Sinopsis Maiden Holmes Episode 21 - 1

Tiba-tiba terdengar suara Liang Cheng yang memerintahkan pengurus rumah untuk mengubur ayahnya secepatnya, dia bahkan tak peduli biarpun itu melanggar tradisi.

Pei Zhao bergegas menyembunyikan mereka berdua sebelum Liang Cheng masuk ke ruangan itu untuk mencari sesuatu. Tapi dia tidak bisa menemukannya di mana-mana dan jadi kesal pada almarhum ayahnya.

Liang Cheng akhirnya pergi tanpa hasil. Su Ci jadi semakin curiga sama Liang Cheng. Tadi bersikeras mencegahnya membuka peti mati dan sekarang malah ingin bergegas mengubur ayahnya.

Pei Zhao jadi yakin kalau Liang Cheng-lah yang membunuh ayahnya sendiri. Dia juga pasti takut jika Su Ci menemukan sesuatu dari jasad ayahnya. Tapi masalahnya, dia baru pulang setelah ayahnya meninggal dunia.

"Tadi aku melihat ada bekas kunyit di kaki kudanya. Tapi sejak siang sudah hujan, lalu bagaimana bisa bekas kunyit itu ada pada kudanya?"

Su Ci jadi semakin bertekad untuk menemukan cara membuka peti mati Liang Feng. Mengingat kepanikan Liang Cheng dalam mencari sesuatu tadi, Su Ci punya ide untuk memanfaatkan itu untuk membuat Liang Cheng membuka peti mati ayahnya.


Keesokan harinya, Bei Ming datang membawakan sebuah kotak yang Su Ci inginkan. Dia meyakinkan bahwa kotak ini sangat sulit dibuka dengan benda apapun kecuali mereka punya kuncinya.

"Apa ini benar-benar bisa berhasil?" Ru Shuang ragu.

"Selanjutnya kuserahkan pada kalian berdua." Ujar Su Ci.


Bei Ming dan Ru Shuang pun mulai beraksi dengan memaksa Pengurus Rumah Kediaman Liang untuk menerima kotak itu dan bilang pada Liang Cheng bahwa dia menemukan kotak itu di antara barang-barang peninggalan ayahnya.

Tapi si pengurus rumah ngotot menolak karena dia tidak mau berbohong pada tuannya. Bei Ming meyakinkan kalau ini bukan berbohong, justru membantu.

Dia bahkan berusaha menyogok si pengurus rumah dengan uang yang sangat banyak. Tapi si pengurus rumah tetap teguh dengan pendiriannya, menolak mengkhianati keluarga Liang.


Berhubung Bei Ming gagal membujuknya, sekarang giliran Ru Shuang yang mencobanya. Dengan bantuan Bei Ming, Ru Shuang memaksa si pengurus rumah untuk menelan sebutir pil.

Dia mengklaim kalau itu adalah racun. Jika si pengurus rumah menolak membantu mereka, maka besok dia akan mati. Si pengurus rumah tak percaya, dia yakin itu cuma permen yang mereka gunakan untuk menipunya.

Tapi Ru Shuang langsung menunjukkan serbuk racun di tangannya lalu menaburnya ke semak dan seketika itu pula semak hijau itu mengering dan mati. Pengurus rumah jadi ketakutan.

"Aku mengerti kau sangat setia pada keluarga Liang, maka besok kau bisa bertemu dengan tua besarmu di alam baka."

Ketakutan, si pengurus rumah akhirnya setuju untuk membantu mereka sambil menuntut penawar racunnya. Tapi Ru Shuang menolak menyerahkannya sekarang, nanti kalau dia sudah selesai dengan tugasnya, baru Ru Shuang akan memberikan penawar racunnya.


Si pengurus rumah terpaksa menurut dan pergi dengan membawa kotak itu. Dan baru setelah itu Ru Shuang memberitahu Bei Ming bahwa yang dia berikan pada si pengurus rumah itu sebenarnya bukan racun, melainkan permen. Sayang dong racunnya yang sangat berharga, digunakan pada seorang pelayan.

Wah! Bei Ming sungguh bangga dengan kecerdasan Ru Shuang, dia pintar menghemat uang buat sogokan. Ngomong-ngomong tentang sogokan, kenapa Bei Ming ngasih sogokan banyak banget? Kalau dia terus menerus menghambur-hamburkan uang, cepat atau lambat dia bakalan bangkrut.

"Tidak apa-apa. Aku masih memilikimu untuk mengurusku, Nyonya kecilku. Vila Gunung Feiyun kami pasti akan makmur. Nih untukmu." Ujar Bei Ming sambil menyerahkan semua uangnya pada Ru Shuang.

"Kau beruntung mengenalku." Ujar Ru Shuang bangga. Eh tapi sebaiknya jangan menunggu sampai sore. Mending mereka cari Su Ci sekarang dan pergi ke makam Jenderal Zhang.


Dalam perjalanan, Bei Ming menceritakan kisah kepahlawanan mendiang Jenderal Zhang yang dulu berperang dibawah kepemimpinan Pangeran Qi dan berhasil mengalahkan 20.000 pasukan musuh dengan hanya 3.000 pasukan. Sayangnya, ia gugur dalam Perang Honggu.

Pei Zhao hanya mendengarkannya dalam diam, teringat peperangan mereka dulu. Bagaimana dulu di tengah perang, Jiang Xiwen melapor padanya bahwa bala bantuan mereka tidak bisa datang karena jembatan terputus gara-gara banjir.

Maka Pei Zhao pun memerintahkan agar Jenderal Zhang bergabung bersama mereka, tapi pada akhirnya dia malah mendapat kabar bahwa Jenderal Zhang dan seluruh pasukannya sudah dibinasakan musuh.

Su Ci memperhatikan ekspresinya dan jadi cemas karenanya. Dia kenapa? Tapi Pei Zhao menyangkal dan menolak mengatakan apapun.


Mereka tiba di makam Jenderal Zhang tak lama kemudian dan Pei Zhao memimpin penghormatan untuk beliau. Nyonya Zhang juga baru datang saat itu untuk membersihkan makam suaminya dan menggeser letak bunga yang tadinya ditaruh Ru Shuang.

"Pangeran, terima kasih atas perhatian anda selama ini. Jika almarhum suami saya tahu, dia pasti merasa tenang."

"Dia mengorbankan dirinya untuk negara. Kakak ipar, jagalah dirimu dengan baik."

"Tapi saya lebih suka dia tidak terlalu mulia. Mendiang suami saya kehilangan nyawanya demi negara, tapi orang lain menginjak tulang belulangnya untuk bertahan hidup dan menikmati kejayaan dan kekayaan." Ujar Nyonya Zhang yang jelas-jelas menyindir Pei Zhao.

Tapi bagaimanapun, dia berterima kasih karena mereka semua sudah datang untuk menziarahi mendiang suaminya. Sekarang sudah sore, sebaiknya mereka segera turun gunung.


Dia lalu pamit duluan, tapi tiba-tiba saja tangannya gatal-gatal. Ternyata Nyonya Zhang alergi bunga dan pelayannya langsung mengobatinya dengan bedak khusus untuk gatal. Ru Shuang memberitahu Su Ci bahwa obat itu juga biasanya digunakan untuk membuat kantong obat.


Liang Cheng termakan jebakan mereka dan benar-benar membuka peti mati ayahnya untuk mencari kunci kotak itu. Tiba-tiba saja Su Ci cs menerobos masuk dengan membawa pasukan pengawal kerajaan, membuat Liang Cheng jadi tidak bisa berkutik.

Su Ci cs pun akhirnya bisa memeriksa mayat korban dengan bebas. Su Ci langsung membandingkan luka di dahi korban dengan kaki patung pixiu. Ru Shuang memperhatikan ada 3 bekas pemukulan yang masing-masing bentuknya tidak sama. Di sisi luka benturan juga ada luka memar berbentuk bulan sabit.

Dilihat dari tingkat hilangnya memar, Su Ci menyimpulkan bahwa bekas luka itu pasti bekas luka yang ditinggalkan si pembunuh saat melakukan kejahatannya.

Pei Zhao menduga dari posisi bekas memar dan permukaan luka, kemungkinan luka ini diakibatkan sebuah benda di jari si pembunuh.


Liang Cheng tampak jelas sangat tegang mendengar segala asumsi mereka. Apalagi saat Su Ci melepaskan cincin giok yang ada di jari ayahnya. Tapi dia berusaha keras untuk menjaga ekspresinya tetap normal.

Tapi Su Ci sudah yakin akan siapa pembunuhnya dan langsung terang-terangan mengutarakannya. "Liang Cheng, kau dicurigai membunuh ayah kandungmu, Liang Feng. Mohon ikut kami ke kantor bupati."

Saat Liang Cheng tidak terima dengan tuduhannya, Su Ci tanya pada hari apa Liang Cheng pulang. Liang Cheng mengklaim bahwa dia baru pulang pada hari yang sama dengan saat mereka datang.

Maka Su Ci pun langsung menyuruh Fei Yuan untuk membawakan kudanya Liang Cheng dan menunjukkan adanya bekas kunyit yang tertempel di kaki kuda itu.

Liang Cheng mengklaim bahwa itu karena si kuda tak sengaja terkena kunyit dalam perjalanan karena belakangan ini para petani baik di dalam maupun luar kota, sedang menjemur kunyit-kunyit mereka.

"Namun di hari kepulangan Tuan Muda Liang, turun hujan lebat. Petani rumput obat sudah membereskan rumput obat mereka sejak awal. Lalu bagaimana bisa kudanya Tuan Muda Liang, ternoda kunyit?"

Liang Cheng mengklaim tak tahu kapan kudanya terkena kunyit mengingat sudah beberapa hari berlalu. Tapi Su Ci mengingatkan bahwa beberapa hari sebelumnya selalu hujan dan hanya pada hari kematian Liang Feng-lah cuaca cerah.

Fei Yuan juga sudah bertanya pada para penjaga kuda dan mereka mengonfirmasi bahwa kaki kuda ini terluka dan sudah berada di dalam kediaman sejak beberapa hari yang lalu.


Sekarang Liang Cheng mengganti jawabannya dengan mengaku bahwa dia memang pulang satu hari lebih awal untuk mengurus urusan peternakan, makanya dia tidak bisa pulang ke rumah tepat waktu.

"Lalu kenapa kau berbohong?!"

"Su Ci, kuperingatkan kau. Menuduh pejabat istana, kau harus punya bukti."

"Luka yang membunuh korban berada di kening sebelah kanan. Jadi bisa dipastikan bahwa pembunuhnya bertangan kidal."

Dan Pei Zhao langsung mengujinya dengan melempar cincin giok itu padanya dan Liang Cheng refleks menangkapnya dengan tangan kirinya. Wah! Ternyata Liang Cheng pintar pakai tangan kiri yah?

Liang Cheng pasti tidak asing dengan cincin itu kan? Jelas ada noda darah di cincin itu, si pelaku pasti sangat tergesa-gesa sampai dia lupa membersihkan cincin ini. Apa dia boleh melihat jari kirinya Liang Cheng?

Liang Cheng diam saja, maka Bei Ming langsung memaksa Liang Cheng untuk mengangkat jempol kirinya yang tampak jelas ada perbedaan warna kulit yang menunjukkan dia telah menggunakan cincin sepanjang tahun. Su Ci langsung memakaikan cincin itu ke jempolnya dan pas.

"Tuan Muda Liang, apa anda bisa menjelaskan bagaimana cincin anda bisa bernoda darah hingga pada akhirnya sampai di tangan Tuan Besar Liang?"

Dan saat itulah Liang Cheng akhirnya mengakui perbuatannya sambil menggumam ketakutan bahwa dia sebenarnya tidak sengaja, dia tidak berniat membunuh ayahnya. Dengan pengakuannya itu, Liang Cheng pun ditangkap.


Karena sekarang urusan mereka sudah beres, si pengurus rumah langsung menuntut Ru Shuang untuk memberikan penawar racunnya. Tapi Ru Shuang dengan santainya memberitahu bahwa yang dia telan itu cuma permen, jadi tidak perlu penawar.

"Saya tidak percaya."

"Sungguh. Aku mana mungkin rela membuang-buang sebutir racunku yang berharga."


Su Ci cs kembali ke aula pemakaman, tapi malah menemukan baju bernoda darah yang luput dari perhatian mereka tadi. Ternyata itu adalah baju yang dipakai Liang Feng pada hari kematiannya, mereka memang mengganti bajunya karena berdasarkan tradisi, baju itu harus dibakar bersamaan dengan penguburan jenazah.

Memperhatikan baju itu, mereka melihat ada bekas noda yang anehnya, berwarna merah terang, sangat berbeda dari noda darah lainnya. Ru Shuang menduga kalau itu adalah sinabar (batu merah), dan ada sedikit bubuk obat juga.

Ru Shuang mencoba mengendusnya, ada bau rumput obat Baizhi, tapi Ru Shuang tidak bisa mengenali bau-bau lainnya. Su Ci heran, apa Liang Feng menderita penyakit semasa hidupnya. Tapi pengurus rumah menyangkal.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments