Mereka kemudian pergi ke dermaga untuk menyelidiki perahu pengangkut itu. Awalnya memang tidak tampak ada yang janggal. Tapi Su Ci yakin ada jejak dan mulai meneliti perahu itu dengan seksama... hingga dia mendapati ada yang jaring yang tampak berlubang dan bekas goresan-goresan kecil di bagian bawah perahu itu.
Uang lima puluh ribu tael, beratnya sekitar 1500kg. Jika perahu ini mengangkut barang seberat itu, maka seharusnya perahu ini menurun di sekitar garis paling bawah perahu yang sekarang tertutupi lumut.
Tapi faktanya, tampak jelas lumut-lumut itu bukan cuma menutupi bagian paling bawah, tapi juga garis atasnya. Jelas itu menunjukkan perahu ini mengangkut lebih daripada berat dana bantuan pemerintah.
"Tapi bagaimana caranya uangnya bisa ditaruh di atas perahu tanpa ketahuan?" Bingung Pei Zhao.
Su Ci menjelaskan bahwa peti berisi dana bantuan itu tidak pernah ditaruh di atas perahu, melainkan ditarik dari bawah air dengan cara menggunakan jaring-jaring ikan.
Bei Ming dan Ru Shuang nekat mendobrak paksa rumah orang kaya itu yang jelas saja membuat si pelayan heboh meneriaki mereka sebagai perampok. Bei Ming buu-buru menjelaskan bahwa mereka hanya ingin bertemu dengan tuan rumah ini, ingin meminjam makanan untuk diberikan pada para korban bencana.
"Makanan tuan kami, atas dasar apa diberikan pada orang-orang miskin itu?!" Tolak si pelayan dengan angkuhnya.
"Dari mana asalnya pasokan makanan tuan kalian? Apa diambil dari para rakyat?! Sekarang rakyat tidak punya makanan dan tidak punya tenaga untuk bercocok tanam. Pada akhirnya yang rugi tetaplah tuan kalian."
Si pelayan ngotot tidak mau memberikannya. Bahkan saat Bei Ming berniat mau membelinya, dia tetap menolaknya, bahkan mengancam akan menyerang mereka jika mereka tidak segera pergi.
Bei Ming sudah mau nyolot lagi, tapi Ru Shuang tiba-tiba maju dengan penuh keberanian dan menantang si pelayan untuk menyerang mereka saja. Mereka memang datang untuk merampok semua pasokan makanan mereka.
Sontak para pelayan di rumah itu berusaha menyerang Bei Ming, tapi tentu saja mereka bukan lawan Bei Ming sama sekali. Ru Shuang tiba-tiba mau menabur bubuk entah apa ke si pelayan. Tapi dia berhasil menangkisnya dan jadilah bubuk itu mengenai muka Bei Ming... hingga membuat bibirnya jadi dower. Wkwkwk!
Bei Ming sendiri tidak langsung menyadarinya dan cuma bingung karena mulutnya mati rasa, tapi itu sukses membuat si pelayan jadi ketakutan dan Ru Shuang langsung memanfaatkan itu untuk semakin menakut-nakuti si pelayan dan mengancamnya untuk menyerahkan pasokan pangan mereka sekarang juga.
Ketakutan, si pelayan langsung pergi mengambilkan apa yang mereka inginkan. Dan baru saat Bei Ming menyentuh bibirnya, dia menyadari bibirnya jadi aneh dan langsung mengejar Ru Shuang.
Tak lama kemudian, bibir Bei Ming akhirnya kembali normal an mereka mendapatkan semua pasokan pangan yang mereka inginkan. Tapi Bei Ming tidak mengambil makanan itu begitu saja.
Dia memberikan surat hutang pada si pelayan dan menyuruh mereka untuk menagih uang pasokan pangan itu ke Vila Gunung Feiyun. Dia bahkan menambahkan cukup banyak uang sebagai bunganya sekaligus kompensasi karena sudah menyakiti mereka tadi.
Ru Shuang kagum padanya dan tak segan untuk memujinya. Bei Ming pun balas memujinya dan mereka pun sepakat untuk meneruskan kerja sama mereka di kemudian hari untuk merampok orang kaya dan membantu rakyat miskin.
Su Ci mau pergi menemui Bupati Kong lagi untuk menginterogasinya. Tapi Pei Zhao masih ragu mengingat segala petunjuk yang mereka miliki sekarang hanyalah dugaan. Sebaiknya mereka mencari bukti kuat dulu.
Tiba-tiba Pei Zhao menghentikan langkahnya, menyadari ada aneh di sekitar mereka. Telinga tajamnya dengan cepat menangkap suara anak panah yang terarah pada mereka.
Pei Zhao sontak melindungi Su Ci, menangkap anak panah itu dan melemparnya kembali ke si penyerang. Tapi tiba-tiba muncul dua orang penyerang lain. Pei Zhao dan Su Ci pun harus bertarung sendiri-sendiri melawan kedua penyerang itu.
Pei Zhao dengan cepat mengalahkan keduanya... saat tiba-tiba muncul penyerang ketiga yang melemparkan senjatanya ke Pei Zhao.
Pei Zhao sontak menggunakan pedangnya untuk menangkis senjata itu, tapi silau dari senjata itu tiba-tiba membuat pandangan mata Pei Zhao jadi mengabur.
Menyadari itu, Su Ci langsung mengulurkan tangannya ke Pei Zhao. Pei Zhao langsung menariknya sehingga Su Ci bisa menendang orang itu sebelum kemudian Pei Zhao membunuhnya.
Tapi kejadian barusan bukan cuma membuat mata Pei Zhao mengabur, melainkan juga membuat kaki Su Ci keseleo cukup parah. Tapi tentu saja insiden ini membuat Su Ci yakin bahwa arah penyelidikannya tidak salah.
Kaki Su Ci terkilir cukup parah sampai dia kesulitan berjalan. Karena dia sendiri tidak bisa melihat, maka Pei Zhao usul agar dia menggendong Su Ci saja dan Su Ci jadi pemandu jalannya.
Su Ci jelas ragu, tapi tidak ada pilihan lain. Akhirnya dia naik ke punggung Pei Zhao dan menjadi pengarah jalan. Tapi kedekatan mereka benar-benar membuatnya jadi gugup sampai-sampai dia berusaha menenangkan dirinya dengan menghapal norma-noma hukum negara mereka.
Dia jadi tidak fokus lihat jalan gara-gara itu dan pada akhirnya membuat Pei Zhao tak sengaja menginjak genangan air. Kaget, Su Ci refleks memeluk Pei Zhao erat.
"Apa yang sedang kau pikirkan? Tidak fokus melihat jalan."
Su Ci jadi merasa bersalah dan akhirnya bisa fokus kembali mengarahkan jalannya Pei Zhao hingga mereka kembali ke penginapan dengan aman.
Pei Zhao langsung menyuruh Fei Yuan untuk menyiapkan air mandi untuk mereka berdua. Fei Yuan bingung, apa mereka mau mandi bersama?
"Tentu saja tidak!" Kompak Pei Zhao dan Su Ci.
Su Ci menyuruh Fei Yuan untuk mengurus Pei Zhao saja karena penyakit matanya kambuh. Tapi Pei Zhao malah menyuruh Fei Yuan untuk memapah Su Ci ke kamar duluan saja.
Ujung-ujungnya mereka jadi ribut sendiri saling otot-ototan sampai Fei Yuan pusing dibuatnya. Dia buru-buru menengahi mereka dan menyelesaikan masalah ini dengan memapah mereka secara bersamaan.
Tak lama kemudian, matanya Pei Zhao akhirnya normal kembali. Fei Yuan baru kembali saat itu dengan membawa obat untuk kakinya Su Ci. Tapi saat dia mau mengantarkannya, Pei Zhao bersikeras mau mengantarkannya sendiri ke Su Ci.
Tepat saat tiba di depan kamarnya Su Ci, Su Ci baru keluar dari bak mandi. Tapi keadaan kakinya membuatnya jadi oleng hingga dia terjatuh dengan suara keras.
Pei Zhao jadi cemas mendengarnya dan langsung menerobos masuk begitu saja sehingga dia melihat punggungnya Su Ci yang kontan membuatnya tercengang. OMG! Ketahuan kah?
Epilog:
Su Ci cs mendatangi rumah orang yang memberi perintah untuk mengorbankan Ru Shuang pada raja naga. Bei Ming sontak emosi dan hampir saja mau menyerangnya.
Tapi Pei Zhao dengan cepat menghalanginya dan mengingatkan bahwa penyelidikan kasus mereka adalah yang terpenting sekarang. Bei Ming terpaksa melepaskannya, tapi dengan kesal dia mengancam pria itu untuk tidak melakukan pengorbanan manusia lalu.
Su Ci gantian menginterogasinya karena pria itu juga salah satu saksi mata pada hari kejadian. Tapi sama seperti warga desa lainnya, pria itu juga sangat meyakini tahayul tentang raja naga.
Dia bahkan mengklaim bahwa kemunculan raja naga sebenarnya sudah ada pertanda sejak awal. Pada malam sebelum tenggelamnya perahu, ada sebuah komet yang muncul yang dia klaim adalah tanda munculnya pembasmi kebusukan. Raja naga murka dan mau menghukum pengacau dunia.
Menurut ramalannya, daerah ini akan terkena bencana selama 30 tahun berikutnya. Dan ternyata ramalannya benar. Keesokan harinya saat dana bantuan itu dikirim, badai tiba-tiba muncul hingga membuat siang terlihat seperti malam.
Klaim yang terlalu lebay dan tidak masuk akal sebenarnya. Tapi perkataannya sesuai dengan kesaksian beberapa warga yang pernah Su Ci tanyai.
"Kalau kalian tidak percaya pada ucapanku, kalian tanyakan saja pada pendayung perahu yang selamat. Dia berada di atas perahu pada hari kejadian itu."
"Di mana dia?"
"Sedang merawat luka di rumah"
Bersambung ke episode 3
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam