Sinopsis So Wayree Episode 4 - 5

Gun akhirnya memutuskan untuk menghadapi Prin terkait masalah ini dengan mengajak Prin ketemuan di bar langganan mereka. Dia to the point mengaku bahwa dia sudah bertemu Paramita.


"Jangan bilang kalau dia menawarkan dirinya untuk tidur denganmu demi mendapatkan proyek?" Sinis Prin.

Gun menyangkal, Mitra bukan wanita semacam itu. Dia wanita baik-baik. Prin kesal mengingatkan Gun bahwa Mitra adalah wanita yang telah menyakitinya.

Tapi setelah melihat kepribadian Mitra, Gun malah jadi meragukan segala hal yang Prin katakan padanya. Entah apakah Prin mengucap kebenaran atau kebohongan.

"Kenapa juga aku berbohong padamu?"

"Untuk membuat Mitra menjadi pihak yang bersalah, untuk membuatnya terlihat seperti orang jahat, untuk membuat dirimu sendiri terlihat baik dan menyedihkan!"

BUG! Prin sontak menonjoknya dan jadilah kedua pria itu adu jotos dengan kesal. Prin mengklaim bahwa Gun sudah tertipu oleh Mitra. Wanita itu tidak ada bedanya dengan penyihir. Siapapun yang dekat dengannya, pasti akan terobsesi padanya. Terobsesi sampai jadi bodoh.

"Kau tahu aku dengan baik. Aku tidak pernah hidup tanpa ketidaksadaran atau tanpa alasan. Kau marah karena aku percaya bahwa Khun Mitra ternyata tidak seperti yang kau pikirkan, atau kau marah karena aku tertarik pada wanita yang kau cintai?"

Prin ngotot mengklaim kalau dia tidak mencintai Mitra. Yah dia memang marah karena Gun tidak percaya padanya, dia benci si penyihir itu karena dia sudah membuat Gun jadi orang bodoh seperti ini.

"Kalau begitu maaf." Tegas Gun. "Maaf karena aku tidak akan mempercayaimu. Karena aku akan percaya pada perasaanku sendiri. Aku memintamu datang hari ini karena aku ingin memberitahumu kebenarannya, bahwa Khun Mitra adalah wanita baik. Dan mungkin, di masa depan nanti, Khun Mitra akan menjadi ibu baru bagi anak-anakku."

"Aku tidak akan mengizinkan!"

"Aku datang bukan untuk minta izinmu, melainkan hanya untuk memberitahumu."

"Aku tidak akan mengizinkan! Bukan karena aku cemburu karena menginginkan wanita itu, melainkan karena kau temanku. Nong Pim adalah keponakanku. Kalian orang-orang yang kusayangi. Aku tidak akan mengizinkan orang-orang yang kusayangi terluka seperti aku."

"Jika kau masih menganggap kita teman, maka kuminta kau menjauh dari masalah ini. Aku akan memutuskannya sendiri."

Prin kesal. "Aku sudah memperingatkanmu. Jika kau masih memainkan game ini dengannya tanpa peduli bahwa wanita itu adalah bekasku, yah silahkan saja."

"Yah, aku tidak peduli dan sekarang aku merasa bahwa Khun Mitra mungkin adalah korbanmu. Dan bukannya kau yang korbannya Khun Mitra."

"Kalau begitu kuberitahu kau. Aku tidak akan pernah menjauh dari masalah ini, itu sudah pasti. Aku akan memutuskannya sendiri."

Si kembar sedang sarapan saat Mitra baru turun. Mereka sontak menghambur ke dalam pelukannya. Tapi Ibu tiba-tiba menanyainya tentang perkembangan hubungannya dengan Traitot.

Mitra menegaskan bahwa dia tidak punya pandangan apapun terhadap Traitot selain sebagai rekan kerja. Ibu tidak senang mendengarnya. Mitra kerja terus, kapan dia akan punya pacar seperti orang lain?

"Kalau begitu, bagaimana kalau aku cari pacar, Bu?"

Tepat saat itu juga, Gun menelepon untuk mengajaknya ketemuan. Si kembar langsung bersorak kegirangan mengira mereka akan ketemu P'Pim lagi. Tapi Mitra menegaskan bahwa mereka tidak akan bertemu P'Pim sekarang lalu meminta mereka untuk memberinya kecupan penyemangat.

Baru setelah Mitra pergi, Ibu penasaran siapa itu Gun. Jane pun memberitahu bahwa Gun adalah ayahnya Pim. Ibu tampak khawatir mendengar itu.

Tak lama kemudian, Mitra menemui Gun dan Pim di toko baju anak. Pim mau ada pertunjukkan di sekolahnya dan harus beli kostum. Masalahnya, Gun tidak tahu harus beli baju apa, makanya dia minta bantuan Mitra. Pim bahkan mengundang Mitra untuk menonton pertunjukkannya

Mitra dengan senang hati menerima undangannya lalu membantu Pim memilih baju princess. Saat Mitra memilihkan mahkota untuknya, Pim tiba-tiba meminta Mitra untuk mencobanya juga lalu menanyakan pendapat ayahnya. P'Mitra cantik, tidak?

Gun sontak terpesona menatap Mitra. "Cantik! Sangat cantik! Kalian berdua sama-sama cantik."

Prin tidak bisa konsen kerja saking gelisahnya memikirkan ucapan Gun kemarin. Maka dia langsung menelepon Gun, tapi Gun malah me-reject-nya. Prin jadi semakin gelisah karenanya. Kenapa Gun tidak mengangkat teleponnya? Apa mungkin dia sedang bersama Mitra?

Saking kesalnya, dia sampai tidak memperhatikan saat sekretarisnya masuk membawakannya kopi dan terus ngedumel heboh. "Apa semua wanita menganggap pria hanya sebagai mainan?"

"Maaf?"

"Semakin bodoh (seorang pria), semakin mereka suka, kan?!"

Sekretaris nggak nyambung. "Anda mengatai saya bodoh?"

"Susah dipahami!"

"Benar. Susah dipahami." Sekretaris tambah bingung dan langsung pergi.

Usai belanja, Gun mengajak mereka makan siang bersama saat Prin tiba-tiba menelepon lagi. Gun tidak bisa menghindar lagi dan akhirnya mengangkat teleponnya.

Dia beralasan kalau dia tadi tidak bisa mengangkat telepon karena sedang ada urusan penting. Prin tak percaya, jangan bilang kalau urusan pentingnya Gun adalah bertemu dengan wanita itu?

"Apa kau tidak punya masalah lain selain masalah Khun Paramita?"

"Masalah pertemanan kita! Sama sekali tidak ada hubungannya dengan Khun Paramita."

Di tempat lain, Pam sudah selesai pakai makeup tebal, bersiap untuk acara candlelight dinner-nya dengan Chen hari ini. Dia langsung menelepon manajernya untuk menanyakan persiapan acara itu.

Jadi ceritanya, Chen akan melakukan lamaran dalam acara itu seolah lamaran itu adalah acara kejutan yang disiapkan Chen untuknya, padahal sebenarnya, segalanya sudah direncanakan oleh Pam sendiri.

Chen sudah menyelesaikan pekerjaannya dan sudah mau keluar saat sekretarisnya muncul dan mengingatkan bahwa Chen ada meeting siang ini. Parin menegaskan bahwa Chen harus dan wajib menghadiri meeting ini.

Chen tidak terima dan langsung protes ke Prin, mengklaim bahwa dia tidak perlu menghadiri meeting biasa itu karena dia ada acara lebih penting untuk dia hadiri.

Prin sinis. "Pergi untuk menjadi boneka aksesoris seorang selebritis?"

"Bagaimana kau tahu? Kau diam-diam menginvestigasi masalahku?!"

"Tidak sulit ditebak." Santai Prin sambil menunjuk keluar, di mana Pam sudah tiba dan langsung sibuk meladeni para fans-nya dengan sok ramah.

"Kuingatkan kau untuk yang terakhir kalinya, kau sudah dewasa, kau bisa bekerja dan punya potensi untuk bekerja dengan baik jika kau lebih tekun dalam melakukan pekerjaanmu. Jangan menyia-nyiakan waktumu untuk sesuatu hal yang palsu."

Sebagai seseorang yang melihat segalanya dari kejauhan, Prin bisa melihat segalanya dengan lebih jelas, melihat apa yang tidak bisa Chen lihat.

Chen bukan orang bodoh. Jika Chen ingin bisa bernapas sendiri, maka hadirilah rapat ini. Chen galau, tapi akhirnya dia menuruti Prin dan ikut meeting, membuat Pam jadi kesal setengah mati karena harus disuruh menunggu lama.

Prin mengumumkan bahwa untuk memperingati anniversary perusahaan mereka, dia mau mengadakan sebuah kampanye spesial dan Chen dia tunjuk untuk menangani proyek ini.

Seorang pegawai ceplas-ceplos tak menyetujuinya dan meremehkan Chen karena proyek ini cukup besar. Jadi lebih baik jika Prin mencari orang lain yang lebih baik daripada Chen.

Tapi keputusan Prin sudah bulat. "Aku yakin akan prespektif marketingnya Khun Chanathip. Dan kalian semua harus mendukung Khun Chanathip. Bagaimana?"

Chen setuju. "Aku akan berusaha yang terbaik."

Saat Chen masih juga belum kembali setelah beberapa lama, Pam nekat menjemput Chen ke ruang meeting. Tapi biarpun meeting sudah usai, Prin masih belum selesai berdiskusi dengan Chen.

Chen berusaha membujuknya untuk menunggu sedikit lagi, tapi Pam sudah tidak sabaran. Prin tegas melarang, dia dan Chen masih harus menyelesaikan diskusi pekerjaan mereka hari ini.

Saat Pam masih saja ngotot memaksa Chen untuk pergi sekarang juga, Prin langsung beralih ke Chen dan menasehatinya untuk memikirkan apa prioritas paling penting dalam hidupnya. Masa depan Chen masih panjang.

Chen galau... tapi akhirnya dia menuruti Prin dan tegas meminta Pam untuk menunggunya di ruangannya. Dia akan mencari Pam kalau pekerjaannya sudah selesai.

Pam kesal. "Kau pasti akan menyesalinya!"

Tidak terima mendapat malu seperti ini, Pam langsung beralih ke Prin dengan nada penuh ancaman. "Kita akan bertemu lagi, Khun Parin."

Terpaksa akhirnya dia harus membatalkan acaranya itu, membuat manajernya jadi shock bin heboh, soalnya para reporter sudah datang sekarang. Pam kesal menegaskannya untuk membatalkannya saja. Tapi dia bersumpah akan balas dendam sama Parin.

Malam itu, Prin sengaja menelepon Pim karena dia tahu Gun masih belum pulang, pastinya untuk menginterogasi Pim tentang Mitra. Dia pura-pura mengeluhkan semakin jarangnya mereka bertemu sejak Pim punya seorang teman baru bernama Mitra.

Pim dengan polosnya meyakinkan Prin bahwa dia menyayangi semua orang. Hanya saja dia menyayangi P'Mitra lebih sedikit, soalnya P'Mitra sangat cantik.

"Lalu apa P'Mitra dan Ayah sangat dekat seperti hubungan Ayah dengan Paman Prin?"

"Tidak."

Prin hampir saja senang, mengira hubungan mereka tidak dekat. Tapi maksudnya Pim adalah ayahnya tidak pernah tersenyum saat menatap Prin, tapi ayahnya selalu tersenyum diam-diam setiap kali menatap P'Mitra.

"Oh yah, Paman Parin. Besok aku akan menjadi princess. Apa Paman mau datang untuk menontonku jadi princess? P'Mitra juga akan datang untuk menontonku."

Kesempatan! Prin langsung setuju dengan senang hati.

Keesokan harinya, Gun menelepon Mitra dan memberitahu bahwa dia ada urusan dadakan hari ini. Makanya dia tidak akan bisa menghadiri acaranya Pim tepat waktu, makanya dia menitipkan Pim pada Mitra hari ini.

Tidak masalah. Mitra meyakinkannya untuk tidak khawatir, dia pasti tidak akan membiarkan Pim menunggu dengan sia-sia. Gun kerja saja dengan tenang.

Para pemain sudah berkumpul untuk mendengarkan instruksi bu guru, tapi hanya Pim yang kebingungan sendiri karena ayahnya belum datang-datang juga.

Mitra akhirnya tiba tak lama kemudian, tapi malah bertemu dengan Prin yang sengaja menunggunya di depan dan langsung tersenyum senang melihatnya.

Bersambung ke episode 5

Post a Comment

0 Comments