Sinopsis Prophecy of Love Episode 8 - 2

Rose panik berusaha menghindari dari Wuttikorn cs. Tapi dia masih ingin membuntuti mereka berdua dan meminta bantuan Kratai untuk menghadang Auay.

Maka Kratai pun menunggu waktu yang tepat untuk menghadang Auay dengan pura-pura tak sengaja menjatuhkan dokumen-dokumennya di hadapan Auay lalu bikin keributan dengan menuduh Auay tidak lihat jalan dan memaksa Auay untuk memunguti kertas-kertasnya.

Kratai hampir saja gagal saat Auay menolak permintaannya. Dan saat itulah Paul muncul membantunya menangani Auay dengan cara meminta Auay untuk memindahkan mobilnya dengan alasan mobilnya Auay menghalangi jalan truk.

Paul memaksa Auay untuk memindahkan mobilnya sekarang juga soalnya truk itu membawa hadiah donasi untuk anak-anak panti. Kesal, terpaksa Auay pergi ke parkiran.

Rose jadi punya kesempatan untuk membuntuti kedua orang itu. Yang tidak mereka semua ketahui, Rin juga tak sengaja lewat sana dan bisa mendengar pembicaraan mereka.

Phol dan Wuttikorn bicara dengan kalimat ambigu tentang 'kue'. Saat Phol menanyakan kue apa yang ingin Wuttikorn makan, Wuttikorn mengaku bahwa dia ingin makan yang asam.

Phol langsung mengerti maksudnya, Wuttikorn ingin ganti selera dari kue ke buah-buahan. Tapi buah yang Wuttikorn inginkan masih belum matang.

"Yang belum matang itu bagus." Ujar Wuttikorn penuh arti. "Kapan kau bisa mengirimnya padaku?"

Belum sempat Phol menjawab, Rose malah ceroboh lagi dengan tak sengaja menjatuhkan sesuatu. Kedua pria itu jadi waspada dan curiga. Rose jadi ketakutan dan panik sehingga dia terpaksa melarikan diri secepatnya.

Phol jadi panik dan langsung mengejarnya. Rin juga bergegas menyembunyikan dirinya, tapi untungnya dia tidak ketahuan.

Di tengah kepanikannya, Rose tiba-tiba ditarik seseorang ke balik tembok. Dia hampir saja panik, tapi untunglah dia Thee yang langsung membungkam mulutnya.

Tapi Phol sempat melihat Rose lari ke sana. Perlahan dia mendekat... saat tiba-tiba saja para petugas yayasan muncul memberitahu Phol tentang kedatangan Thee yang juga ingin berdonasi.

Phol terpaksa harus kembali ke tempat acara. Rose akhirnya aman. Tapi sekarang Thee harus mencari jalan untuk mengamankan Rose.

Thee tidak ada setibanya mereka di meja depan, semua orang jadi kebingungan. Tapi untunglah dia muncul sedetik kemudian dari balik tembok. Dia mengklaim kalau dia datang karena acara ini juga dihadiri banyak orang ternama. Rin juga datang dan barusan pergi, kan?

Belakangan ini nasibnya kurang bagus. Hidupnya banyak mengalami gonjan-ganjing, makanya dia datang untuk beramal untuk memperbaiki nasibnya.

Tapi Phol tampak jelas mencurigainya. Tapi saat Thee menyindirnya yang tampaknya kurang senang dengan kedatangannya, Phol dengan cepat dia mengubah ekspresi wajahnya jadi lebih ramah dan menyangkal tuduhan Thee.

"Baguslah kalau begitu, aku bisa sering-sering datang saat aku sedang senggang."

Thee akhirnya bisa membawa Rose keluar dari tempat itu dengan aman sambil mengomelinya panjang lebar karena Rose tidak bilang-bilang tentang kepergiannya.

"Aku minta maaf. Aku melihatmu sibuk dengan masalah keluargamu, makanya aku tidak ingin mengganggumu."

Thee tak percaya, Rose pasti cuma cari-cari alasan biar bisa berduaan dengan Paul. Rose menegaskan kalau dia datang kemari, benar-benar untuk menginvestigasi tersangka.

Begitu dia mendengar dari Paul tentang acara ini, dia bergegas datang biar tidak terlambat. Kalau Thee mau ikut, kenapa Thee malah tidak ada saat dia butuh bantuan?

"Bukankah aku sudah membantumu? Jika aku terlambat sedikit saja, kau pasti sudah dibunuh oleh kedua orang itu. Ayo pergi."

"Ke mana?"

"Nanti juga kau akan tahu."

Ternyata dia membawa Rose menjemput Rawee di sekolahnya. Rawee jelas bingung melihat Rose berpakaian ala cleaning service. Apa dia mau berakting di drama sama P'Thee?

Thee memberitahu bahwa hari ini dia tidak kerja soalnya mereka mau mengadakan pesta penyambutan untuk P'Ran. Dan P'Rose berpakaian kayak begini soalnya dia menawarkan diri untuk membersihkan rumah mereka. Pfft! Dasar Thee.

"Tapi kan dia tamu kita."

"Dia tidak ingin hidup nyaman. Dia suka cari masalah."

Rose jadi kesal tidak dikasih kesempatan bicara sendiri. "Apa namamu Rose?"

Kratai pulang sambil ngegalau. Dia yakin bakalan diomeli Thee karena tidak bilang-bilang tentang masalah ini, dia bahkan membantu mereka. Melihat Paul yang tampak galau juga, Kratai bisa menduga kalau dia pasti sedang mencemaskan Rose. Tapi jangan khawatir, Thee tidak akan menyakiti Rose. Mungkin cuma bakal dimarahin dikit.

"Bukan itu yang kucemaskan. Aku takut karena dia hampir dikenali sama P'Phol. Aku sungguh tidak tahu pihak mana yang curiga dan mana yang tidak bahwa Rose sudah pergi ke Perancis seperti yang mereka pikirkan."

Benar saja, Phol memang curiga kalau wanita yang menguping mereka tadi adalah Rose. Dia memang tidak melihat wajahnya dengan benar, tapi dia yakin kalau itu Rose.

Auay bingung karena anak buahnya jelas-jelas sudah mengonfirmasi bahwa Rose pergi ke Perancis bersama Paul. Tapi Phol yakin dengan dugaannya sendiri, apalagi Pat tadi bilang bahwa dia melihat satpam yang sangat mirip dengan Paul. Ditambah lagi dengan kemunculan Thee yang begitu mendadak.

"Apa kau yakin kalau Rosita benar-benar sudah terbang ke Perancis?" Sinis Phol.

Auay seketika terdiam kebingungan. Wuttikorn pun langsung memerintahkan Auay untuk menyelidiki keberadaan Rose dengan benar.

Setibanya di rumah, Rawee melihat Thee tampak marah. Dia jadi penasaran apakah Thee dan Rose belum berbaikan. Rose mengklaim bahwa mereka tidak marahan, tapi Thee menegaskan bahwa dia memang sedang marah.

"Aku marah pada seseorang yang tidak peduli tentang dirinya sendiri, malah membuat orang lain mengkhawatirkannya. Ayo masuk."

Rawee langsung antusias saat dia melihat Ran dan langsung menyerahkan kartu bergambar yang dia buat sendiri di sekolah. Tapi Ran tak suka padanya dan langsung menampik kartu itu lalu pergi.

Terang saja perbuatannya membuat Rawee menangis sedih. "Apa P'Ran membenciku?"

Yang lain jadi panik berusaha menghibur Rawee. Ibunya Rose juga berusaha meyakinkan Rawee bahwa Ran hanya kelelahan dan butuh istirahat. Rose jadi prihatin pada Thee.

Thee jadi kesal pada Ran dan langsung pergi mengejarnya. Tapi Ran menegaskan bahwa dia hanya setuju untuk pulang, bukan berarti dia mau menerima anak itu.

"Kau tidak perlu menerimanya sekarang, tapi setidaknya jangan menyakiti perasaannya. Dia tidak tahu apa-apa."

"Aku tidak mau melihat gadis itu. Jangan biarkan dia menggangguku lagi. Aku sudah setuju untuk pulang, tidak bisakah kau melakukan apa yang kuminta?"

"Ran, Rawee adalah anak yang manis."

"Tapi dia membuatku teringat insiden itu! Aku tidak mau memikirkannya lagi! Aku ingin melupakannya! Aku ingin memulai hidupku dari awal lagi! Apa kau tidak mengerti?!"

Saat Thee turun malam harinya, dia mendapati Rose ada di dapur. Mereka  sama-sama canggung pada satu sama lain... sampai saat Rose akhirnya buka suara dan meminta maaf pada Thee.

Thee senang mengira Rose meminta maaf karena kabur dari rumah. Rose menyangkal, dia tidak kabur. Okelah, dia minta maaf untuk itu. Tapi yang benar-benar dia sesali adalah karena dia pernah menuduh Thee egois dan tidak memikirkan perasaan keluarganya.

Tapi setelah menyaksikan kejadian tadi, Rose justru ingin memberi Thee semangat sekarang. Dia baru tahu kalau Thee ternyata harus menghadapi banyak masalah. Dia sendiri salah satu masalahnya, tapi Rose akan berusaha keras untuk menyelesaikan masalahnya sesegera mungkin, biar dia tidak mengganggu Thee terus menerus.

Dan tentang masalah keluarganya Thee, dia harap Thee bisa menyelesaikan masalahnya dengan lancar biar ayah, ibu dan putri bisa segera bersatu kembali.

"Errr... sebentar. Sepertinya kau sudah salah paham."

"Aku... salah paham?"

"Salahku juga sih membuatmu jadi salah paham. Itu... Ran sebenarnya... adalah adikku, bukan istriku. Adik kandungku."

Rose tercengang mendengarnya. "Adik kandungmu?"

Bersambung ke part 3

Post a Comment

0 Comments