Sinopsis Prophecy of Love Episode 7 - 5

Thee juga ingat waktu orang itu menyerangnya dengan pisau, orang itu memegang pisaunya dengan tangan kiri. Thee mencengkeram tangan kiri orang itu lalu menghantamkan tangan kirinya ke tiang. Waktu orang itu berusaha menembak mereka juga orang itu memegang senjatanya dengan tangan kiri.


Berarti penjahatnya pria, tinggi, kuat dan kidal. Jadi kesimpulannya, dari semua tersangka yang tersisa, jelas bukan Rin. Bukan pula Auay, karena dia tidak kidal. Yang menikah hanya Wuttikorn dan Phol.

Rose ingat, setelah insiden penyerangannya di hotel waktu itu, Pat datang bersama suaminya. Saat Pat marah-marah, dia tak sengaja menghantam lengan kiri suaminya dan suaminya tampak kesakitan.

Waktu itu Rose tidak terlalu memikirkannya. Kalau begitu, orang yang selama ini menyerangnya adalah Phol. Ibu tak percaya mendengarnya, jadi penjahatnya adalah kakak iparnya Paul?

"Kita belum bisa yakin 100%, Bu. Tapi dari para tersangka yang tersisa, hanya dia yang paling mencurigakan. Ada kasus penipuan terkait Tuan Wittukorn, dia juga ada affair dengan Khun Rinradee. Dia mungkin ingin membungkamku untuk menutupi semua rahasia ini."

"Thanaphol ada affair sama Rinradee si aktris tenar itu?" Ibu kaget.


Sayangnya mereka sudah tidak bisa kembali ke apartemennya Rut. Mereka mungkin bisa menemukan bukti di sana, bukti tentang hubungan rahasia mereka.

Thee tak yakin. Kalaupun memang mereka menggunakan apartemen itu sebagai sarang cinta mereka, tapi Thee tidak pernah sekalipun melihat Rin datang ke apartemen itu. Itu artinya, dia sangat-sangat-sangat berhati-hati.

Tapi biarpun mereka tidak bisa membuktikan kalau ini cincinnya Phol, tapi setidaknya mereka punya cincin ini sebagai bukti. Thee yakin mereka akan bisa menangkap penjahatnya sesegera mungkin.

"Jadi kau dan tantee tidak perlu pergi ke tempat lain. Kalian tinggal saja di rumahku. Mengerti?"


"Bagaimana bisa aku dan ibuku tinggal di rumahmu? Sekarang Ran-mu sudah kembali." Ketus Rose cemburu.

"Siapa Ran?" Tanya Ibu.

"Keluarganya dia, Bu. Kurasa kalian berdua harus punya waktu berdua untuk menjernihkan masalah personal kalian. Pakaianmu pasti sudah kering sekarang, akan kuambilkan sekarang biar kau bisa pulang."


Thee geli mendengar kecemburuannya dan langsung mengejarnya. Dia sungguh tidak mengerti apa masalahnya Rose untuk kembali ke rumahnya. Mereka kan tidak bisa kembali ke apartemennya sekarang.

"Beda dong. Di apartemenmu ada P'Ti. Sementara di rumahmu, ada ibumu, adikmu... dan Khun Ran. Aku dan ibuku tidak mau membuat semua orang di rumahmu merasa tidak nyaman."

"Tapi aku rela merasa tidak nyaman. Menurutmu kenapa juga aku sampai mengendap ke dalam rumahmu seperti ini? Kau pikir aku melakukannya cuma karena iseng?"

"Jadi maksudmu kau mengendap ke dalam rumahku karena kau mengkhawatirkanku?"

"Nggak boleh?"

Ibu yang menguping dari bawah tangga, geli mendengar percakapan mereka. Jangan-jangan Thee suka sama Rose?


Rose canggung mendengar pengakuan Thee. Terima kasih, tapi tidak perlu. Dia dan ibunya bisa menjaga diri mereka sendiri. Thee jelas tak percaya, menjaga diri sendiri yang Rose maksud adalah dengan tinggal dalam kegelapan seperti ini? Mereka tinggal berdua saja, apa Rose sungguh-sungguh berpikir kalau mereka aman?

"Masih ada Paul."

"Kalau kau mau tinggal bersama Paul, kau pasti sudah pergi sedari tadi."

Jika ini cuma tentang Ran, dia tidak akan pulang sekarang. Bahkan sekalipun Ran pulang juga tidak akan ada masalah. Dia yakin Ran pasti tidak akan keberatan dia membantu Rose. Apalagi untuk menangkap bajingan seperti Auay.

Sekarang ini penjahatnya pasti merasa tenang mengira Rose sudah pergi ke Perancis dan tidak akan mendatangi rumahnya. Tapi Rose masih saja ragu.

"Rosita, kita sudah semakin dekat untuk menemukan pelakunya. Masa kau tidak ingin tahu siapa yang menyakitimu?"


Phol sedang berenang saat Rin mengiriminya pesan. Tak lama kemudian, Phol dengan sangat berhati-hati mendatangi apartemen itu, di mana Rin sudah menunggunya.

Habis bermain cinta tak lama kemudian, Rin melihat Phol melamun terus. Kenapa dia stres terus sedari tadi? Apa Phol tidak bahagia bersamanya? Rin makin kecewa saat melihat Phol masih memakai cincin kawinnya. Kapan dia akan bercerai?

Selama setahun ini Phol selalu bilang kalau dia akan bercerai. Tapi dia lihat, Phol selalu bersama istrinya. Phol mengklaim bahwa perceraian antara pasutri yang sah secara hukum, bukanlah sesuatu hal yang mudah dilakukan. Jika dia tidak mencintai Rin, kenapa juga dia menghabiskan jutaan baht demi berlian yang dia belikan untuk Rin?

"Aku rela melakukan apapun demi menutupi rahasia kita karena aku tidak ingin digosipkan oleh orang-orang bahwa aku ada affair dengan suami orang. Tapi sepertinya kau tidak melakukan apapun untukku."

"Kau bilang kau rela melakukan apapun. Apa maksudmu?"


Maka Rin pun menceritakan segala penyamaran yang selama ini dilakukannya untuk mengancam Rose. Dia melakukan semua itu demi cinta mereka.

Phol pura-pura tersentuh mendengarnya dan berjanji akan menangani perceraiannya secepat mungkin. Rin tak percaya. Phol selalu bilang secepatnya tapi kenyataannya lain.

"Kau sebenarnya lebih peduli pada istrimu dibanding aku, kan? Atau sebenarnya, kau tidak ingin bercerai dengannya?"

Phol menyangkal. Kalau dia tidak mencintai Rin, kenapa juga dia selalu datang setiap kali Rin merindukannya?


Paul melihat Chang sedang sibuk melipat baju-baju wanita. Paul tak percaya melihatnya, Kratai bahkan menyuruh Chang mencuci dan melipat baju-bajunya? Lalu di mana tuh anak sekarang? Kenapa Kratai tidak melakukannya sendiri?

Chang menjelaskan kalau Kratai tinggal dengan adiknya yang lain. Adiknya yang itulah yang mencuci baju-baju ini, Chang cuma membantu melipatnya. Setelah mengantarkan Paul ke kamarnya tadi.

Karena kekacauan yang terjadi tadi pagi, Rawee jadi dititipkan ke ayahnya Kratai. Makanya Kratai bergegas pulang untuk membantu ayahnya mengurus Rawee, dan sekarang dia ada di rumahnya Thee.

"Dia membantu ayahnya atau membantu Theerut?" Sinis Paul dengan nada cemburu.


Rose akhirnya mengalah dan kembali ke rumah Thee. Rawee senang banget dan langsung bersorak kegirangan melihat Rose.

"P'Rose tidak datang sendiria loh, lihatlah siapa yang dibawa P'Rose."

Ibu langsung masuk dengan gaya cantiknya. Rawee langsung kagum mengira dia kakaknya Rose. Ibu langsung suka sama dia. Dia ebnar-benar anak yang manis dan pintar.

"Ini kakakku, ini ibuku."

"Halo, tante."

"Halo, nama tante, Marisa."


"Bukan cuma membawa putrinya tapi juga ibunya, dasar P'Thee!" Gerutu Kratai diam-diam.

Tapi dia tetap menyapa Ibu dengan sopan saat Thee memperkenalkan mereka. Tapi apa Thee sudah memberitahu Tante Rujee bahwa dia membawa Rose dan ibunya pulang? Tentu saja sudah. Ibunya bahkan menitip pesan agar mereka tinggal dengan nyaman di sini dan anggap saja rumah sendiri.


 Rawee memberitahu bahwa ibunya sekarang sedang menjaga P'Ran di rumah sakit, jadi malam ini dia akan menggantikan Ibu untuk mengurus Tante Marisa dan P'Rose. Dia langsung menggandeng tangan Tante Marisa ke kamarnya dan meminta Rose untuk tinggal lebih lama. Dia ingin mendengar Rose membacakan dongeng lagi untuknya.

Tentu saja, Rose dengan senang hati melakukannya. Kali ini dia akan membacakan 10 dongeng untuk Rawee. Dan Thee langsung memanfaatkan itu sebagai janjinya Rose, dia tidak boleh pergi sebelum dia selesai membacakan dongeng untuk Rawee.

"Yeah! Aku senang! Jadi kali ini aku akan punya P'Rose, Tante Marisa dan P'Ran sebagai temanku. Kalau P'Ran sudah sembuh dan pulang nanti, P'Rose bisa bertemu dengan P'Ran. Aku melihatnya di foto yang ditunjukkan Ibu. P'Ran sangat cantik dan manis. Kalau P'Rose bertemu P'Ran, P'Rose pasti suka sama dia."Ujar Rawee dengan cerewetnya.


Mendengar semua itu kontan membuat Rose jadi sedih dan cemburu, dan Rawee memperhatikan itu. Bahkan saat Thee mengajaknya keluar, dia langsung mengonfrontasi Thee dengan gaya sok dewasanya.

"Apa P'Rose marah sama P'Thee? Atau kalian bertengkar?"

"Kami tidak bertengkar. Kalau kami bertengkar, kenapa juga dia setuju untuk kembali."

"Berarti dia marah."

Bersambung ke part 6

Post a Comment

0 Comments