Prin sumringah begitu melihat Mitra sambil bersikap seolah mereka tak sengaja bertemu. Mitra tak senang, kenapa Prin ada di sini?
"Aku datang untuk menonton Nong Pim."
"Kau mengenal Nong Pim juga?"
"Ayo cepat masuk, Nong Pim sudah menunggu." Prin langsung saja menyeret Mitra masuk bersamanya.
Dia bahkan sengaja nempel-nempel ke Mitra dan menggenggam paksa tangan Mitra sepanjang acara berlangsung, tak peduli biarpun Mitra tak nyaman karenanya. Mereka jadi tampak seperti sepasang orang tua yang menonton pertunjukkan putri mereka dengan bangga, Pim pun senang biarpun ayahnya masih belum datang.
Acara selesai tak lama kemudian. Mitra mau menghindar tapi Prin menolak melepaskan pegangannya, malah menariknya kembali. Kesal, Mitra sontak menginjak kaki Prin dan mengatainya tebal muka dan tidak tahu malu.
Prin tak gentar. "Mukaku memang tebal, kakiku juga tebal."
Pim mendatangi mereka saat itu untuk menanyakan pendapat Mitra tentang penampilannya. Dia cantik, tidak?
"Sangat cantik. Kau princess yang paling cantik." Puji Mitra sambil menyerahkan buket bunganya.
Tapi saat giliran Prin menyerahkan hadiahnya, Mitra langsung berusaha kabur secepatnya. Prin pun bergegas mengejarnya tepat saat Gun baru datang.
Mitra akhirnya sadar kedua pria itu saling mengenal, lalu kenapa Gun tidak pernah memberitahunya? Gun ingin menjelaskan, tapi Mitra terlanjur kesal dan langsung pergi. Gun ingin menyusul, tapi Pim datang saat itu.
Prin berusaha mengejarnya dan meminta Mitra untuk bicara dengannya, tapi tentu saja Mitra menolak membicarakan apapun dengannya.
Prin sontak mencengkeram tangannya untuk mencegahnya pergi. "Kenapa kau lari? Malu karena Khun Gun ternyata temanku? Kau takut aku akan bilang padanya bahwa kita pernah melakukan percintaan yang panas? Jangan malu, aku sudah memberitahu dia segalanya."
Kesal, Mitra langsung menutup jendela mobilnya dan kabur. Dia bahkan menolak menjawab teleponnya Gun.
Pim jadi penasaran ke mana kedua orang itu menghilang. Dia bahagia banget karena hari ini Mitra, Paman Pangeran dan Ayah datang ke pertunjukkannya.
"Lalu, bagaimana bisa Paman Pangeran tahu kau perform hari ini?"
"Oh, kemarin malam Paman Pangeran menelepon, terus aku bilang ke dia."
Mendengar Prin sudah memanfaatkan putrinya, Gun pun langsung mengonfrontasi Prin. Apa yang sebenarnya Prin lakukan sekarang?
"Kurasa kau bisa melihatnya, Khun Gun."
"Tapi sekarang kau kelewat batas denganku. Sudah kukatakan sebelumnya, jangan ikut campur dalam masalahku."
Tidak bisa, Prin ngotot harus ikut campur karena Gun adalah temannya. Gun sinis mendengarnya. Selama ini, dia selalu berpikir bahwa Prin adalah orang baik, dia bahkan tidak pernah peduli tentang masalah Prin yang suka gonta-ganti cewek, karena itu adalah urusan pribadi Prin dengan cewek-ceweknya.
Dia mengerti kalau Prin adalah jenis orang yang tidak setia dalam berkomitmen, dia bukan orang yang ingin membangun keluarga dengan siapapun. Itu hal yang wajar.
Tapi sekarang, Gun berubah pikiran tentangnya. "Aku tidak tahu bagaimana bisa Khun Mitra membuat kesalahan denganmu. Tapi aku tidak akan memintanya hanya untuk menyakiti perasaannya. Sedangkan kau, jatuh cinta pada wanita yang hanya ingin kau tiduri semalam, sedangkan dia tidak mau denganmu. Makanya kau membuntutinya dan menghancurkan segala miliknya, bahkan sampai mengarang cerita untuk memfitnahnya. Kau bukan pria sejati!"
"Kau sudah buta dan tuli, Khun Gun."
"Jangan datang dan mengganggu kami lagi. Dan berhentilah memperalat Nong Pim. Jangan dekat-dekat putriku lagi."
"Berhentilah jadi bodoh, Khun Gun."
"Jangan pernah datang dan mengganggu kami lagi!" Tegas Gun lalu pergi.
Mitra mendatangi Na untuk menceritakan masalah ini padanya. Dia benar-benar kesal pada Gun, orang itu pasti melihatnya seperti badut selama ini.
Berusaha menyemangatinya, Na meyakinkan Mitra untuk tidak berpikir aneh-aneh dulu. Mereka kan tidak tahu apa-apa tentang kedua pria itu atau seberapa dekat hubungan mereka. Tapi menurut Na, Prin tidak akan pernah menyingkir dari hidup Mitra dengan mudah
"Mungkin aku adalah wanita yang sangat buruk di mata para pria yang mengetahui hubunganku dengan Nai Parin. Iya kan? Ada Khun Gun dan Khun Traitot."
"Mitra. Kita tidak bisa kembali untuk mengubah apa yang telah terjadi. Kita hanya perlu melakukan yang terbaik hari ini."
"Aku akan berusaha untuk hidup dengan masa kini. Tapi jika aku tidak bisa kabur darinya... aku harus berani menghadapinya, kan?"
"Benar. Aku akan berada di sisimu seperti ini. Kau tidak perlu melewati masalah ini sendirian, kawan. Minumlah teh ini, biar kau merasa lebih baik."
Gun meneleponnya saat itu, tapi Mitra tetap tak menjawabnya.
Di lokasi syuting, Pam melihat manajernya sedang bagi-bagi snack dan kopi pada para staf. Ada seseorang baik hati yang mengirimkan snack untuk mentraktir semua orang di lokasi syuting... yang tak lain tak bukan adalah Chen.
Manajer yakin kalau ini pasti cara Chen untuk merayu Pam karena dia tidak datang pada acara waktu itu. Pam senang, apalagi Chen mengirim banyak sekali pesan-pesan romantis.
Tapi Pam sengaja masih sok jaim dengan hanya membalas ucapan terima kasih singkat. Chen senang mendapat pesan singkat itu.
Usai mengantarkan si kembar ke kelas mereka, Mitra mau langsung pergi tapi malah bertemu dengan Gun yang baru datang mengantarkan Pim.
Terlepas dari kekesalannya pada Gun, tapi Mitra tetap baik pada Pim dan memuji-muji penampilan Pim kemarin. Begitu mereka tinggal berdua, Gun langsung menggenggam tangan Mitra dan menuntut untuk bicara berdua dengannya.
Mereka akhirnya duduk di cafe di mana Gun meminta maaf karena tidak memberitahu Mitra tentang Prin. Mitra bisa menduga kalau Prin pasti sudah menceritakan segalanya tentangnya pada Gun.
Jika Gun masih menganggapnya sebagai temannya, maka seharusnya Gun memberitahukan kebenaran padanya. Itu mungkin bisa membuatnya merasa lebih baik daripada sekarang.
"Baik. Aku dan Khun Parin memang dekat dan saling mengenal bertahun-tahun. Dia memberitahuku tentangmu."
"Di matamu, aku pastilah seorang wanita yang gampang ditipu. Wanita yang tidur dengan sembarang pria, iya kan?"
Gun menyangkal, dia tidak pernah berpikir seperti itu. Dia juga tidak akan menanyakan bagaimana itu bisa terjadi. Karena dia tidak ingin mengetahuinya. Tapi dia rasa, apa yang telah terjadi, itu karena kesalahan.
"Satu-satunya yang kutahu adalah kau adalah salah satu dari teman terbaikku saat ini. Dan aku tidak ingin kehilangan temanku yang satu ini." Ucap Gun tulus. "Hiduplah untuk hari ini, bukan kemarin yang menyebabkan banyak luka untuk kita."
Mitra terharu mendengarnya. "Terima kasih untuk pengertianmu dan niat baikmu untukku. Kau tidak menghakimiku seperti seseorang."
"Aku suka saat kau tersenyum. Lebih daripada saat kau menangis. Karena saat kau menangis, aku juga merasa sedih."
Tapi saat mereka hendak kembali ke kelas, Mitra tiba-tiba melihat Prin. Mitra jadi panik berusaha menyembunyikan dirinya. Dia tidak mau bertemu dengan Prin. Jika Gun masih ingin berteman dengannya, maka tolong jangan bilang ke Prin bahwa dia membawa si kembar kemari. Berjanjilah!
Agak bingung, tapi Gun langsung menurut dan berjanji. Mitra buru-buru mengeluarkan si kembar dari kelas dan membawa mereka kabur. Prin sempat melihat mereka saat itu, tapi Gun langsung menghalangi jalannya.
"Aku kan sudah bilang padamu, jangan datang menganggu hidup kami lagi."
Prin berusaha meyakinkan kalau dia datang untuk minta maaf pada Mitra. Tapi Gun tak percaya dan terus menghadang jalannya, dia mengklaim bahwa Mitra datang kemari untuk mencarinya dan Pim, tapi Mitra langsung pulang begitu melihat Prin karena Mitra tidak ingin melihat wajah Prin.
"Dan aku juga begitu, pulanglah."
"Jadi itu artinya kau memilih wanita itu. Kau tidak memilih temanmu."
"Aku pernah berpikir bahwa aku sangat mengenalmu. Tapi sekarang, aku tidak mengenalmu sama sekali. Lalu bagaimana bisa aku berteman dengan seseorang yang tidak kukenal? Permisi, aku pergi!" Sinis Gun lalu pergi.
Prin jadi semakin kesal sama Mitra. "Kau sudah menghancurkan segala hal dalam hidupku, Paramita."
Bersambung ke part 2
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam