

"Yang Mulia, anda harus membuat si pembunuh membayar dengan nyawanya."

"Selama aku masih hidup, aku pasti akan memberikan keadilan bagi Kakak Zhang." Janji Pei Zhao.

Nyonya Zhang mengaku masih punya satu barang lagi untuk diperlihatkan pada mereka. Tapi begitu dia menjauh dari mereka, tiba-tiba saja dia menusuk dirinya sendiri.

Dengan lemah dia berterima kasih atas penjagaan Pei Zhao selama beberapa tahun ini dan meminta Pei Zhao untuk tidak membiarkan suaminya mati dalam ketidakadilan.

"Sekarang aku bisa bertemu dengannya lagi." Ucap Nyonya Zhang sebelum kemudian menghembuskan napas terakhirnya.


Parahnya lagi, saat Pei Zhao dan Xi Wen mendatangi penjara, para penjaga tempat itu dan Liang Cheng juga sudah mati terbunuh. Pei Zhao kesal. Tapi di salah satu mayat, Pei Zhao melihat ada bekas tusukan di dahi.


Tak lama kemudian, mereka menguburkan Nyonya Zhang bersama dengan suaminya. Pei Zhao memberitahu Su Ci bahwa saat Nyonya Zhang mendapat kabar kematian suaminya, dia menjadi begitu sedih sehingga dia gagal mempertahankan jabang bayi mereka.


Pei Zhao benar-benar menyesal karena waktu itu dia tidak menemani Jenderal Zhang. Seandainya waktu itu dia melindungi Jenderal Zhang...

"Saudara Pei, apa kau akan menyalahkanku karena menangkap si pembunuh?"

"Kenapa kau berpikir seperti itu?"

Bagaimanapun, yang dilakukan ayah dan anak itu adalah berkolusi dengan musuh dan mengkhianati negara. Sedangkan apa yang dilakukan Nyonya Zhang malah demi keadilan negara.

"Apa kau merasa Nyonya Zhang bunuh diri karena kau menunjuknya sebagai pembunuh?"

"Bukankah begitu?"

Tidak. Dia melakukan itu karena beban yang ditanggung Nyonya Zhang terlalu besar. Pei Zhao hanya menyesal karena tidak bisa menyadari konspirasi yang ada dalam kasus ini sejak awal.

Seandainya saja dia menegakkan keadilan bagi Jenderal Zhang sejak awal, Nyonya Zhang pasti tidak akan sampai begini. Semua ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan Su Ci. Dia hanya melakukan apa yang harus dia lakukan.

"Sekarang, bahkan aku sendiri mulai meragukan diriku sendiri. Sebenarnya aku berbuat seperti itu, benar atau tidak? Jika bukan karena aku bersikeras, Nyonya Zhang tidak perlu mati."


"Setiap orang harus bertanggung jawab atas perbuatan mereka sendiri. Jika semua orang membunuh orang karena cinta dan kebencian mereka sendiri, apa gunanya hukum negara? Tanggung jawabmu adalah mencari kebenaran. Kau tidak perlu meragukan hal ini."

Sekarang ibu kota tengah mengalami perubahan besar. Banyak hal yang terlibat di dalamnya, Pei Zhao takut jika Su Ci akan terjebak di dalamnya dan terlibat dalam bahaya besar.

Tapi Su Ci dengan mantap meyakinkan Pei Zhao bahwa dia tidak takut. Dia tahu kalau Pei Zhao mengkhawatirkannya dan selama ini Pei Zhao selalu melindunginya. Tapi kali ini, giliran Su Ci yang harus melakukan sesuatu untuk Pei Zhao. Pei Zhao tersentuh mendengarnya.

Bersambung ke episode 22

Post a Comment

1 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam