Setelah mendengarkan ceritanya Mitra, Na menyimpulkan bahwa Gun sudah mengetahui segalanya. Tapi Mitra meyakinkan tidak ada seorangpun yang mengetahui masalah Nick dan Rina. Tidak akan ada seorangpun yang akan mengetahuinya. Semua orang hanya tahu bahwa dia adalah kakaknya si kembar. Dia juga sudah meminta Gun untuk tidak memberitahu Prin.
"Duh, kenapa kisahmu jadi semakin sulit, rumit dan penuh rahasia seperti ini? Kalau Nai Parin tahu kalau kau adalah kakaknya Nick dan Rina... Duh, aku mau pingsan rasanya."
Na menyarankan agar Mitra menarik Gun ke pihaknya. Mumpung sudah begini, manfaatkan saja Gun. Lagipula, Na yakin kalau Gun juga ingin menjadi bidak catur dalam permainan ini.
Gun kan menyukai Mitra. Jadi manfaatkan saja Gun untuk menghalangi Prin dari hidup Mitra. Na lebih suka Gun daripada Traitot, dia tidak setuju sama sekali dengan Traitot.
"Kau sudah gila apa? Bagiku, Khun Gun hanya bisa menjadi teman baik. Aku tidak akan pernah memanfaatkannya."
"Benar juga. Kalau begitu, kau harus mencari cara lain. Biarkan dia tahu bahwa tidak ada jalan keluar dalam masalahmu."
Di kantor, Traitot melihat Mitra sedang melamun sampai hampir tidak mendengar ketukan pintunya. Dia datang untuk menyerahkan laporan tentang hotel di Thailand selatan yang Mitra minta.
Traitot penasaran apakah Mitra ingin melebarkan bisnis ke Thailand selatan? Menurutnya itu bagus, karena belakangan ini, kebanyakan turis sudah berlibur di pantai-pantai Thailand selatan. Mereka juga bisa mendapatkan kerja sama dari sektor pemerintah
"Aku masih mencari-cari informasi dan melihat dulu. Khun Traitot, apa kau punya informasi terkait Hotel Starlight?"
"Iya, ada. Semuanya ada di file itu."
Tapi tiba-tiba dia berubah haluan dan mengajaknya makan siang bersama. Dia beralasan bahwa ada pekerjaan yang ingin dia bicarakan dengan Mitra.
Mitra jelas tak nyaman tapi juga bingung bagaimana menolaknya. Tapi tepat saat itu juga, Gun kebetulan meneleponnya. Maka Mitra langsung memanfaatkannya dengan berakting seolah dia dan Gun ada janji makan bersama siang ini dan meminta Gun untuk menjemputnya di kantor. Gun jelas bingung, tapi dia iyain aja dengan senang hati.
Mitra akhirnya punya alasan untuk menolak ajakan Traitot dengan alasan sibuk. Masalah pekerjaan bisa mereka bicarakan sore nanti saja di kantor. Traitot terpaksa mengiyakannya saja dengan kesal.
Dia langsung melaporkan masalah itu ke Kirt dan menyarankannya untuk mencari cara lain. Kirt jadi kesal, dia sudah berusaha membantu Traitot dengan segala cara yang bisa dia lakukan.
Pam baru tiba di kantornya Chen tapi malah mendapati Chen sedang berbincang akrab dengan Na. Pam jadi cemburu dan langsung melabrak Na, menuduh Na mau merebut cowoknya (padahal Na dan Chen bertemu untuk membicarakan bisnis).
Kesal, Na malah sengaja mengompori Pam dengan sok mesra sama Chen seolah ada kesepakatan rahasia di antara mereka berdua. Dan jelas saja itu membuat Pam jadi tambah heboh, menuntut ada kesepakatan apa di antara mereka.
Na menolak bicara, kenapa juga dia harus memberitahu Pam? Kesal, Pam sontak menamparnya. Na jelas tidak terima dan langsung membalasnya. Chen jadi panik dan langsung berusaha menengahi mereka dan memperingatkan Pam untuk jaga sikap di tempat kerjanya.
Pam jadi tambah kesal menuduh Chen menyukai Na, makanya Chen melindungi Na dan membuat kesepakatan rahasia dengannya.
"Oi! Apa kau kebanyakan berakting di lakorn? Berpikirlah dulu sebelum bicara! Aku merebut cowokmu? Kalau kau begitu takut, maka rantai saja dia."
Kesal, Pam hampir saja mau menyerangnya lagi. Tapi Chen dengan cepat menghalanginya dan meneriaki Pam untuk tenang. Tepat saat itu juga, beberapa pegawai lewat sambil membicarakan masalah jadwal coffee break nanti.
"Tuh lihat! Dia datang hanya untuk membicarakan masalah pekerjaan." Kesal Chen lalu pergi. Tapi Pam masih saja tak mempercayai Na dan memperingatkan Na untuk berhati-hati.
Mitra minta maaf karena meminta bertemu Gun mendadak seperti ini. Gun malah senang, soalnya dia pikir Mitra tidak mau bertemu lagi dengannya. Canggung, Mitra juga meminta maaf karena pergi tiba-tiba waktu itu.
Gun mengerti, Mitra pasti tidak ingin Prin mengacaukan hidup Mitra lagi. Mitra membenarkan, dia takut jika dia dan Prin bertengkar. Kejadian seperti itu tidak sepantasnya terjadi di sekolah, apalagi kalau sampai dilihat oleh anak-anak.
Gun mengerti, tapi... "Khun Mitra. Aku ingin kau berjanji satu hal padaku. Mulai sekarang, masalah apapun yang terjadi, kau punya aku yang siap membantumu memecahkan segala masalah hidupmu."
Mitra canggung mendengarnya dan tidak menjawab. Menyadari itu, Gun buru-buru menambahkan bahwa maksudnya adalah sebagai teman. Mitra akhirnya cuma mengangguk dengan canggung.
Mitra kembali ke kantor saat Traitot menyerahkan laporan proyek baru ke Poramin. Poramin penasaran Mitra pergi makan dengan siapa, padahal tadinya dia berpikir untuk mengajak Mitra dan Traitot makan bersama.
"Pergi dengan teman. Teman dekat. Lain kali aku akan memperkenalkan dia pada Ayah."
"Oke, perkenalkan dia padaku. Baik kau memilih untuk berkencan dengan seseorang atau mengenal seseorang, kau harus melihatnya secara menyeluruh. Jaman sekarang sulit untuk percaya pada siapapun."
"Benar, Ayah. Orang-orang jaman sekarang bisa dikenali wajahnya tapi tidak dengan hatinya." Ucap Mitra dengan nada menyindir.
Poramin heran mendengarnya. "Kau bicara seolah kau punya masalah dengan seseorang."
"Tidak. Aku hanya membicarakan orang-orang secara umum. Sekarang ini, mau berteman dengan siapa atau mempercayai siapa, harus sangat berhati-hati. Iya kan, Khun Traitot?"
"Benar." Cicit Traitot gugup.
Begitu mereka berduaan, Mitra langsung melabrak Traitot dan mulut embernya. Traitot membela diri dan mengklaim bahwa dia melaporkan apa yang terjadi tanpa ada niat tersembunyi lainnya. Mitra jelas tak percaya, Traitot kan pintar dalam melakukan sesuatu dari belakang.
"Kau juga sama, Khun Paramita. Yah anggap saja aku memang punya niat tertentu, tapi aku melakukan hal yang benar karena aku mengkhawatirkanmu. Aku tidak mau sembarang pria tak dikenal masuk ke dalam hidupmu tanpa difilter lebih dulu."
"Kau tidak punya hak untuk memfilternya! Kau bukan ayah atau ibuku!"
"Aku tidak akan membantah, aku juga tidak mau menjadi ayah atau ibumu. Aku ingin menjadi pacarmu!"
"Jangan harap!"
"Manusia harus hidup dengan harapan. Sebaiknya tidak usah memperdebatkan hal sepele. Jika kau tidak senang aku mengawasimu, baiklah, aku tidak akan melakukannya. Aku akan menunggu meeting 10 menit lagi." Ujar Traitot lalu pergi dengan senyum liciknya.
Mitra benar-benar harus menahan kesal menghadapi orang itu. Saat dia berkendara pulang, Gun tiba-tiba menghubunginya. Mitra mengangkatnya tapi itu malah membuatnya tidak fokus melihat jalan dan akhirnya mobilnya oleng menabrak truk depan sehingga membuat kepalanya berdarah dan pusing.
Na kebetulan bertemu dengan Prin di luar kantor Sirimantra. Tapi Prin jelas bingung saat mendadak dihadang sama Na, apa mereka bahkan saling mengenal?
"Aku sangat mengenalmu, Khun Parin."
Saat itulah Prin memperhatikan wajah Na dengan lebih seksama, sepertinya wajah Na memang familier. Na to the point memohon pada Prin terkait Mitra, temannya. Prin akhirnya ingat Na, dia teman yang berdansa bersama Mitra di hotel dulu.
"Kumohon padamu untuk berhenti mengganggu Mitra."
"Jika aku tidak bisa melakukan apa yang kau minta?"
"Aku tidak tahu apa yang kau pikirkan terhadap Mitra. Tapi aku hanya tahu bahwa sejak saat Mitra bertemu denganmu, dia tidak pernah bahagia. Jika kau memang pria sejati, maka lepaskanlah dia. Berhentilah mengganggu temanku, agar dia jadi lebih bahagia. Kumohon padamu, sebagai temannya Mitra. Aku tidak mau melihat temanku menangis sepanjang sisa hidupnya."
Tepat saat itu juga, Mitra menelepon Na, mengabarkan kecelakaan yang dialaminya. Na jadi cemas dan mau bergegas pergi. Tapi Prin juga cemas dan langsung menuntut apa yang terjadi dengan Mitra.
"Tidak ada hubungannya denganmu!" Kesal Na lalu pergi.
Bersambung ke part 3
2 Comments
lanjutannya dong min 😀😀😀
ReplyDeleteLanjut min
ReplyDeleteHai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam