Sinopsis My Unicorn Girl Episode 9 - 3

Tapi hadiah yang diberikan Wen Bing malah cuma selembar foto kakinya Meng Na yang dia potret di mini market. Sang Tian kecewa, kenapa juga Wen Bing memberinya foto kakinya Meng Na? Dia kan sudah bilang kalau dia tidak suka sama Meng Na.


"Perhatikan baik-baik."

"Apanya yang perlu dilihat?"

"Lihat!" Perintah Wen Bing sambil memberi isyarat tanda V di atas kepalanya.

Bingung, Sang Tian akhirnya memperhatikan foto itu dengan seksama. Dan akhirnya menyadari bahwa fokus foto itu bukan pada kakinya Meng Na, melainkan bayangannya dan bayangan Wen Bing yang tampak berdiri berdampingan dan bayangan dua jari Wen Bing yang tampak berada di atas bayangan kepalanya.


Sekarang Sang Tian mengerti kenapa Wen Bing tadi memotret dua jarinya ke lantai. Sang Tian senang, kenapa Wen Bing memotret seperti ini? Kekanak-kanakan sekali.

"Bukankah kau bilang kita tidak punya foto bersama? Ini fotonya. Kenapa kau harus memilikinya? Kau kan tidak benar-benar meninggalkan Liuye."

"Bagaimana kau bisa tahu...? Kau membaca surat yang kutulis untukmu?"

"Kuperingatkan kau. Aku tidak tertarik sama sekali untuk menjadi ketua regu. Jadi bertandinglah dengan baik untuk pertahankan gelarnya. Mengerti?" Perintah Wen Bing lalu mengusap hidungnya Sang Tian sebagai tanda segel kesepakatan. "Sekarang kita sudah berjanji. Kau harus menepatinya."


Mengalihkan topik kembali ke latihan mereka, Wen Bing menilai sekarang Sang Tian sudah lebih baik daripada sebelumnya. Dia hanya kehilangan keyakinan.

"Konsentrasimu saat bermain bukan hanya tongkat dan puck-mu. Kau harus membidik targetmu dan yakin akan mencetak gol."

Bukankah Sang Tian bilang bahwa dia menyukai seseorang. Maka bayangkanlah wajah orang yang dia sukai itu sebagai penjaga gawang. Pukul sekuat tenaga ke jantungnya. Ayo cobalah.

Sang Tian jadi penasaran. "Mengingat kau jago menyerang, siapa yang kau selalu bayangkan sebagai penjaga gawang?"

"Diriku sendiri."

"Dasar narsis."

"Cepat lakukan. Kau mau tidur atau tidak?"


Oke. Sang Tian pun menatap gawang, mulai membayangkan wajah penjaga gawang. Tapi yang dia bayangin adalah wajah Wen Bing, Sang Tian sampai tercengang dengan khayalannya sendiri dan buru-buru menepis bayangan itu, dia langsung memukul puck-nya dan berhasil memasukkannya ke gawang.


Meng Na dan Sang Zhan bertemu lagi di dunia game online tanpa menyadari bahwa mereka berada di warnet yang sama. Meng Na langsung bercerita bahwa tadi gebetannya memotretnya secara diam-diam, dan semua itu berkat dia melakukan metodenya Sang Zhan. Meng Na yakin kalau gebetannya itu pasti jatuh cinta padanya. Mereka bahkan foto bersama tadi.

Sang Zhan jadi mau lihat fotonya. Tapi Meng Na menolak, bersikeras agar mereka tetap menjadi orang asing yang ramah. Lebih baik mereka saling berbagi rahasia dengan tidak saling mengenal agar lebih nyaman.

Sang Zhan kecewa. Baiklah, tapi apa Meng Na tidak ingin tahu bagaimana wajahnya? Bagaimana kalau dia jauh lebih tampan daripada Takeshi Kaneshiro atau Daniel Wu?

"Wkwkwk... aku tidak ingin tahu. Tidak ada yang lebih tampan darinya." Ujar Meng Na.

"Aku harus mengubah nama aliasku jadi 'Sedih'."

Cepat-cepat mengalihkan topik, Meng Na langsung mengajaknya main game mereka.


Sang Tian berlatih memukul puck dengan sebuah botol sebagai target. Percobaan pertama gagal, tapi yang kedua sukses. Wen Bing mendadak muncul dan langsung memujinya.

Tapi saat dia memungut botol itu, dia malah melihat ada foto wajahnya tertempel di tutup botolnya. Sang Tian dengan canggung beralasan bahwa dia memang selalu latihan memukul puck dengan cara memikirkan orang yang tidak dia sukai sebagai target.

"Aku tidak bilang kau menyukaiku. Kenapa kau gugup?"

"Matamu yang mana yang melihatnya?"

"Kenapa wajahmu memerah jika tidak suka?"

"Kapan?" Canggung Sang Tian.

"Apa kau berani menatapku? Katakan lagi."

Dan Sang Tian sontak membisu saat dia mencoba kontak mata dengan Wen Bing... sampai saat Wen Bing menyentil dahinya dan menyuruhnya latihan lagi.


Keesokan harinya, Pelatih Ma mengumumkan bahwa pertandingannya adalah hari sabtu jam 3 sore. Karena Pelatih Ma benar-benar menjanjikan akan memenuhi apapun permintaan mereka jika mereka menang, para pria itu langsung rebutan mengutarakan apa-apa saja yang mereka inginkan. Ada yang minta tanda tangan idolanya, ada yang minta mesin cuci, Wei Lian malah minta seekor anjing husky.

"Seperti yang sudah kubilang, semua permintaan." Tegas Pelatih Ma sambil menatap Sang Tian penuh arti.


Bertekad untuk menang, Wei Lian tiba-tiba punya ide bagus. Demi mempererat ikatan mereka bertiga agar mereka bisa lebih sinkron dalam pertandingan nanti, Wei Lian memutuskan untuk pindah ke kamarnya Sang Tian dan Wen Bing. Hah? Kaget, Wen Bing dan Sang Tian kompak menolak lalu pergi.


Selama beberapa berikutnya, Sang Tian dilatih dengan ketat oleh Wen Bing. Dia benar-benar penuh semangat untuk latihan. Pada hari sabtu pagi saat Wen Bing baru bangun, dia mendadak kaget melihat Sang Tian berdiri di kasurnya dengan memakai seragam lengkap dan semangat juang '45 untuk latihan lagi sebelum pertandingan dimulai.

"Berlatih untuk apa? Kalau bertanding di sore hari, seharusnya kau istirahat sekarang. Kalau sampai terjadi kecelakaan, bagaimana kau bisa bertanding?"

Oh, kalau begitu, apa yang harus dia lakukan untuk menenangkan diri? Wen Bing punya rencana sendiri, terserah Sang Tian mau ngapain. Kebetulan saat itu juga, Xiao Rou menelepon dan mengajaknya tur keliling. Karena dia tidak ada kerjaan sampai waktu pertandingan sore nanti, Sang Tian akhirnya setuju.


Wen Bing akhirnya menghabiskan waktu di studio lukisnya, tapi pikirannya tidak bisa konsen dan terus menerus merobek kertasnya lalu membuangnya sembarangan. Min Jun baru datang saat itu dan tiba-tiba usil ingin mengagetkan Wen Bing. Tapi bahkan sebelum dia sempat melakukan apapun, Wen Bing sudah tahu dan menegurnya duluan.

"Ada apa? Sesuatu mengganggumu?" Cemas Min Jun.

"Siapa yang bilang aku terganggu?"

"Saat suasana hatimu sedang buruk, kau akan merobek dan melempar, merobek dan melempar. Apa kertas yang berkualitas bagus mengganggumu? Apa kau khawatir Sang Tian akan meninggalkanmu jika kau tidak bisa menang?"

Wen Bing kesal mendengarnya. "Kami pasti akan menang!"

"Oke! Oke! Tentu saja kau berharap akan menang. Jika Sang Tian tetap tinggal, ada harapan matamu bisa sembuh. Dr. Smith bilang kau harus tetap berhubungan dengannya."

Malas mendengar ocehan Min Jun lagi, Wen Bing pun pergi. Min Jun prihatin pada keponakannya yang malang itu. Bagaimana dia bisa membantu Wen Bing?... Ah! Pelatih Ma. Dia akan membuat Sang Tian tetap tinggal jika suasana hatinya baik biarpun mereka kalah.


Sang Tian kaget melihat penampilan Xiao Rou yang hendak tampil pakai baju serba bling-bling dan wig besar di kepalanya. Sang Tian jadi malas ikutan, tapi Xiao Rou memaksanya. Lagian mereka akan selesai jam 11 kok, pertandingannya Sang Tian kan baru jam 3 sore.

"Aku tidak akan minta bantuanmu jika seseorang tidak membatalkannya." Bujuk Xiao Rou dengan melas.

Sang Tian akhirnya luluh juga dan setuju untuk tampil bersamanya. Jadilah mereka perform di panggung pakai kostum bling-bling dan berjoget ria... saat tiba-tiba saja Wen Bing muncul di antara para penonton. OMG! Sang Tian shock melihatnya.

Bersambung ke episode 10

Post a Comment

0 Comments