Di dalam kotak kayu besar itu masih ada kotak kayu kecil, dan di dalam kotak kayu kecil itu ada sebuah stempel batu giok besar. Wah! Shen Jin langsung antusias, mereka bisa jadi kaya.
Tapi tiba-tiba langit-langit ruangan itu mau runtuh. Xiu Ming sontak mengambil kembali liontinnya Shen Jin lalu menyeret Shen Jin keluar tepat waktu sebelum gerbangnya menutup otomatis.
"Iblis Besar, kita berhasil lolos!" Seru Shen Jin senang.
"Kau berani sekali memanggilku 'Iblis Besar' sekarang?"
Canggung, Shen Jin beralih topik menanyakan batu giok itu. Tapi Xiu Ming hanya berkata bahwa ini barang penting dan memperingatkan Shen Jin untuk tidak memberitahu siapapun tentang masalah ini.
Terang saja jawaban ambigunya membuat Shen Jin jadi semakin penasaran dengan benda itu dan berusaha merebutnya, tapi Xiu Ming sigap berputar menjauhkan benda itu dari Shen Jin dan pada akhirnya membuat Shen Jin tahu kalau punggungnya terluka.
Shen Jin jadi khawatir, tapi Xiu Ming ngotot mengklaim kalau dia baik-baik saja lalu mengajak Shen Jin pulang.
Xiu Ming baru merasakan sakitnya begitu tiba di rumah dan sendirian di kamarnya. Shen Jin datang tak lama kemudian untuk mengobati lukanya, tapi malah tercengang mendapati punggung Xiu Ming punya banyak sekali bekas luka, hasil dari segala peperangan yang pernah dilakukannya.
Saat dia mulai membersihkan lukanya dan menabur bubuk obat, jelas-jelas Xiu Ming kesakitan tapi dia berusaha keras bertahan dan mengklaim sebaliknya. Shen Jin benar-benar prihatin melihatnya.
"Mengapa punggungmu dipenuhi banyak bekas luka?"
"Apa kau takut? Kalau takut, minta Bao Zi Tou saja yang menangannya."
Shen Jin akui kalau dia memang takut. "Hatiku sakit untuk penderitaan masa lalumu. Aku juga khawatir kau akan menambah luka baru di masa depan."
Xiu Ming tercengang mendengar kata-kata Shen Jin itu. "Tidak pernah ada yang mengatakan hal seperti itu padaku sebelumnya."
"Aku juga tidak pernah memperlakukan seseorang seperti ini sebelumnya."
"Istriku, kau menunjukkan emosimu yang sebenarnya seperti ini, apakah hanya karena aku melindungimu dari anak panah di dalam makam?"
Shen Jin akui memang berkat panah itu. Xiu Ming bisa saja melindungi dirinya sendiri, tapi Xiu Ming malah terluka demi dia. Dia belum lama tinggal di sini, tapi Chu Xiu Ming dan Jenderal Iblis yang sering dia dengar, ternyata sangat berbeda dengan aslinya.
Xiu Ming senang mendengarnya. "Apanya yang beda?"
Shen Jin menyadari bahwa Xiu Min keras kepala, tapi dia keras kepala karena dia memikul beban berat demi melindungi negara. Dia membunuh ribuan orang sehingga membuat reputasinya sendiri jadi buruk. Tapi dia melakukan itu untuk melawan musuh dan melindungi keselamatan rakyat.
"Itu tanggung jawabku sebagai seorang jenderal."
Shen Jin menyesal sudah melakukan banyak hal konyol selama tinggal di sini, padahal Xiu Ming terus membiarkannya melakukan apapun yang dia inginkan dan tidak pernah menyalahkannya.
"Itu karena awalnya aku mengira kau adalah mata-mata. Aku pura-pura tak peduli padmau tapi sebenarnya aku diam-diam mengawasimu."
"Lalu bagaimana sekarang?"
Sekarang Xiu Ming sudah sadar kalau dia salah dan setulus hati meminta maaf atas kesalahpahamannya pada Shen Jin selama ini.
"Chu Xiu Ming. Kaulah mata-mata yang sebenarnya." Ujar Shen Jin.
"Bagaimana bisa?"
Shen Jin akui bahwa dia memutuskan menikah dengan Xiu Ming saat dia sedang marah. Tak pernah dia berpikir bahwa dia akan bertemu iblis dalam tubuh manusia dan diperlakukan sebagai mata-mata.
Tapi tak pernah dia membayangkan akan bertemu dengan seorang jenderal yang setia.
"Aku sebenarnya telah kehilangan semua harapan, tapi tak pernah kubayangkan bahwa aku... jatuh cinta pada di Jenderal Iblis itu."
Xiu Ming begitu tercengang mendengar pernyataan cinta Shen Jin itu hingga dia benar-bena tidak tahu harus bicara apa. Shen Jin juga jadi bingung melihat reaksinya.
"Chu Xiu Ming, aku bilang au jatuh cinta padamu. Apa kau mengerti?"
Canggung, Xiu Ming mendadak nyerocos mengingatkan Shen Jin tentang reputasinya yang sangat buruk dan telah dikenal luas. Tapi Shen Jin tak peduli dan langsung membungkam Xiu Ming dengan ciumannya.
Xiu Ming kaget awalnya, tapi akhirnya dia mulai membalasnya... saat tiba-tiba saja Xiu Yuan berteriak memanggil Xiu Ming. Halah, ganggu aja nih Xiu Yuan.
Shen Jin dan Xiu Ming sontak saling melepaskan diri dengan canggung, dan Shen Jin langsung melarikan diri bahkan tanpa menyapa Xiu Yuan.
Tapi tak pelak ciuman tadi membuat Shen Jin bahagia banget sampai dia gulung-gulung di kasur sambil ketawa-ketiwi kayak orang gila. Rou Rou sampai heran sendiri melihat tingkah aneh nonanya itu. Dia seperti seseorang yang sedang jatuh cinta.
Shen Jin sontak gulung-gulung makin heboh mendengar godaan Rou Rou itu. Dia bahkan langsung memerintahkan Rou Rou untuk menghias kamar ini jadi kamar pengantin seperti sebelumnya... termasuk lilin dan arak... agar dia dan Jenderal bisa menyelesaikan malam pernikahan mereka. Pfft!
Xiu Ming memperlihatkan stempel batu giok itu pada Xiu Yuan. Tapi mengingat bagaimana dia mendapatkan benda ini berkat bantuan Shen Jin, Xiu Ming jadi penasran akan siapa sebenarnya orang misterius yang ada di belakangnya Shen Jin.
"Kenapa Jenderal tidak bertanya sendiri padanya?"
Tapi Xiu Ming tidak mau. Ini bukan masalah kecil, dia tidak ingin melibatkan Shen Jin terlalu dalam. Xiu Yuan heran mendengarnya, sepertinya Xiu Ming memperlakukan Shen Jin secara berbeda.
Shen Jin mulai menyalakan lilin-lilin di kamarnya yang sudah disulap jadi kamar pengantin lagi. Dia benar-benar antusias menantikan malam ini. Dia bahkan sudah menyiapkan arak pengantin untuk mereka berdua.
Tapi Xiu Ming seniri malah sedang galau memikirkan pernyataan cinta Shen Jin tadi. Dia lalu menyembunyikan stempel giok itu di sebuah ruang rahasia di rak yang di dalamnya ada sebuah papan roh tak bernama.
Papan roh itu ternyata milik mendiang bibinya. Tapi sepertinya ada alasan misterius di balik kematian sang bibi dan Raja ke-8 sehingga membuat Xiu Ming tidak memberi nama di papan roh itu. Tapi dia bersumpah pada mendiang bibirnya bahwa dia akan menemukan kebenaran atas kematian mereka.
Dalam flashback, Xiu Ming kecil dan kedua orang tuanya, tampak sedang dikejar-kejaar oleh pasukan musuh. Pihak mereka berusaha melawan habis-habisan, tapi ayahnya terbunuh dengan kejam. Ibunya pun pada akhirnya menyusul sang ayah dalam upaya melindunginya.
Ingatan buruk itu kontan membuat Xiu Ming melampiaskannya dengan beratih bela diri dengan penuh emosi. Ingatan buruk itu pula yang membuat Xiu Ming memutuskan sesuatu.
Sementara itu di kamar, Shen Jin sedang mesam-mesem bahagia menatap pintu dengan penuh harap. Dia bahkan membayangkan Xiu Ming muncul dan langsung mengajaknya minum arak pengantin dengan antusias lalu membawanya ke ranjang pengantin mereka. Sayangnya itu cuma khayalan, nyatanya Xiu Ming belum datang-datang juga sampai Shen Jin ngantuk.
Sayangnya, khayalannya sepertinya tidak akan menjadi kenyataan karena tanpa dia ketahui, Xiu Ming justru sedang menulis surat perceraian untuknya.
Dalam surat perceraian itu, Xiu Ming setulus hati meminta maaf pada Shen Jin. "Jika suatu hari nanti aku mati di medan perang, aku takut kau akan patah hati. Mafkan aku, Istriku."
Bersambung ke episode 5
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam