Sinopsis Game Sanaeha (Game of Love) Episode 1 - 2
November 05, 2020
Sinopsis Game Sanaeha (Game of Love) Episode 1 - 2
Nai dan Ibu lalu bergandengan masuk ke dalam hotel. Bajaj itu tak bisa mendekat lagi gara-gara ada mobil di depannya. Kesal, Nok langsung saja keluar tanpa bayar yang jelas saja membuat Pak Supir langsung mengejarnya dan menuntutnya untuk bayar.
Nok buru-buru dan berusaha meyakinkan Pak Supir kalau dia akan bayar nanti. Tapi Pak Supir tak percaya, bahkan mengancam akan melaporkan Nok ke polisi kalau dia tidak mau bayar sekarang juga.
Kesal, terpaksa Nok asal saja menyerahkan selembar kertas ke Pak Supir lalu buru-buru masuk. Pak Supir rada kurang terima cuma dikasih selembar, tapi saat dia melihatnya, dia malah mendapati itu bukan uang melainkan bank note.
Ibu dan Nai masuk ke dalam lift dan kejadian barusan membuat Nok jadi terlambat mengejar mereka. Berusaha tetap tenang, dia berusaha membujuk resepsionis untuk memberitahukan nomor kamar ibunya.
Dia bahkan membuktikan hubungan keluarga mereka dengan cara ,enunjukkan passport-nya dan memperlihatkan nama keluarga mereka. Dan usahanya membujuk resepsionis pun sukses.
Nai sedang minum saat bel pintunya berbunyi. Nai sepertinya mengenali Nok, tapi Nok tidak dan langsung menyerang Nai dengan membabi buta.
Nai berusaha bertahan dan menghentikannya, tapi Nok ganas banget sampai dia jatuh terlentang dan membawa Nok jatuh bersamanya hingga bibir Nok mendarat mulus di bibirnya. Ha!
Kaget, Nok sontak menjauh sambil mengusap bibirnya dengan jijik lalu menyerangnya lagi. Nai tidak terima, Nok duluan yang menciumnya. Tapi itu malah membuat Nok makin beringas dan langsung mengigit tangan Nai.
"Khun Nok!" Sentak Nai, yang kontan membuat Nok kaget dan kebingungan.
Maka Nok pun mencubit gemas kedua pipi Nok sambil membentak. "Berhentilah ikut campur!"
Nok sontak terdiam menyadari siapa sebenarnya pria di hadapannya ini. Teman masa kecilnya yang dulu juga pernah mencubit kedua pipinya sambil membentaknya sama persis seperti sekarang ini. Teman masa kecil yang dulu dia panggil 'Lucky'.
"Luckanai!"
"Benar. Sekarang kita bisa bicara, kan?"
Nok malah langsung menendang kakinya masuk kamar mencari ibunya. Tapi tak ada siapa-siapa di sana dan hanya ada bajunya Ibu tergeletak di kasur, yang kontan membuat Nok melabrak Nai lagi mengira Nai ngapa-ngapain ibunya.
Dari labrakannya, kita mengetahui kalau Nai ternyata dulu dibesarkan oleh kedua orang tua Nok. Makanya dia marah, mengira Nai membalas kebaikan orang tuanya dengan melakukan hal rendahan seperti ini.
"Lihatlah baik-baik. Ibumu tidak ada di sini."
Nok ngotot tak percaya. Nai sinis mendengarnya. Baiklah, kalau begitu silahkan dia cari ibunya. Jika ibunya benar-benar ada di sini dan jika dia benar-benar melakukan kesalahan seperti tuduhan Nok, maka Nai akan diam dan membiarkan Nok membunuhnya.
"Tapi jika kau salah. Kau harus meminta maaf karena telah menuduhku dan ibumu. Kau berani membuktikannya?"
Nok langsung membuka kamar mandi, tapi ternyata kosong. "Di mana ibuku?"
"Maaf, ka. Bisa kau mengatakan itu?" Tuntut Nai. "Kalau tidak bisa, aku tidak akan memberitahu keberadaan ibumu."
Kesal, Nok menurutinya dengan setengah hati. "Maaf!"
Tapi Nai tidak puas dan menuntut Nok untuk mengucap kata 'Ka' (Akhiran kata yang sopan - khusus wanita). Terpaksalah dia harus menelan harga dirinya dan menuruti permintaan Nai.
Dan ternyata Ibu sedang merayakan perceraiannya dengan pesta besar bersama teman-temannya. Mereka sengaja menutup mata ibu untuk memberikan kejutan berupa kue dan pria-pria setengah telanj*ng.
Tapi tiba-tiba semua orang terdiam saat melihat Nok datang dan dia jelas kesal melihat pemandngan itu. Ibu santai saja menuntut kuenya. Maka Nok pun sengaja mengambil alih kue itu dan menyodorkannya ke muka Ibu.
Ibu dengan antusias make a wish sebelum meniup lilin kuenya, berharap dia akan mendapatkan suami baru yang masih muda dan bisa memuaskannya.
Tapi alangkah terkejutnya ia saat membuka penutup matanya dan mendapati putrinya sudah ada di hadapannya.
"Sepertinya Ibu sangat bahagia. Lalu bagaimana dengan kebahagiaanku dan Ayah? Apa Ibu pernah memikirkan kami. Kenapa Ibu sangat egois?"
Ibu tidak terima. Ia mengakui kalau ia memang egois dan suka bersenang-senang, tapi ia tidak pernah tergila-gila dengan cowok. Pihak yang justru sangat ingin bercerai adalah Ayah... dan tepat saat itu juga, Ayah baru tiba di sana.
Kalau Nok tidak percaya, silahkan dia tanya ayahnya itu tentang siapa itu Pimolkhae, si putri kecantikan. Ayah ingin cerai biar dia bisa menikahi wanita yang jauh lebih muda itu.
"Itu tidak benar, kan, Yah?"
Tapi reaksi canggung Ayah justru membuat Nok menyadari itu benar. Sakit hati, dia menolak mendengarkan penjelasan Ayah dan langsung pergi dari sana. Ayah dan Ibu ingin menyusulnya, tapi Nai melarang mereka.
Dia mungkin akan semakin menjauh kalau mereka mengejarnya. Karena itulah, Nai sendirilah yang pergi mengejar Nok dan berusaha meyakinkan Nok bahwa ayahnya sangat mengkhawatirkannya. Nok jadi emosi dibuatnya, ini bukan urusan Nai.
"Ayah dan ibumu masih menyayangimu."
Saking kesalnya, Nok malah menyindir Nai yang tidak pernah punya ayah dan ibu, jadi Nai mana mungkin tahu tentang masalah itu. Ini masalah keluarganya, dan tidak ada hubungannya dengan orang yang numpang hidup di rumahnya seperti Nai.
Tapi Nai mengklaim kalau ini juga urusannya. Biarpun dia bukan anak Ayah dan Ibu, tapi merekalah yang membesarkannya dan dia orang yang tahu balas budi. Tapi Nok malah mengira maksud ucapan Nai adalah menuduhnya tidak tahu balas budi.
Nai menjelaskan bahwa Ayah Nok selama ini sudah berusaha melakukan segalanya untuk membuat Nok bahagia. Dan sekarang adalah saatnya ia memikirkan kebahagiaannya sendiri, tapi Nok malah tidak mengizinkannya.
"Apa kau tidak merasa kalau kau sangat egois dan hanya mencintai dirimu sendiri?!"
PLAK! Nok tidak terima tuduhannya. "Jangan bicara seolah kau lebih baik daripada aku. Anak yatim piatu yang sangat ambisius ingin menjadi anak milyuner! Tidak masalah untuk melakukan kebaikan demi membalas budi, tapi kau hanya melakukan segalanya demi bangkit dari latar belakangmu!"
Nok langsung lari dari sana, tapi malah terjatuh... tepat saat ada sebuah mobil yang melaju cepat ke arah Nok.
Panik, Nai sontak melemparkan dirinya untuk menyelamatkan Nok dan membuat mereka terguling-guling... persis seperti bagaimana Nai kecil menyelamatkan Nok kecil dari dahan yang terjatuh dulu.
Nai langsung pingsan. Dalam kecemasannya, Nai mencoba membangunkan Nai dengan memanggilnya 'Lucky' seperti kenangan masa kecil mereka dulu. Begitu Nai sadar, Nok-lah yang dia cemaskan. Tapi Nok malah lamngsung bergegas kabur dari sana.
Dia terus berjalan dan berjalan tak tentu arah dengan sedih di tengah gemerlapnya kota. Tapi dia tidak sendirian, Nai dengan setia membuntutinya dan menjaganya dari jarak beberapa senti di belakangnya.
Di tangah jalan, heel sepatunya tiba-tiba tersangkut di tanah. Nai langsung membantunya menarik sepatu itu lalu memakaikannya kembali di kaki Nok.
"Kalau jalan bisa membuatmu merasa lebih baik, maka lanjutkanlah."
"Tidak. Tidak ada apapun yang bisa membuatku merasa kbih baik."
Nai tiba-tiba teringat masa kecil mereka. Suatu hari saat Nok kecil menangis, Nai kecil menghiburnya dengan melempar bebatuan ke kolam. Dia memberitahu Nok untuk meletakkan semua kesedihannya di bebatuan itu lalu lempar semuanya ke kolam.
Maka sekarang, Nai juga berusaha melakukan hal yang sama pada Nok. Nok tampak mulai tenang saat dia melempar batu pertama. Tapi dia Nok hendak melempar batu kedua, kesedihan kembali menguasainya dan tangisnya pun pecah.
Nai dengan manisnya menyampirkan jasnya di bahu Nok, sementara Nok meluapkan semua kesedihan di dalam hatinya.
Nok mimpi indah tentang masa kecilnya, di mana dia tidur di pangkuan ibunya sementara Ayah membacakannya dongeng tentang kisah cinta putri dan pangeran yang happy ending dengan menikah dan memiliki seorang putri kecil.
Nok kecil tidak puas mendengar kisahnya berakhir begitu saja. Maka Ayah pun menyerahkan buku dongeng itu ke Nok kecil biar dia percaya kalau kisahnya benar-benar berakhir seperti itu. Tapi saat Nok kecil membukanya, dia malah shock mendapati isinya malah akta cerai kedua orang tuanya.
Nok sontak tersentak bangun dari mimpi buruk itu. Pembantunya, Bibi Phai, ada di sana saat itu dan Nok langsung memeluknya. Bibi Phai sungguh merasa bersalah karena tidak memberitahu Nok tentang Ayah dan Ibunya. Tapi dia tidak bisa karena itu bukan tugasnya.
"Bibi tidak salah. Merekalah yang salah. Mereka sengaja menyembunyikannya dariku."
"Sebelumnya mereka mungkin tidak siap (memberitahu Nok), tapi sekarang mereka menunggumu di bawah."
Nok menolak, tidak mau melihat mereka sekarang ini. Tapi Bibi Phai dengan sabar membujuk Nok untuk turun dan mendengarkan mereka.
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam