Sinopsis Maiden Holmes Episode 20 - 2

Su Ci bersikeras karena dia yakin ayahnya Liang Cheng dibunuh dan bukan meninggal dalam kecelakaan. Tapi Liang Cheng malah tambah ketus menolak menerima kesimpulannya.

Bahkan dengan sangat mantap dia menegaskan bahwa ayahnya benar-benar mati karena tergelincir, bagian kanan dahinya terbentur sudut meja tulis dan kehilangan banyak darah karena. (Hmm, aneh sekali, dia baru pulang tapi tahu betul kronologi ayahnya meninggal seolah melihat dengan mata kepalanya sendiri?)

Su Ci jelas jadi curiga dan langsung meminta Liang Cheng untuk mengucapkannya sekali lagi, dan Liang Cheng langsung mengulang kalimatnya dengan lancar seolah sudah dia hapal.

Su Ci jadi semakin bertekad untuk melihat jasad Tuan Besar Liang. Tapi Liang Cheng keukeuh menolak, bahkan menuntut Su Ci untuk membawakan surat izin investigasi resmi dari Biro Mingjing, baru dia akan mengizinkan Su Ci untuk melihat jasad ayahnya.

Dia tidak terima Su Ci datang tanpa bukti dan mengganggu ketenangan ayahnya. Sebagai anak, dia hanya ingin berbakti dengan cepat-cepat mengubur ayahnya agar beliau beristirahat dengan tenang. Kalau mereka masih bersikeras mau membuka peti mati ayahnya, maka langkahi dulu mayatnya.

Pei Zhao dengan bijak mengalah sambil mengisyaratkan Su Ci untuk mundur saja. Tapi Pei Zhao mengklaim bahwa dia menyukai satu benda di kediaman ini dan meminta Liang Cheng untuk memberikan benda itu padanya... yaitu patung pixiu.

 
Saat mereka keluar, Nyonya Zhang memohon maaf atas sikap kakaknya tadi. Kakaknya itu hanya belum bisa menerima kematian ayah mereka yang sangat mendadak ini. Makanya emosinya jadi kurang stabil.

Tiba-tiba kudanya Liang Cheng meringkik. Nyonya Zhang pun menyuruh pelayan untuk membawa kuda itu ke belakang. Tapi sesuatu di kaki kuda itu, menarik perhatian Su Ci.


Mereka membicarakan kasus ini lebih lanjut di penginapan. Bei Ming yakin kalau pembunuhnya adalah Liang Cheng. Fei Yuan setuju, jelas-jelas Liang Cheng takut saat Su Ci ingin membuka peti mati untuk memeriksa jasad ayahnya. Bei Ming usul agar mereka pukul saja sampai pingsan orang yang menghalangi mereka membuka peti mati.

"Jika benar-benar melakukan sesuai yang kau katakan, orang-orang pasti bilang bahwa Biro Mingjing bertindak semena-mena, tidak menghormati orang yang sudah meninggal. Xie Bei Ming, kau sudah sebesar ini, masih saja tidak pintar."

"Ru Shuang mengikuti Su begitu lama, menjadi jauh lebih dewasa, yah?" Puji Pei Zhao.

"Kata-kata ini kedengarannya seperti sedang memujiku, namun sebenarnya sedang memuji Kakak Su, kan? Namun aku akan menerimanya."

"Sekarang harus bagaimana? Masa hanya duduk diam seperti ini? Cuma ada pixiu ini. Bagaimana noda darahnya bisa tertempel di sini saja, kita tidak tahu. Bagaimana bisa membuktikan bahwa ini adalah senjata pembunuhannya?"

"Benar juga. Kakak Su, bagaimana kau bisa tahu darah yang ada di pixiu ini tertempel saat menghantam kepala Tuan Besar Liang dan bukannya terciprat saat dia membentur sudut meja?"


Mendengar itu, Su Ci langsung meminta Fei Yuan untuk menyiapkan usus kambing yang sudah diisi air. Begitu Fei Yuan memberikan apa yang dimintanya, Su Ci menjadikan satu usus sebagai percobaan pertama.

Dia meletakkan usus itu di sudut meja lalu menghantamnya dengan ujung batu sehingga airnya terciprat ke meja dan mengenai bajunya Pei Zhao. Pei Zhao tampak jelas kaget dan tidak terima tapi Su Ci tak memperhatikannya saking fokusnya melakukan olah TKP.

Dia memberitahu mereka bahwa jika kepala Tuan Besar Liang benar-benar membentur sudit meja secara langsung, maka cipratan noda darahnya seharusnya berbentuk kipas.

Dia lalu melakukan percobaan kedua dengan menggunakan usus kedua untuk menunjukkan arah cipratan darah jika patung pixiu menghantam dahi bagian kanan.

Lagi-lagi dia menggunakan Pei Zhao sebagai alat percobaannya dengan menyuruh Pei Zhao untuk memegang bagi di bagian kanan dahinya. Pei Zhao tampak jelas tak suka, yang lain pun bisa melihatnya kecuali Su Ci, Fei Yuan bahkan berusaha menawarkan dirinya untuk menggantikan Pei Zhao.

Tapi Su Ci tidak mendengarnya dan terus menyuruh-nyuruh Pei Zhao melakukan perintahnya. Begitu Pei Zhao sudah berdiri di posisi yang tepat, Su Ci dengan penuh semangat menghantamkan usus kedua ke batu yang dipegang Pei Zhao sehingga airnya muncrat menciprati Pei Zhao.

Su Ci sama sekali tidak memperhatikan ekspresi Pei Zhao saking semangatnya memberitahu semua orang bahwa jika Tuan Besar Liang dipukul dalam keadaan berdiri, maka akan ada perubahan pada noda darahnya.

Posisi noda darahnya juga bisa berbeda lagi jika posisi penyerang dan korban berbeda. Lagi-lagi dia menunjukkan beberapa posisi pembunuhan dengan menggunakan Pei Zhao sebagai bahan percobaannya.

Akan tetapi, cipratan darah Tuan Besar Liang di kamar itu sama sekali tidak seperti situasi pertama yang dia jelaskan tadi. Selain itu, posisi pixiu-nya juga ada di luar jangkauan cipratan darah.

 
Dia terus asyik mengoceh tentang segala dugaannya tanpa menyadari Pei Zhao yang sudah tidak tahan lagi dengan situasi ini. Dan baru saat Pei Zhao pamit ke kamar untuk ganti baju, Su Ci akhirnya memperhatikannya dengan kebingungan.

"Kakak Su, kau tadi agak terlalu keras."

"Benar, Tuan Muda pasti marah."

"Saudara Su, bagaimanapun juga, dia adalah seorang pangeran. Kau membuatnya jadi seperti ini, bukankah agak..."

"Cepat pergi hibur dia. Cepat!"

 
Su Ci akhirnya lari mengejar Pei Zhao ke kamarnya tepat saat Pei Zhao sedang ganti baju. Su Ci jadi panik ingin pergi saja, tapi Pei Zhao dengan cepat mencegahnya dan memerintahkannya untuk masuk.

"Kau menjadikanku sebagai propertimu lalu memukulku seenaknya. Apakah kau tidak ingin menebus kesalahanmu?"

"Kau ingin aku bagaimana?"

"Bantu aku mengelap tubuhku."

Hah? Su Ci jelas canggung dan malu, tapi terpaksalah dia menurut dan mulai mengelap punggung Pei Zhao yang penuh bekas luka yang membuatnya tercengang sekaligus prihatin. Semua ini... luka bekas perang?

 
Mendengar itu, Pei Zhao cepat-cepat menutupinya dengan memakai baju baru dan memaksa Su Ci untuk membantunya berpakaian dengan alasan kalau dia masih marah.

Sebenarnya sih dia sudah tidak marah lagi, malah diam-diam tersenyum senang saat Su Ci sedang tidak memperhatikan, tapi dia sengaja menampilkan muka ngambek setiap kali Su Ci menatapnya.

Su Ci mengira kalau amarahnya Pei Zhao sudah mereda sekarang, tapi Pei Zhao menyangkal. Su Ci jadi bingung, terus dia harus bagaimana lagi sekarang? Tapi tiba-tiba dia punya ide lalu berjinjit untuk mengecup singkat bibir Pei Zhao dan sukses membuat senyum Pei Zhao merekah kembali.


Di luar, Bei Ming mendapati Fei Yuan membawa banyak sekali barang dalam perjalanan mereka ini. Dia bahkan bawa panci. Fei Yuan yang sibuk sendiri memindahkan semua barang-barang itu, dengan ketus melarang Bei Ming menyentuh barang-barangnya. Pergi sajalah kalau dia tidak ingin membantu. Bei Ming jadi kesal diomeli dan langsung punya ide licik saat dia melihat sekeranjang kunyit.

Tak lama kemudian, Su Ci keluar dari kamarnya Pei Zhao sambil mesam-mesem bahagia tepat saat Fei Yuan baru keluar dari kamar, tapi tampak ada noda kuning di dahinya. Su Ci jadi penasaran, dia kenapa? Tapi Fei Yuan terlalu malu dan bergegas masuk lagi ke kamarnya.

"Bertanding senjata tersembunyi dan dia kalah." Jawab Bei Ming dengan geli. "Fei Yuan, bekas warna kunyit ini tidak mudah dibersihkan. 'Bunga' di dahimu harus dipakai selama beberapa hari."

 
Tapi keusilan Bei Ming itu kontan membuat Su Ci jadi termenung memikirkan bekas kuning yang sama dengan yang dia lihat di kaki kudanya Liang Cheng tadi. Sepertinya itu juga bekas kunyit. Liang Cheng pasti ada kaitannya dengan kasus ini.

Tapi sekarang dia tidak bisa membuka peti mati korban, jadi dia tidak bisa memverifikasinya. Kalau begitu, sebaiknya nanti malam dia mengendap masuk ke Kediaman Liang, sekalian melihat-lihat apakah Liang Feng meninggalkan petunjuk yang berhubungan dengan kasus klan Bailiang.


Maka sesuai rencana, Su Ci pun mengendap ke Kediaman Liang malam itu. Namun yang tak disangkanya, Pei Zhao juga ada di sana dengan tujuan yang sama dengannya. Akhirnya mereka pun saling bekerja sama memeriksa ruangan itu.

Su Ci menemukan beberapa gulungan karya seni kaligrafi terkenal di dalam laci milik Liang Feng. Tapi Pei Zhao yakin semua itu palsu karena yang asli disimpan di istana. Kaisar tidak mungkin memberikannya pada Liang Feng.

"Kalau begitu aneh sekali. Kenapa Liang Feng mengumpulkan begitu banyak karya palsu?"

Di laci itu juga ada sebuah buku berisikan daftar nama. Tapi saat mereka baru membacanya, tiba-tiba saja terdengar suara Liang Cheng dari luar.

Epilog:

 
Su Ci mengira kecupan singkatnya sudah bisa meredakan amarahnya Pei Zhao. Tapi Pei Zhao sengaja terus menggodanya dengan mengklaim kalau itu masih belum cukup... lalu menarik Su Ci ke dalam pelukannya dan mulai menciumnya dalam.

Bersambung ke episode 21

Post a Comment

0 Comments