Sinopsis Prophecy of Love Episode 6 - 4

Tapi dugaan mereka salah, nyatanya Phol memberikan kalung itu bukan pada istrinya, melainkan pada selingkuhannya yang tak lain tak bukan adalah Rin. (Aigoo... jadi dia yang selama ini telepon-teleponan sama Rin)


Dan hal yang ingin Rin beritahukan pada Phol adalah informasi bahwa Rose bersembunyi di apartemennya. Puas mendapatkan informasi itu, Phol langsung mendatangi kroninya di ruang VIP sebelah dan menyampaikan informasi itu pada Wuttikorn.

Dan tepat saat itu juga, Auay juga datang memberitahukan informasi yang sama. Wuttikorn pun langsung memerintahkan Auay untuk membereskannya.


Setibanya di depan apartemen, Rose serius membahas siapa pelaku yang menyerangnya di hotel dan di kolam renang, tapi Thee malah mesam-mesem menatap bunga mawar yang dibawanya.

"Hei! Apa kau mendengarkanku?"

Thee tiba-tiba menyeretnya ke sebuah rooftop dan meyakinkan Rose tidak akan ada orang yang datang kemari, jadi dia tenang saja. Rose tidak mengerti kenapa dia dibawa kemari.

Thee berkata karena ini hari valentine. Ti dan orang-orang sedang merayakan hari ini, Thee juga ingin merayakannya.

"Kau membawaku ke sini untuk merayakan valentine?"

Thee mendadak canggung. "Tidak! Kau gila apa? Aku hanya takut kalau kau... bosan terkurung di kamar terus. Dan kau tidak bisa merayakan valentine bersama pacarmu seperti biasanya."

"Aku tidak pernah merayakan valentine bersama pacar."


Thee langsung sumringah mendengarnya. Bahkan saat mereka duduk di bangku, Thee dengan sengaja meletakkan tangannya di sandaran bangku, tapi Rose tak nyaman dengan itu dan langsung geser menjauh.

"Perayaan apaan tidak ada yang bisa dimakan?" Gerutu Rose.

"Siapa bilang tidak ada."

Thee ternyata membawa sebungkus coklat dan meminta Rose untuk membantu memakannya dengan alasan dia tidak bisa makan banyak hari ini karena besok dia ada adegan buka baju.

"Tapi, bukankah ini hadiah dari para fans-mu?"

"Mereka mengerti kok. Mereka memberiku sangat banyak. Biasanya aku memberikan beberapa ke orang lain dan beberapa kubawa pulang buat Rawee. Tapi dia tidak boleh makan banyak-banyak karena tidak bagus untuk giginya."

"Rawee?"

"Adik angkatku."


Sebagai balasan coklatnya, Rose menghadiahkan bunga mawarnya untuk Thee. Tapi begitu Thee menyentuhnya, tiba-tiba Rose mendapat penglihatan lagi.

Dia melihat Thee tampak mengejar seorang wanita berambut pendek (Ran). Ada mobil yang hendak menabrak wanita itu, tapi Thee berhasil mendorongnya dan menyelamatkannya tepat waktu.

"Ada apa? Kau mendapat penglihatan lagi."

Rose tersadar dari ramalan itu dengan terengah-engah. Rose memperingatkannya untuk berhati-hati, dia melihat Thee menyelamatkan wanita yang hampir tertabrak mobil.

Rose tidak tahu siapa wanita itu, yang pasti bukan dirinya. Dia tidak melihat wajah wanita itu dengan benar dan tidak mendengar namanya juga.


"Tapi... kau tampak sangat mencemaskannya." Ujar Rose dengan nada yang sepertinya agak cemburu.

"Apa kau melihat di mana lokasinya?"

"Kenapa kau sangat tertarik pada penglihatanku? Biasanya kau tidak percaya, kan? Meh! Cuma karena seorang wanita. Dasar playboy!"

"Aku mulai mempercayai penglihatanmu."


Rose tersenyum mendengarnya. Dia lalu mengalihkan tatapannya ke pemandangan di luar, tapi aneh, sepertinya tempat ini familier. Tepat saat itu juga, kembang api bermunculan, membuat langit gelap menjadi begitu indah penuh warna.

"Itu pasti hadiah kejutan untuk pacar seseorang. Baguslah, kita jadi bisa melihatnya juga."

"Apa kau mencuri romansa orang lain? Kembang api gratis, coklat gratis, bahkan tempatnya juga gratis."

"Hanya orang yang ada di sini yang tidak gratis." Goda Thee.

Dia lalu mengajak Rose untuk foto bersama sebelum kembang apinya habis. selesai foto-foto, mereka pulang tanpa menyadari ada orang yang tengah mengintai mereka.


Rose berterima kasih untuk malam ini, dia benar-benar bahagia tanpa perlu berurusan dengan kejahatan.

"Setidaknya hanya ini yang bisa kulakukan sampai kasusnya berakhir." Ujar Thee.

Tapi baru juga dia merasa senang, tiba-tiba Rose ditelepon Paul. Thee jadi cemburu dan langsung masuk kamar.


Paul memberitahu Rose bahwa dia dan Kratai sudah selesai mengirimkan semua buket-buket bunganya ke semua pelanggannya Rose. Dan sekarang lagi di warung mie pinggir jalan buat ngasih makan si anak magang yang lagi kelaparan ini. Kratai sudah bekerja keras, makanya Paul harus memberinya sedikit hadiah.

"Kalau begitu, sampaikan ucapan terima kasihku pada Nona Kratai. Kalau begitu, lain kali aku akan memasak untuk kalian berdua."

"Bagaimana denganmu di sana?"

"Khun Rin dan dan Tuan Wuttikorn benar-benar ada di restoran itu."

"Jadi mereka benar-benar bertemu di sana?"

"Aku tidak melihat mereka langsung, soalnya P'Ti takut aku akan masuk berita. Tapi Theerut bilang kalau mereka pasti makan malam bersama di ruang VIP. Theerut juga melihat Khun Thanaphol di ruang VIP sebelah, aku penasaran apa dia makan malam di sana bersama P'Pat?"

Paul bingung, tadi kakaknya bilang kalau mereka mau merayakan di rumah. Kalau begitu, Rose menyimpulkan kalau Phol mungkin cuma ada kerjaan di sana.


Di kamar, Thee menelepon ibunya untuk mengucap happy valentine. Ibu geli mendengarnya, apa tidak ada gadis yang bisa dia kasih ucapan itu makanya Thee ngasih ucapan itu ke Ibu?

"Ada atau tidak aku tetap harus mengucapkannya untuk Ibu."

"Mulutmu manis sekali. Kau butuh bantuan apa?"

"Ibu tahu aja. Aku hanya mau tanya tentang bagaimana cara merawat bunga mawar biar tahan lama."

"Wanita mana yang memberimu mawar?"

"Wanita yang ada di apartemenku. Itu bunga sisa, makanya dia kasih ke aku."

"Wanita yang ada di apartemenmu itu wanita pemilik toko bunga, kan? Kenapa kau tidak tanya dia saja?"

"Dia lagi sibuk, dia tidak mau bicara denganku."

"Baiklah. Kalau begitu, dengarkan yah..."

Informasi dari Rose tadi membuat Paul jadi curiga kalau-kalau Phol berselingkuh. Kratai menyarankannya untuk menelepon kakaknya saja daripada gelisah seperti ini terus.

Tapi Paul takut akan menghancurkan rumah tangga kakaknya. Tapi menurut Kratai, itu lebih baik daripada membiarkan kakaknya diselingkuhi. Paul akhirnya menurutinya dan menghubungi Pat.


Dia mendapati Pat benar-benar ada di rumah. Dia berusaha bersikap biasa saja saat dia mencoba menanyakan bagaimana perayaan valentine-nya Pat dan Phol, tapi pertanyaannya malah membuat Pat merasa aneh karena tumben banget Paul peduli.

"Tidak apa-apa kok. Errr... aku cuma memikirkanmu."

"Oh, kau kesepian. Jomblo memang seperti itu. Rose menghilang ke mana sampai kau merindukanku?"

"Kenapa kau membicarakan Rose?, Aku sedang bicara padamu. Lalu... apa P'Phol ada di sana? Kenapa kau duduk sendirian?"

"Dia ada pekerjaan mendesak, jadi terpaksa dibatalkan. Untunglah dia mengirim bunga ini."

"Cuma bunga?"

Iya. Pat bingung, dia yakin tadi dia mendengar Phol bicara pada sekretarisnya tentang masalah pengiriman barang. Itu pasti hadiah buat dikirim padanya, tapi tidak ada apapun sama sekali. Cuma bunga doang.

Berusaha tak menghancurkan hati kakaknya, Paul berkata bahwa mungkin maksudnya Phol adalah pengiriman barang lain. Tapi Pat tiba-tiba berpikir untuk menghubungi sekretarisnya Phol dan menanyainya tentang barang apa yang dipesan Phol dan pada siapa barang itu dikirim.


Tiba-tiba Kratai terbatuk-batuk, Pat jelas langsung penasaran tentang siapa yang sedang bersama Paul itu. Paul jadi panik dan buru-buru mengakhiri teleponnya dengan alasan mau makan.

Jadi kesimpulannya... Phol membatalkan janji dengan Pat padahal dia beli cincin dan bertemu dengan orang lain di ruang VIP pada hari valentine, sepertinya Phol benar-benar berselingkuh. Kratai jadi bingung, buknakah dalam ramalannya Rose, dia bilang bahwa Phol hanya akan menikah satu kali?

"Siapa juga yang berani mengatakan hal seperti ini secara langsung? Rose bilang bahwa untuk masalah-masalah seperti, harus diperhalus daripada kebenarannya karena tidak ada seorang pun yang ingin mendengar sesuatu yang membuat mereka jadi sedih. Setelah ini, aku harus lebih mengawasinya. Jika dia seperti yang kupikirkan, maka P'Pat akan berhenti tergila-gila padanya dan berhenti memberinya uang seperti orang gila."

"Baiklah. Lakukan itu. Tapi sekarang, tolong kau habiskan mie-mu lalu anterin aku pulang. Aku ngantuk banget. Selain magang di hotel, aku juga magang di toko bunga. Bermanfaat sekali."

"Baiklah. Kalau begitu, aku akan memberitahu Rose untuk memberimu sertifikat magang juga."

"Baiklah. Kalau bukan karena P'Thee, aku pasti sudah ganti tempat magang sejak lama."

Bersambung ke part 5

Post a Comment

0 Comments