Sinopsis Maiden Holmes Episode 12 - 2

Pei Zhao geli melihatnya dan langsung menunjukkan tangannya sendiri yang masih diperban dan berdarah. Menyadari dirinya ternyata baik-baik saja, Fei Yuan sontak mencemaskan tangannya Pei Zhao.
 

"Kau sudah bisa bicara baik-baik sekarang? Siapa yang memberitahumu kalau aku dan Su menyukai sesama jenis?"

"Tuan Muda, jangan menyangkal lagi. Saya sudah tahu semuanya. Anda bahkan rela kehilangan mata anda demi Tuan Su."

"Su dalam bahaya. Aku tidak bisa tidak peduli."

"Tapi setelah menyelamatkan Tuan Su, anda masih merawatnya sepanjang malam."

"Kalau begitu kutanya padamu. Saat aku sakit, aku pernah kan merawatmu semalaman? Sudahlah, aku mau pergi melihat kondisi Su."


Tapi Fei Yuan pantang menyerah dan menuntut penjelasan Pei Zhao tentang lukisannya Su Ci itu, masih berpikir kalau Su Ci itu pria tapi Pei Zhao malah melukis Su Ci sebagai seorang perempuan.

"Karena kau sudah tahu, aku hanya bisa mengakuinya." Santai Pei Zhao.

Fei Yuan shock. "Anda benar-benar menyukai Tuan Su?"

"Benar. Aku suka sama Su."

Tidak bisa! Fei Yuan tidak akan membiarkan Pei Zhao terus lupa diri. Dia akan membuat Su Ci menjauh dari Pei Zhao!

"Baiklah. Kita akan pergi mencarinya sekarang." Santai Pei Zhao lalu menuntun Fei Yuan masuk ke kamarnya Su Ci dan menunjukkan baju pengantin yang sekarang ada di atas meja itu.


Tapi Fei Yuan agak sulit nyambung dan harus bolak-balik melihat Su Ci, lukisan itu dan gaun pengantin... baru akhirnya dia paham.

"Jangan-jangan... dia wanita yang menyamar menjadi pria?"

"Yang penting kau sudah tahu, jangan beri tahu orang lain."

Tiba-tiba dia melihat Su Ci berkeringat lagi, Pei Zhao pun langsung menyeka wajahnya dengan lembut dan penuh perhatian.


Saat Pei Zhao kembali ke kamarnya tak lama kemudian, Jiang Xi Wen sudah menunggu di sana. Dia sudah mendapatkan apa yang Pei Zhao inginkan. Selembar kertas berisi informasi tentang Su Ci yang jelas ditulis oleh Tuan Qu. Pei Zhao pun langsung menghancurkan kertas itu. Tuan Qu sendiri sudah ditangkap oleh Biro Mingjing sekarang.


Ru Shuang sedang membungkus baju pengantin itu saat Su Ci akhirnya bangun. Dia mau bangun tapi dia masih lemah. Ru Shuang membantunya, tapi dia masih ngambek dan menolak bicara dengannya.

Su Ci langsung sadar kalau Ru Shuang sudah mengetahui jati dirinya yang sebenarnya. Ru Shuang menolak menjawab dan hanya pamit, mau merebus obat untuknya.

"Ru Shuang, terima kasih telah merawatku semalaman."

"Kau sakit dan aku merawatmu, tidak perlu berterima kasih. Dan orang yang merawatmu semalaman juga bukan aku." Ketus Ru Shuang lalu pergi.


Pei Zhao baru datang saat Ru Shuang keluar dan langsung mencemaskan keadaan Su Ci. Ru Shuang memberitahu kalau Su Ci sudah sadar dan dia mau menghancurkan gaun pengantin ini.

Saat Pei Zhao masuk, dia mendapati Su Ci termenung menatap jendela tanpa mengenakan sepatunya. Dia memberitahu bahwa Tuan Qu sudah berhasil ditangkap. Sementara tentang identitasnya, hanya Fei Yuan dan Ru Shuang yang tahu, dia meyakinkan bahwa mereka pasti tidak akan bicara sembarangan.

Su Ci tertawa miris mendengarnya. Selama ini dia selalu berhati-hati karena takut ketahuan oleh orang lain, tapi ternyata malah ketahuan semudah ini.

Prihatin, Pei Zhao refleks mengulurkan tangannya ingin menyentuh Su Ci. Tapi dia sadar sebelum dia sempat melakukannya dan akhirnya mengurungkan niatnya.

"Aku tahu beberapa tahun ini kau melewati masa-masa yang sulit."

"Aku selalu mengira kalau aku berpura-pura dengan sangat baik. Selama bertahun-tahun aku selalu sangat berhati-hati. Ternyata aku hanya menipu diriku sendiri dan orang lain."


Su Ci malu menyadari dirinya menangis dan langsung menutup wajahnya, meminta Pei Zhao untuk tidak melihatnya. Tapi Pei Zhao dengan lembut menurunkan tangannya lalu menggenggam tangannya. Dia benar-benar menyesal karena datang terlambat.

Dia mau menghapus air mata Su Ci, dan saat itulah Su Ci baru melihat luka di tangannya yang kontan membuatnya cemas. Pei Zhao meyakinkan kalau dia baik-baik saja, hanya luka kecil.

"Saudara Pei, aku tidak tahu cara membalas budimu. Aku..."

"Su, aku hanya ingin kau selalu berada di sisiku. Begini saja sudah cukup." Ucap Pei Zhao lalu mengecup lembut pipi Su Ci.

Terharu, Su Ci akhirnya menangis dalam pelukan Pei Zhao. Tapi tiba-tiba saja mata Pei Zhao mulai bermasalah dan pandangannya mengabur.


Menyadari matanya sudah semakin parah, Pei Zhao langsung membopongnya kembali ke ranjang tanpa memberitahu Su Ci tentang matanya, lalu membantu Su Ci memakaikan sepatunya sambil mengingatkannya untuk selalu pakai sepatu biar tidak gampang flu.

"Fei Yuan dan aku masih harus mengurus sesuatu. Aku pergi dulu. Kau beristirahatlah dengan baik." Ujar Pei Zhao lalu pergi.

Su Ci terharu. "Saudara Pei, maka mungkin aku tidak ingin kau selalu berada di sisiku. Tapi... kau sama sekali tidak mengetahui latar belakangku. Dan aku tidak boleh membuatmu ikut terlibat."


Mata Pei Zhao benar-benar semakin parah sekarang. Segalanya jadi tampak sangat buram hingga dia kesulitan berjalan, bahkan tiba-tiba saja pandangannya menghitam hingga Pei Zhao harus berteriak-teriak memanggil Fei Yuan.


Tak lama kemudian, Tabib Istana ngomel-ngomel karena pengobatannya sudah gagal. Segalanya sia-sia. Fei Yuan pun cemas bukan main, takut Pei Zhao jadi buta dan tidak akan bisa melihatnya lagi.

Sekarang yang bisa Tabib lakukan adalah mengganti resepnya. Tapi masalahnya, ada salah satu bahan obat yang sangat langka dan mungkin butuh waktu beberapa hari untuk membuat resep obat ini.

"Apakah setelah emndapatkan obat itu dan Tuan Muda meminumnya, mata Tuan Muda bisa pulih sepenuhnya?" Tanya Fei Yuan.

"Itu... sulit dikatakan."

Terang saja jawaban itu sontak membuat Fei Yuan memprotes Tabib panjang lebar sampai Pei Zhao harus bertindak untuk menegur sikap Fei Yuan.

"Sekarang ini kondisi Pangeran sangat serius. Takutnya hanya bisa bergantung pada keberuntungan Pangeran."


Su Ci bersama Kepala Biro dan Detektif Luo mendatangi Tuan Qu di penjara. Ternyata dia benar-benar sudah jadi gila sekarang. Dia bahkan tidak mengenali Su Ci lagi dan terus mencari-cari lukisan gadis cantiknya.

"Dia benar-benar sudah jadi gila." Ujar Detektif Luo.

Tuan Qu tiba-tiba berteriak menyangkal tuduhannya, mengklaim dirinya masih bisa melukis dan langsung membuktikannya dengan melukis mata indahnya Su Ci di tembok dengan menggunakan darahnya.

Untungnya tidak ada seorangpun yang memperhatikannya karena Kepala Biro sudah sibuk membaca buku catatannya Tuan Qu tentang korban-korbannya. Tapi saat tiba di halaman terakhir, Kepala Biro heran melihat lembar terakhirnya yang jelas-jelas tampak sudah dirobek.

Untungnya Detektif Luo tidak curiga apapun dan hanya mengonfirmasi bahwa korban terakhir adalah Nona Lin, sesuai dengan catatan buku itu. Maka Kepala Biro pun memutuskan untuk menutup kasus ini sampai di sini. Su Ci lega. Para detektif itu pun pergi tanpa memperhatikan mata indahnya Su Ci yang dilukis Tuan Qu.

Bersambung ke episode 13

Post a Comment

0 Comments