Wei Lian kesal melihat mereka. Para senior itu sinis mengingatkan bahwa mengalami kecelakaan di tempat latihan itu adalah hal yang wajar. Bagaimana kalau Sang Tian tukar tempat saja? Tangan dan kaki Sang Tian kelihatan lemah banget, jangan salahkan dia loh kalau Sang Tian terluka.
"Siapa yang kau pandang rendah?" Kesal Sang Tian.
Wen Bing cepat-cepat menyela dan balas menantang si senior dalam pertandingan memukul puck ke botol air mineralitu. Oke! Si senior minta satu kali permainan saja. Dia duluan, tapi dia gagal. Tapi tidak masalah, dia yakin kalau Wen Bing juga akan gagal.
Wen Bing pun menembakkan puck-nya dan sukses membuka tutup botolnya tanpa membuat botolnya terjatuh. Wah! Wei Lian dan Sang Tian sontak terkagum-kagum padanya.
Tapi si senior menolak kalah dan tidak mau terima hasilnya, mengklaim kalau kesepakatan mereka adalah mengenai botolnya dan bukan cuma tutupnya doang. Jadi yang ini tidak masuk hitungan, yang barusan cuma pemanasan.
Dia mau main ulang. Wei Lian geli mengingatkan si senior bahwa dia sendiri yang minta satu kali permainan doang, apa dia mau menarik ucapannya sendiri?
"Wei Lian, dia senior kita. Jika dia ingin pemanasan, kita bisa menunggunya. Saat dia selesai, kita bisa melakukan pertandingan ulang." Sinis Wen Bing.
Tiba-tiba Meng Na datang mengomeli para senior itu. Mereka ternyata sama seperti Meng Qi yang takut sama Meng Na dan tidak bisa berkutik sama sekali saat Meng Na mengomelinya dan mengusirnya.
Wen Bing cs akhirnya bisa lanjut latihan dengan ditonton oleh Meng Na yang terus menerus memotreti Wen Bing bak paparazzi. Dia bahkan perhatian banget menyeka keringatnya Wen Bing.
Sang Tian jadi cemburu sampai tidak konsen dengan latihannya dan hampir saja terjatuh. Wen Bing jadi tak enak padanya. Dia berusaha mengusir Meng Na secara halus, tapi Meng Na nggak nyambung, malah ngotot mau menonton latihan mereka.
Akhirnya Wen Bing yang berinisiatif keluar dari gelanggang es dengan alasan beli minuman dan Meng Na langsung pergi membuntutinya. Sang Tian jadi sedih.
"Sang Tian, fokuslah. Kau melihat ke mana?" Tegur Wei Lian. "Tujuan kita adalah untuk menang."
Cepat-cepat menguasai diri, Sang Tian pun fokus kembali pada latihannya.
Meng Qi tak sengaja mendengar kedua temannya menggerutui Meng Na dan Wen Bing. Dia jadi mencemaskan adiknya, di mana Meng Na? Wu Xu langsung mengadu padanya, Meng Na sedang bersama Wen Bing di gelanggang es.
Meng Qi sontak lari ke sana dan menemukan adiknya sedang ngobrol sama Wen Bing sambil pegangan tangan. Padahal Meng Na yang memegang tangannya Wen Bing, tapi Meng Qi malah melabrak Wen Bing seolah Wen Bing-lah yang selama ini mengejar-ngejar Meng Na.
Wen Bing juga diam saja tidak membela dirinya. Meng Qi jadi makin kesal padanya. Meng Na jadi kesal sama kakaknya itu dan langsung menyeret Wen Bing pergi bersamanya.
Sang Tian latihan menembak puck-nya tapi pikirannya terus memikirkan kedua orang itu, dia jadi cemburu dan kesal hingga dia melampiaskan kekesalannya dengan menembak puck-nya asal-asalan dan pada akhirnya.
Wei Lian yang melihatnya tidak fokus, langsung mengomentari kesalahan Sang Tian dan mengajarinya tentang cara yang benar untuk menembak puck. Saat Sang Tian kesulitan, Wei Lian langsung mendekat untuk membenarkan posisi tangannya.
Tapi kedekatan mereka tiba-tiba membuat Wei Lian jadi terpesona dan gugup sampai-sampai dia tidak konsen dengan ajarannya. Canggung melihat Wei Lian tiba-tiba terdiam, Sang Tian memutuskan pergi beli minuman juga.
Wei Lian memegangi d~~anya dengan kebingungan. "Kenapa jantungku berdetak kencang saat aku ada di dekatnya?"
Setibanya di mini market, Sang Tian malah tak sengaja melihat Wen Bing sedang belanja bersama Meng Na. Sang Tian langsung panik berusaha menutupi wajahnya dengan jaketnya sambil pura-pura baca majalah.
Tapi tentu saja Wen Bing mengenalinya. Tapi dia sengaja tidak menyapanya. Malah kemudian dia memotret jarinya sendiri yang dia arahkan ke errr... bayangan mereka? Atau kakinya Meng Na?
Sang Tian jelas heran melihat itu. Meng Na langsung tersipu malu, mengira Wen Bing sedang memotretnya secara diam-diam. Meng Na langsung saja memanggil Sang Tian dan meminta Sang Tian untuk memotret mereka berdua.
Sang Tian kaget mendengar Meng Na mengenalinya. Tapi terpaksalah dia menuruti Meng Na sambil menggerutu cemburu dalam hatinya. Dia bahkan tidak pernah punya foto berdua dengan Wen Bing.
Cepat-cepat menepis kecemburuannya, dia malah sengaja menyuruh mereka untuk lebih dekat terus menerus dan Meng Na tentu saja langsung menurut dengan senang hati. Sedangkan Wen Bing cuma bisa tersenyum lebar sambil menatap Sang Tian dengan kejam.
Meng Na tiba-tiba mengajak Sang Tian untuk makan bersama mereka. Sang Tian menolak dengan alasan ada latihan lalu bergegas pergi. Meng Na heran melihat sikapnya. Jangan-jangan Sang Tian cemburu sama mereka? Jangan-jangan Sang Tian masih suka padanya?
Dan Wen Bing langsung mengiyakannya saja, memanfaatkan kesalahpahaman Meng Na itu sebagai alasan biar Meng Na berhenti mendatangi tempat latihannya biar tidak menganggu Sang Tian.
Wei Lian melihat Miao Miao sendirian bangku penonton. Tapi saking fokusnya belajar sambil menutup kupingnya pakai headset, Miao Miao jadi tidak mendengarkan panggilannya.
Ternyata mereka berdua teman akrab dan tumbuh bersama sejak kecil. Tapi Miao Miao perhatikan sepertinya Wei Lian sedang ada masalah. Ada apa? Katakanlah.
Wei Lian akhirnya mau juga curhat. "Jika... maksudku jika... aku bertemu seseorang dan jantungku berdetak sangat kencang dug-dug-dug-dug, seperti akan meledak. Apa itu artinya?"
"Pria atau wanita?"
"Apa bedanya?"
Beda dong. Kalau wanita, berarti Wei Lian sedang jatuh cinta. Tapi kalau pria, berarti pria itu sangat luar biasa sampai Wei Lian merasa terintimidasi oleh pria itu, seperti kakaknya. Wei Lian langsung kesal mendengar kakaknya disebut-sebut. Dia tidak punya kakak seperti itu.
Wen Bing belum kembali saat Sang Tian pulang. Sang Tian cemburu, katanya Wen Bing mau mengajarinya tapi ternyata dia malah pergi kencan sampai sekarang.
Tak lama kemudian, Sang Tian selesai membuat tiga buah bros boneka salju beda warna. Tapi Wen Bing masih juga belum pulang. Berhubung dia sendiri tidak bisa tidur, Sang Tian memutuskan untuk latihan lagi saja.
Yang tak disangkanya, Wen Bing ternyata tidak kencan, malah sedang berlatih sendirian di gelanggang es. Sang Tian senang. Bukankah dia tadi pergi bersama Meng Na?
"Kau lagi lowong? Aku membantumu di pagi hari, jadi aku harus latihan malam harinya."
"Kalau begitu, aku akan menemanimu di malam hari."
"Tidak perlu. Pelatih Ma ingin aku berlatih mengoper tapi tidak denganmu."
Karena itulah, Wen Bing usul agar mereka main saja. Dia akan memberi Sang Tian sepuluh puck. Jika Sang Tian bisa memasukkan enam puck ke gawang, maka dia akan memberi Sang Tian hadiah.
"Hadiah apa? Apa kau akan memberiku kamar sendiri?"
"Jangan harap. Mau main atau tidak?"
"Tentu saja. Siapa yang takut?"
Wen Bing mulai melemparkan puck-puck-nya, dan Sang Tian. Beberapa kali gagal, tapi Sang Tian akhirnya berhasil memenuhi target. Sang Tian sontak bersorak kegirangan.
Bersambung ke part 3
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam