Sinopsis Prophecy of Love Episode 7 - 2

Rose membacakan cerita Beauty and The Beast untuk Rawee, tapi saat dia sampai pada adegan Ayahnya Bell yang berusaha menyelamatkan putrinya dari Beast, Rose tiba-tiba jadi teringat pada masa kecilnya bersama ayahnya yang dulu juga selalu membacakan dongeng yang sama untuknya. Sepertinya ia ayah yang baik.


Namun entah apa yang terjadi, tiba-tiba Ayahnya Rose pergi dari rumah dan meninggalkan keluarganya. Kenangan itu membuat Rose jadi sedih.


Ibu mendapati Thee sedang menatap bunga mawarnya dengan sedih. Kalau Thee tidak ingin Rose pergi, kenapa dia tidak bilang terus terang saja padanya?

"Aku tidak bisa menahannya, Bu. Bagaimanapun, ini berhubungan dengan hidup dan matinya. Jika dia pergi dan tinggal bersama ibunya, dia mungkin akan lebih aman dan lebih tenang daripada tinggal bersama kita di sini."


Rose menangis saat Thee tiba-tiba datang untuk mengecek Rawee. Rose sontak berbalik membelakanginya, berusaha menyembunyikan air matanya dari Thee. Dia bahkan tak menjawab saat Thee mengucap terima kasih karena sudah membantu menidurkan Rawee, membuat Thee jadi cemas.


Mereka akhirnya duduk di luar di mana Rose mengaku kalau dia hanya teringat masa kecilnya, saat keluarganya masih bersatu. Ngomong-ngomong tentang itu, Thee jadi ingat kalau Rose selama ini tidak pernah menceritakan tentang keluarganya.

"Benar. Yang selalu kita bicarakan cuma tentang tersangka. Kau juga sama, kau belum memberitahuku tentang kehidupan pribadimu."

"Aku? Kenapa aku harus membicarakan itu? Aku sangat terkenal, kau googling saja dan kau akan tahu segalanya tentangku. Lebih baik membicarakan tentang keluargamu, aku ingin tahu."

Rose mengaku bahwa ibunya adalah seorang penulis. Ayahnya seorang pengusaha. Setelah kedua orang tuanya bercerai, ibunya membawanya pindah ke Perancis.

Sudah sejak lama mereka berpisah, sejak Rose masih SD. Ayahnya sangat baik, tapi ibunya bilang kalau ayahnya sangat genit.

"Pantas saja. Kau memiliki kebencian yang tak berdasar. Makanya menuduhku genit padahal aku tidak begitu. Aku hanya... pria yang tampan, baik hati dan aku bisa ngobrol sama siapapun karena aku tidak punya pacar yang bonafit."

Rose tak percaya. "Tidak punya pacar yang bonafit? Terus bagaimana dengan ibunya Rawee?"


"Aku penasaran, kenapa kau sangat yakin kalau Rawee adalah putriku? Apa yang kau lihat dalam ramalanmu 6 tahun yang lalu?"

Dalam flashback ramalannya, Rose melihat Thee menemani Ran saat dia sedang melahirkan. Dia juga melihat Ibu berkomentar bahwa bayi itu mirip sama Thee, makanya Rose berpikir kalau itu adalah bayinya Thee.

Rose sempat melihat wajah ibunya Rawee dalam ramalannya, tapi tidak terlalu jelas karena dia melihatnya sedang sangat kesakitan saat melahirkan.

Rose penasaran di mana wanita itu sekarang? Sepertinya Thee sangat mencintainya dan peduli padanya, bahkan sampai punya anak bersamanya. Tapi kenapa Thee tidak menerimanya dan menikahinya secara terbuka? Dengan begitu, Rawee bisa memiliki ayah dan ibu.

"Atau jangan-jangan kau takut kehilangan popularitasmu sebagai artis ternama?"

Thee menolak menjawab dan buru-buru ganti topik menyuruh Rose untuk mengepak barang-barangnya saja. Sekarang sudah larut malam.


Keesokan harinya, Chang mendapati Ran sedang memasak sarapan. Tapi Ran kesulitan saat hendak mengambil panci yang letaknya tinggi. Melihat itu, Chang berniat mau membantunya.

Tapi saat dia mendekat dari belakangnya Ran, Ran sontak menjerit ketakutan dan mundur menjauh, dia bahkan histeris melarang Chang mendekat. Terang saja Chang dan Kratai heran melihat ketakutannya. Tapi mereka tak berani menanyakannya saat Ran dengan cepat berubah sikap seolah dia tidak kenapa-kenapa.


Tapi bagaimanapun, Kratai senang dengan keberadaan Ran di sini, semoga Ran bisa tinggal di sini lebih lama biar dia bisa makan lebih banyak menu. Chang cuma bisa masak nasi goreng.

"Karena cuma itu yang bisa kumasak. Kalau kau tidak suka, kau makan saja mie instan atau makan di hotel."

"Duh, jangan tersinggung dong. Kau itu cowok besar, sensitif amat."

Mengalihkan perhatiannya kembali ke Ran, Chang berkata kalau dia akan membeli makanan di luar nanti, jadi Ran tidak perlu memasak makan malam. Ran mau makan apa?

"Aku mau ayam panggang sama sald pepaya pedas! Sudah lama aku tidak makan makanan pedas." Jawab Kratai antusias.

"Siapa yang tanya padamu? Aku tanya sama Ran. Kau harus makan apapun yang Ran inginkan."

Ran sontak mengadu manja ke Ran, maka Ran pun menengahi perdebatan mereka dengan minta menu yang sama dengan Kratai. Tapi mereka harus ingat akan janji mereka. Kratai bersumpah kalau dia akan jaga rahasia tentang keberadaan Ran di sini.

Chang pun dengan manisnya pamit sama Ran, telepon saja dia kalau ada apa-apa. Tapi saat dia mengalihkan perhatiannya ke Kratai, nada suaranya sontak berubah. Kratai gregetan mendengarnya.


Rose pamit pada Ibu saat Thee masih mengantarkan Rawee ke sekolah. Rose rasa dia tidak perlu menunggu Thee. Toh tadi Thee tidak menyuruhnya untuk menunggu, dan lagi, mereka bertengkar semalam. Jadi mungkin Thee ingin dia cepat-cepat pergi.

"Bertengkar? Kalian ada kesalahpahaman?" Heran Ibu. Tapi tadi Ibu mendengar Thee menelepon Chang dan berkata bahwa mereka akan mengantarkan Rose bersama-sama.

Ibu lalu memberikan setoples cookie mawar untuk Rose, ini hadiah buatannya dan Rawee. Dia juga memberikan satu toples kecil lainnya buatan Thee dan Rawee.

"Rawee bilang ada doa-doa di dalamnya, bukalah di dalam pesawat."

Rose benar-benar terharu. "Terima kasih banyak, Tante. Aku tidak akan melupakan semua orang di sini."

"Jangan diambil hati. Thee tidak membiarkan Rawee menunggu untuk mengucap selamat tinggal karena dia khawatir Rawee akan sedih sata mengucap selamat tinggal."


Ibu lalu mencarikan tas untuk wadah toples-toples itu, sementara Rose melihat-lihat foto-foto di atas meja. Ada foto Ran di sana, Rose langsung ingat wanita itu. Dia wanita yang menolak menolongnya saat dia dikejar-kejar Khun Ying.

"Wanita ini?"

"Ada apa dengan wanita itu?" Tanya Thee yang baru datang.

"Aku pernah melihatnya di Prachuab waktu aku diculik sama Khun Ying Nanthawadee."

Thee sontak mengguncang Rose sambil menuntut di mana dia melihat Ran. Tak lama kemudian, Chang panik mengejar Thee yang bertekad mau pergi ke Prachuab mencari Ran.


Dia berusaha menghentikan Thee dan menawarkan dirinya saja yang pergi mencari Ran, takutnya Ran akan melarikan diri kalau melihat Thee. Ibu mau ikut Chang, biar Ibu yang bicara sama Ran, Ran pasti tidak akan melarikan diri.

"Siapa yang mereka cari, Rose?" Tanya Paul.

"Istrinya Theerut."

Thee tidak setuju, mending Ibu antarkan Rose saja. Biar dia mencari Ran saja, dia yakin Ran pasti akan kembali. Thee minta maaf pada Rose karena dia tidak bisa mengantarkan Rose sekarang.

Tapi Chang terus saja menghadangnya, Thee jadi kesal. Tak punya pilihan, Chang akhirnya memberitahu Thee bahwa dia tidak perlu mencari Ran sampai ke Prachuab karena sekarang Ran sudah ada di Bangkok. Thee sontak mencengkeramnya dengan emosi dan menuntut di mana Ran berada sekarang.

"Ran ada di rumahku."


Thee sontak lari menuju rumahnya Chang. Rose pun pamit sekarang. Dalam perjalanan, dia membuka toples kecil yang ternyata berisi bunga mawar kertas. Dia menatap bunga kertas itu dengan sedih, sementara Paul dengan ceria menunjukkan gambar passport yang barusan diunggahnya ke IG.

Dia juga mengetag Rose, siapa tahu penjahatnya melihat postingannya, jadi mereka akan berhenti mengganggu Rose. Paul jadi tidak konsen melihat jalan saking fokusnya dengan postingannya itu hingga dia tidak melihat ada pengendara sepeda motor di depannya.

Untungnya Rose melihatnya dan langsung berteriak panik memperingatkan Paul, sehingga Paul berhasil mengerem tepat waktu.


Pada saat yang bersamaan, Thee akhirnya tiba di rumahnya Chang dan jelas saja kedatangannya membuat Ran jadi panik dan langsung melarikan diri sampai ke jalan... tepat saat ada mobil melaju ke arahnya. Panik, Thee sontak mendorongnya sehingga membuat kepala Ran terbentur dan pingsan seketika.

Bersambung ke part 3

Post a Comment

0 Comments