Sinopsis Prophecy of Love Episode 7 - 6

Di rumah sakit, Ibu memberitahu Ran tentang permasalahan Rose dan Thee yang membantunya demi menyelamatkan Rose agar tidak disakiti oleh Auay. Makanya Thee membawa Rose dan ibunya untuk tinggal di rumah mereka. Thee tidak ingin Auay menyakiti siapapun lagi seperti apa yang Auay lakukan pada mereka dulu.


"Sejak kejadian yang dulu, Thee tidak pernah bahagia. Setiap hari, Ibu dan Thee selalu menunggumu pulang. Waktu kau pulang terakhir kali, Ibu sangat bahagia, tapi kau malah melarikan diri lagi. Makanya kami meminta Chang untuk mencarimu dengan harapan suatu hari kau akam pulang dan berkumpul bersama kami kembali."

Ibu tahu apa alasan Ran tidak mau pulang, Ibu mengerti jika dia tidak bahagia dan tidak ingin pulang. Tapi sekarang Ran terluka dan tidak punya tempat tujuan, dan tak ada seorangpun yang bisa menjaganya. Jadi sebaiknya sekarang Ran pulang dulu. Dia bisa pergi kalau sudah sembuh nanti, Ibu tidak akan menghentikannya.


Ibunya Rose heran, kayaknya Ran yang dibicarakan semua orang itu bukan cuma sekedar saudara.

"Wajah mereka sangat mirip seperti itu, apa lagi kalau bukan ayah, ibu dan putri? Aku melihatnya dalam ramalanku 5 tahun yang lalu, Theerut membawa Ran melahirkan Rawee di luar negeri. Aku sama sekali tidka mengerti kenapa dia mesti berbohong pada anak itu. Dia selalu menyebut dirinya sendiri sebagai kakaknya dan bukannya jujur pada anak itu bahwa dia adalah ayahnya."

"Terus kenapa kau mengkhawatirkan masalah keluarga mereka?"

Rose canggung menyangkal. Dia tidak khawatir kok, itu cuma apa yang dia pikirkan. Ibu tak percaya, dia mau pergi ke Perancis, selain melarikan diri dari penjahat, juga untuk melarikan diri dari Thee, kan? Rose jadi makin canggung, tidak kok, kenapa juga dia mesti takut sama Thee, dia kan bukan penjahatnya?

"Kau tidak takut dia akan menyakitimu. Tapi kau takut dia akan membuatmu merasa terluka."

"Bagaimana mungkin aku menyukainya, Bu? Kami saling membenci satu sama lain."

"Kalian mungkin saling membenci sebelumnya. Tapi sekarang sudah tidak lagi. Siapa yang tahu?"

Menurut pengamatan Ibu, biarpun Thee itu orang yang sembrono tapi dia manis juga. Dan mungkin dia punya banyak sisi baik yang belum mereka ketahui. Rose malas melanjutkan percakapan ini dan langsung pura-pura tidur.


Thee baru setengah jalan membacakan dongengnya dan Rawee sudah tertidur. Saat itulah pandangan mata Thee jatu ke bunga mawar pemberian Rose yang kontan mengingatkannya akan ucapan Rawee tentang Rose yang sedang merajuk sama dia dan betapa kesalnya Rose setiap kali mereka membicarakan tentang Ran.

"Dasar gila. Apa kau cemburu?" Thee senang.


Keesokan harinya saat mereka sarapan bersama, Thee meminta Rose dan Tante Marisa untuk menjaga rumah, soalnya hari ini dia mau ke rumah sakit. Dokter bilang kalau Ran sudah boleh pulang, makanya dia mau menjemput ibunya dan Ran.

Rose langsung terdiam cemburu. Thee memperhatikan itu dan sengaja mengomporinya dengan mengklaim bahwa dia sangat menanti-nantikan saat ini, saat Ran akan berkumpul kembali bersama mereka.

Rawee dengan polosnya bersorak kegirangan karena akhirnya dia bisa bertemu P'Ran, dia ingin sekali bertemu P'Ran. Bagaimana kalau mereka mengadakan pesta untuk menyambut P'Ran?

Thee langsung setuju, dia akan membelikan banyak sekali makanan kesukaan Ran. Rawee juga mau membuat hadiah yang imut untuk P'Ran.

"Ran! Ran! Ran! Ngomong aja terus! Aku tahu betapa rindunya kau pada istrimu!" Rutuk Rose dalam hatinya sambil melempar tatapan laser ke Thee.


Berniat semakin memanas-manasi Rose, Thee dengan sengaja usul ke Rawee agar mereka meminta Rose untuk merangkai bunga untuk Ran. Kalau Ran melihat banyak bunga-bunga yang indah saat pulang nanti, Ran pasti akan mau tinggal lebih lama.

Rawee setuju banget dan langsung memohon-mohon pada Rose untuk merangkaikan bunga untuknya. Rose tentu saja tidak bisa menolak permintaan Rawee dan terpaksa mengiyakan dengan sinis.

"Makasih yah. Dia sudah lama tidak pulang. Jika dia tahu ada seseorang yang mencintainya dan merindukannya sebesar ini, dia pasti akan sangat bahagia."

Rose langsung mesem sambil membatin sinis. "Brengsek! Kau ingin memanjakan istrimu tapi menyuruh orang lain untuk bekerja?"

"Oho! P'Rose suka banget sama selai, yah? Aku juga suka!"

Bingung, Rose akhirnya baru memperhatikan roti tawarnya yang kontan membuatnya melotot. Karena ternyata saking cemburunya, Rose sampai tidak sadar kalau dia sudah menambahkan selai segunung ke roti tawarnya. Thee geli melihatnya.

Ibu juga geli melihatnya. "Kau bilang kau tidak menyukainya. Putriku mulutnya rapat sekali."


Thee masih mesam-mesem gaje di rumah sakit. Ibu heran melihatnya, apa dia sedang good mood? Apa yang terjadi? Tentang Rose?

"Ibu sangat mengenalku. Iya, ini tentang dia. Dia salah paham mengira aku dan Ran adalah suami-istri. Makanya aku menggodanya sedikit."

"Menggodanya bagaimana?"

"Untuk membuatnya cemburu dan sepertinya berhasil."

"Hadeh! Kau bermain seperti anak kecil. Kalau kau kebanyakan main-main, kau akan bermasalah."

"Tidak. AKu akan memberitahu kebenarannya setelah kita pulang nanti."


Ran keluar dari kamar mandi tak lama kemudian. Thee setulus hati meminta maaf atas kemarin, dia sangat emosi sampai tidak memikirkan perasaan Ran. Ran juga merasa bersalah dan meminta maaf padanya, tidak seharusnya dia bicara kasar pada Thee padahal Thee sangat peduli padanya dan selalu rela melakukan apapun untuknya. Tersentuh, Thee pun langsung memeluknya.

"Aku tahu apa yang kulakukan salah. Tapi aku butuh waktu. Aku minta maaf pada kalian semua. Maaf karena membuat kalian merasa buruk."


Ibu sama sekali tidak mempermasalahkannya. Ran boleh kembali kapanpun dia merasa nyaman. Ibu hanya ingin Ran tahu bahwa semua orang menunggunya di rumah. Jika Ran tidak punya tempat tujuan, maka sebaiknya dia pulang bersama mereka.


Di hotel, Kratai tak sengaja menguping Pat yang sedang mencari anak magang nganggur untuk membantu di acara penggalangan dana yayasannya Phol. Wuttikorn akan menjadi tamu kehormatan untuk membuka acara itu.

Kesempatan! Kratai langsung menawarkan diri untuk membantu acara itu, dia lagi nganggur. Dia langsung menelepon Paul dan mengabarkan hal ini. Paul pun langsung memberitahukannya ke Rose.


Paul yakin acara penggalangan donasi kali ini pasti ada sesuatu yang mencurigakan mengingat Wuttikorn akan menjadi sponsornya. Apalagi Chang pernah bilang bahwa Phol dan Wuttikorn kemungkinan punya kerja sama yang saling menguntungkan.

Rose tiba-tiba ingat dengan salah satu ramalannya tentang Phol yang memberikan sejumlah donasi pada yayasan yatim piatu. Pasti acara inilah yang dia lihat dalam ramalannya.

Rose mau pergi ke acara ini. Dia mau mengecek apakah cincin kawinnya Phol sama dengan cincin yang ditemukan Thee di kolam renangnya. Kalau begitu, Paul akan menemaninya. Siapa tahu mereka bisa mendapatkan lebih banyak petunjuk dari kedua pria itu.

"Baiklah. Aku ingin tahu rahasia apa di antara kedua orang itu sampai-sampai mereka ingin membunuhku."


Tapi waktu Rose memberitahukannya pada Ibu, Ibu jelas tidak setuju. Itu terlalu berbahaya. Tapi Rose tetap bersikeras. Toh dia juga sudah sering mengambil resiko. Dia rela mengambil resiko lagi karena ini bisa membantu menyelesaikan masalah ini dengan cepat.

Paul meyakinkan Ibu bahwa di sana ada banyak orang, Kratai juga ada di sana untuk membantu mereka menyamar. Tidak akan ada yang mengenali mereka. Ibu tetap cemas, sebaiknya mereka menunggu Thee saja.

Tapi Rose tidak mau menunggu. Entah kapan Thee akan kembali, dia juga sibuk dengan masalah keluarganya sendiri. Paul setuju, keadaan bisa kalau kalau Thee ikut. Rose meminta Ibu untuk menggantikannya merangkai bunga untuk Ran lalu pergi bersama Paul.


Kratai dan beberapa pegawai hotel lain baru tiba di tempat acara. Tapi Kratai bingung harus menempatkan Paul dan Rose di mana... sampai saat dia melihat seorang bibi petugas kebersihan dan satpam yang tengah mengatur parkiran mobil.

Tak lama kemudian saat Phol dan Pat sedang sibuk menyapa para tamu undangan dan wartawan, Kratai dengan sengaja menyuruh Rose yang menyamar jadi petugas kebersihan untuk membuangkan botol kosong untuknya.

Mumpung ada kesempatan, jadi dia harus memanfaatkannya untuk memerintah Rose. Sementara itu, Paul menyamar jadi satpam yang mengatur parkiran mobil.


Tiba-tiba Phol mendapat pesan dari Mr. Lincoln yang mengatakan kalau dia juga mau datang ke acara ini. Jelas saja Phol jadi panik dan cemas. Pat melihat pesannya itu dan langsung antusias, dia ingin sekali bertemu sama si Mr. Lincoln itu. Phol mengiyakannya saja dengan canggung dan bergegas menjauh. Rose curiga.

Bersambung ke episode 8

Post a Comment

0 Comments