Postingannya Paul itu dilihat oleh Pat dan dengan polosnya dia memberitahukannya pada suaminya samil mengeluhkan adiknya yang pergi ke Perancis tanpa bilang-bilang dulu. Phol jadi gelisah karenanya. Tepat saat itu juga, ponselnya berbunyi dari Mr. Lincoln.
Pat heran, siapa sih orang ini? Dia sering banget menelepon Phol. Dia ada urusan apa sama Phol? Phol dengan gugup mengklaim bahwa orang ini adalah klien dalam proyeknya bersama Tuan Wuttikorn. Sebentar lagi orang ini mau terbang ke Australia, makanya dia ingin menyelesaikan segalanya sebelum pergi.
Sekretarisnya memanggil saat itu untuk rapat. Phol pun pamit. Pat ingin mereka makan siang bersama nanti. Tapi Phol dengan canggung menolak dengan alasan ada temu janji dengan klien. Pat jelas kecewa mendengarnya.
Di luar, Phol langsung menghubungi Mr. Lincoln yang ternyata Rin. Dia tadi ke tokonya Ros, tapi ternyata tokonya tutup dengan alasan direnovasi. Tapi Paul memposting foto perjalanan ke Perancis, dia pasti pergi sama Rose.
Phol malas menanggapinya dan langsung menutup telepon dengan alasan mau meeting. Dia lalu menelepon Auay dan memerintahkannya untuk pergi ke bandara sekarang.
Sesampainya di parkiran bandara, Paul melihat Rose menatap ponselnya terus. Dengan canggung Rose mengklaim kalau dia hanya mengirim pesan ke Kheng dan berterima kasih padanya karena sudah mengurus toko untuknya.
Tapi saat Paul berbalik, dia malah melihat seseorang yang mencurigakan, sedang bersembunyi di balik tembok. Paul jadi cemas, orang itu pasti anak buah si penjahat.
"Apa mungkin mereka orang-orangnya Kapten Chang yang dikirim untuk menjaga kita?"
Paul yakin bukan, anak buahnya Chang tuh yang ada di depan. Memang benar, orang itu diam-diam memotret mereka lalu mengirimnya ke bosnya.
Chang masih menunggu di depan UGD bersama Thee saat dia menelepon para anak buahnya untuk memastikan mereka mengawal Rose. Ibu dan Kratai datang tak lama kemudian dengan cemas. Apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana keadaan Ran?
"Dia melarikan diri dariku dan hampir tertabrak mobil. Dia terjatuh dan kepalanya terbentur lalu pingsan. Aku tidak tahu bagaimana keadaannya sekarang."
Thee langsung berpaling kembali ke Chang dan menuntut penjelasannya terkait Ran. Kenapa dia bisa tinggal bersama Chang?
Chang mengaku tak sengaja bertemu Ran di kantor polisi saat Ran terlibat sebuah masalah, makanya dia membawa Ran pulang ke rumahnya dan meminta Kratai untuk menemani Ran. Dan Ran meminta mereka untuk berjanji tidak akan memberitahu keluarganya.
Thee jelas kecewa sama Kratai. Chang dan Kratai minta maaf pada mereka. Tapi Chang meyakinkan mereka bahwa dia tidak bermaksud untuk merahasiakannya lama-lama, dia hanya ingin Ran merasa nyaman dulu sebelum memberitahu semua orang.
"Mau sampai kapan?!" Kesal Thee. "Ibu sangat cemas dan ingin sekali bertemu dengannya, kau tahu itu!"
"Aku tahu. Aku tahu Tante Rujee sangat mencemaskan Ran, kau juga ingin bertemu Ran. Tapi saat dia bersikeras kalau dia belum siap bertemu siapapun, lalu apa yang harus kulakukan?"
"Iya, P'Thee. P'Ran bilang tidak ingin pulang sekarang. P'Chang tidak akan berani melanggar janjinya. Dia hanya berpikir bahwa dia bisa membujuk Ran secepatnya untuk pulang. Tapi malah terjadi masalah ini."
Ibu mengerti dan langsung membujuk Thee untuk tidak marah pada Chang dan Kratai. Toh setidaknya mereka sudah menemukan Ran sekarang. Yang harus mereka lakukan sekarang adalah berdoa semoga dia baik-baik saja.
Dokter akhirnya keluar tak lama kemudian dan memberitahu Ran selamat. Tidak ada kerusakan internal, hanya kepalanya yang terbentur dan pingsan karena shock.
Paul berinisiatif agar mereka pura-pura tak tahu saja biar orang itu melapor ke bosnya bahwa mereka sudah benar-benar pergi. Rose mengiyakannya saja, tapi pikirannya tidak bisa tenang dan dia melihat ponselnya terus. Paul heran, dia mau menelepon siapa?
"Aku hanya mencemaskan Theerut. Aku mendapat penglihatan dia ditabrak mobil."
"Tidak usah mengkhawatirkannya. Artis populer seperti Theerut pasti akan langsung jadi berita besar kalau dia benar-benar terluka. Mungkin sekarang dia sedang sibuk dengan masalah keluarganya."
Rose seketika kecewa dan cemburu teringat Thee mau menyusul istrinya. Benar, dia mungkin sedang sibuk dengan masalah keluarganya. Paul meyakinkannya untuk bersembunyi dengan tenang dengan Perancis, biar dia yang menangani masalah di sini bersama polisi. Paul janji tidak akan melepaskan penjahat itu.
Tiba-tiba ponselnya Rose berbunyi dari ibunya yang malah mengabarkan bahwa beliau ada di Thailand, Ibu bahkan sudah tiba di depan rumahnya Rose sekarang.
Tentu saja kedatangan Ibu membuat Rose terpaksa membatalkan keberangkatannya. Dia tidak mungkin meninggalkan Ibu sendirian di sini.
Tapi ada anak buahnya si penjahatnya yang masih mengintai mereka. Paul menyarankannya untuk setidaknya check-in saja biar para penjahat itu mengira bahwa mereka benar-benar berangkat.
Sepertinya rencana mereka berhasil, orang itu langsung menelepon Auay dan melapor bahwa Rose dan Paul sudah berangkat. Polisi yang mengawal mereka juga sudah balik sekarang.
Auay langsung melaporkan itu ke bosnya dan memuji kerja bagusnya Phol. Wuttikorn sinis mendengarnya dan langsung membanding-bandingkannya dengan Auay yang selalu gagal. Menghancurkan barang bukti saja butuh waktu lama. Dia bahkan tidak terlambat datang ke apartemennya Thee.
Auay santai mengingatkan Wuttikorn bahwa lebih bagus begini. Lebih baik Rose pergi dan segalanya bisa berakhir sampai di sini. Biarpun mereka tidak bisa membunuhnya, tapi setidaknya sekarang Rose sadar kalau mereka serius, makanya dia melarikan diri ke luar negeri.
Benar juga. Baguslah Rose sudah kabur ke luar negeri sekarang. Proyek yang harus dia kerjakan masih banyak. Mengalihkan topik, Wuttikorn tiba-tiba menanyakan sesuatu hal yang misterius. Apa Phol sudah punya barang baru yang sesuai keinginannya?
Tapi Phol rasa sebaiknya jangan sekarang. Bagaimanapun, polisi masih mengawasi mereka dan entah berapa banyak yang sudah diketahui polisi. Jadi lebih baik mereka menunggu dan melihat apa yang dibeberkan Rose pada polisi.
Tapi Wuttikorn sepertinya tak peduli dan sudah tidak sabaran dan menawarkan jumlah dua kali lipat daripada yang sebelumnya.
Ran sudah sadar saat Ibu dan Thee masuk, dan Thee langsung mengomelinya karena Ran sudah membuat Ibu dan semua orang mencemaskannya. Ibu meyakinkan Ran untuk tidak melarikan diri lagi mulai sekarang.
"Pulanglah, nak."
"Aku tidak mau kembali ke rumah itu."
"Kenapa, Ran? Kenapa kau selalu lari dari masalah padahal yang bersalah adalah dia dan bukan kau!" Kesal Thee.
"Tidak bisakah kau berhenti?! Aku tidak mau mendengarnya! Aku tidak mau siapapun mengangguku lagi, termasuk kau. Mengerti, tidak?!"
Ibu cepat-cepat menengahi pertengkaran mereka dan meminta Thee untuk membicarakan masalah ini nanti saja, biarkan Ran istirahat dulu. Ibu lalu meminta mereka semua untuk keluar karena dia mau bicara berdua dengan Ran.
Chang menyarankan Thee untuk membiarkan Kratai tenang dulu, dia yakin Ran pasti mau pulang. Dia tahu kalau Thee mengkhawatirkan adiknya, tapi marah-marah seperti ini tidak akan membuat keadaan Ran menjadi lebih baik. Tantee Rujee juga pasti sedih melihat kedua anaknya bertengkar.
Kalau dipikir-pikir, prediksinya Rose tentang Thee sangat akurat. Sejak hari ramalan itu, Thee sudah banyak terluka.
Baru ingat tentang Rose, Thee langsung mengecek ponselnya tapi malah tidak mendapati pesan apapun dari Rose. Thee kecewa, Rose bahkan tidak mengucap selamat tinggal. Tapi tepat saat itu juga, Chang ditelepon anak buahnya yang mengabarkan Rose batal pergi ke Perancis.
Ibu kaget mendengar putrinya selama ini dikejar-kejar penjahat. Kenapa Rose tidak pernah memberitahunya? Jangan-jangan orang yang menyerangnya itu Thee?
Rose menyangkal, orang lain yang melakukannya, tapi dia tidak punya bukti tentang tersangkanya. Para penjahat itu benar-benar serius mau membunuhnya, makanya Rose ingin bersembunyi di Perancis dan membiarkan polisi menangani masalah ini. Dia akan kembali setelah penjahatnya tertangkap nanti.
Bersambung ke part 4
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam