Nazmiye atau nama panggilannya Nazli terbangun oleh bunyi alarmnya dan langsung sibuk membuat sarapan untuk dirinya dan kedua teman serumahnya - Fatos (teman baiknya) dan Asuman (adiknya). Tapi kedua wanita itu malah ribut saling menyindir satu sama lain.
Dari percakapan mereka, Nazli adalah mahasiswi jurusan tata boga. Sementara Fatos jurusan desain, sedangkan Asuman jurusan pariwisata.
Nazli pusing mendengar keributan mereka dan buru-buru menghentikan mereka. Siapkan meja saja, sarapannya sudah siap!
Fatos memberitahu Nazli bahwa hari ini dia lagi good mood. Ramalan horoskopnya hari ini juga bagus, semoga hari ini dia bisa dapat pekerjaan bagus.
"Aku juga membaca horoskopmu dan itu memperingatkanmu untuk berhati-hati terhadap bulan purnama."
Nazli sinis, mungkin akan terjadi hal yang tak terduga. Mungkin mereka bisa membayar sewa rumah secara tak terduga. Ingat baik-baik, mereka bahkan belum bayar uang sewa bulan kemarin.
Fatos dan Asuman santai-santai saja, banyak kok orang-orang yang menunggak, bahkan ada yang menunggak sampai enam bulan, tapi mereka tetap bisa tinggal.
Usai sarapan, mereka bergegas ke kampus, berdesak-desakan di dalam bis yang sudah penuh sesak. Kelas sudah dimulai saat Nazli baru tiba di kelas dan dengan canggung dia beralasan bahwa dia terlambat karena ban bisnya meletus.
Untung saja Pak Dosen tetap berbaik hati tak mempermasalahkan keterlambatannya walaupun beliau tampak jelas tak mempercayai alasan Nazli. Karena Nazli sudah terlambat, maka Pak Dosen menyuruhnya untuk melihat saja, nanti Nazli buat sendiri kalau kelas sudah usai.
Tapi begitu diberitahu teman sebelahnya tentang kue yang harus mereka buat hari ini, Nazli langsung saja asal mencampur bahan-bahan ke dalam baskom tanpa menakarnya padahal Pak Dosen menginstruksikan untuk menakar semua bahannya dengan ukuran yang tepat. Jelas saja Pak Dosen tak senang, apa dia sudah menakar semua bahan-bahannya?
"Tidak. Saya menakarnya dengan mata saya saja biar bisa mengejar kalian." Santai Nazli.
"Dari mana kau mempelajari itu, Nazli yang terhormat?"
"Saya mempelajarinya dari Antakia House. Masakan mereka enak banget, anda pasti suka. Mereka juga menambahkan sprinkle di atasnya. Anda pasti suka hanya dalam sekali mencoba." Cerocos Nazli yang jelas saja membuat Pak Dosen makin tak senang.
Siang harinya, seorang dosen lain menawari Nazli sebuah pekerjaan. Ada sebuah tempat yang membutuhkan seorang koki, kerjanya paruh waktu. Mereka menginginkan mahasiswa tata boga.
Tapi masalahnya, biarpun ini kerja paruh waktu, tapi mereka menginginkan mahasiswa yang disiplin, sedangkan Nazli bahkan sering bolos.
Nazli tentu saja tak menyerah begitu saja. Dia memang sedikit melakukan kesalahan, tapi kan sebentar lagi liburan musim panas, jadi dia akan punya banyak waktu. Dia janji akan rajin bekerja. Baiklah, Pak Dosen akan memberinya kesempatan, tapi Nazli harus serius dan jangan sampai mempermalukannya.
"Percayalah padaku, Prof. Aku tidak akan melakukan itu."
"Baiklah, kita lihat saja. Mereka sudah mengirimkan alamatnya padaku, akan kukirimkan detilnya padamu nanti."
Tak lama kemudian, Nazli tiba di tempat yang dimaksud yang ternyata sebuah rumah yang sangat luas dan mewah. Dia disambut asisten pemilik rumah yang langsung to the point membahas pekerjaan, dia bahkan tidak repot-repot menyilahkan Nazli duduk dulu.
Si Asisten memberitahu bahwa Nazli akan menjadi koki pribadi pemilik rumah ini yaitu Tuan Ferit Aslan. Hah? Nazli bingung, dia akan jadi koki pribadi? Nazli pikir kalau dia akan bekerja di dapur yang ramai, di mana dia bisa belajar dari para ahli.
Asisten menegaskan bahwa yang perlu Nazli lakukan adalah memasakkan makanan untuk Tuan Ferit saat beliau sedang berada di luar rumah. Nazli kurang suka, menjadi koki pribadi sepertinya tidak akan bisa jadi referensi kerja yang bagus untuknya.
Tapi begitu Asisten menyebutkan gajinya yang jumlahnya cukup besar ditambah ongkos perjalanan dan uang asuransi juga, Nazli mendadak berubah pikiran dan langsung setuju.
"Baguslah, jangan khawatir. Pekerjaan ini akan menjadi referensi kerja yang sangat bagus untukmu. Tapi tentu saja, jika kau bisa bekerja untuk Tuan Ferit cukup lama." Ujar si asisten.
Dia lalu mengajak Nazli masuk sambil menjelaskan segala hal tentang Tuan Ferit. Bahwa Tuan Ferit tinggal sendirian di rumah ini, keluar rumah jam 8 dan petugas kebersihan baru selesai membersihkan rumah jam 9.
Sedangkan jam kerjanya Nazli adalah dia harus datang sebelum jam 12 dan pulang sebelum jam 5. Pokoknya pekerjaannya sudah harus selesai dalam rentang waktu tersebut.
Jika Tuan Ferit menyukai masakannya, maka takkan ada masalah. Tuan Ferit biasanya pulang jam 7 malam dan makan malam am 7:15. Jadi Nazli harus menyiapkan cooker-nya sesuai jam tersebut.
Hmm, kayaknya Tuan Ferit nih OCD. Bahkan saat Nazli tak sengaja menyentuh lap sehingga membuat posisinya agak miring, Asisten langsung panik membetulkan posisi lap itu kembali.
Nazli kagum melihat dapur yang luas dan lengkap dengan berbagai peralatan masak itu. Dia meyakinkan Asisten bahwa dia bisa melakukannya, dia juga akan membuatkan pie, Tuan Ferit pasti suka.
Tapi Asisten menegaskan bahwa Nazli tidak boleh asal memasak sesuka hatinya, dia harus memasak sesuai daftar menu yang diinginkan Tuan Ferit. Kalau Tuan Ferit ingin mengubah menu, Nazli akan diberitahu.
Dia bahkan langsung menyerahkan dua lembar daftar. Yang satu daftar menu dan yang satu lagi adalah daftar belanjaan. Dia juga melarang Nazli memakan makanan yang ada di kulkas dapur. Karyawan hanya boleh makan dari kulkas yang ada di ruang cuci.
"Jika kau mengikuti aturan Tuan Ferit dan segala hal yang ada di dalam daftar itu, kurasa kau tidak akan punya masalah apapun. Sebelumnya kami sering mengganti koki, yang paling lama hanya bertahan satu setengah bulan. Kebanyakan pergi hanya dalam selang waktu satu hari."
"Jangan khawatir, saya mengerti tanggung jawab pekerjaan ini. Aku tidak akan membuatmu dalam situasi sulit dengan mengundurkan diri setelah satu hari."
"Sebenarnya, mereka tidak mengundurkan diri. Tuan Ferit memecat mereka."
Pokoknya Nazli jangan coba-coba mengganti pesanan Tuan Ferit, dan jangan pula mengganti tempat segala barang di rumah ini. Dan yang paling penting, tempat kerjanya Nazli hanya di dapur ini saja, jangan sampai salah melangkah.
Usai menjelaskan segala aturan itu, Asisten pun pergi. Nazli pun mulai melakukan pekerjaannya sambil berjoget riang sesuai irama lagu, dan menulis pesan untuk Tuan Ferit tentang petunjuk cara makannya.
Tapi dasar Nazli, biarpun sudah diperingatkan, tapi dia tetap memanfaatkan kesempatan untuk keliling rumah mumpung si tuan rumah belum datang. Ada foto seorang pria tua di dinding, Nazli jadi berpikir pasti dialah Tuan Ferit.
"Pasti andalah Paman Ferit. Dia benar-benar megalomania (penyakit kejiwaan yang menganggap dirinya yang paling mulia). Dia bahkan memasang fotonya sendiri di dinding."
Err... tapi di tempat lain, kita melihat Tuan Ferit Aslan itu justru seorang pria yang masih muda, gagah dan tampan. Dia baru turun dari helikopter tepat waktu sebelum meeting-nya dimulai dan langsung disambut para bawahannya.
Karena tidak mungkin memberitahu bahwa pekerjaan barunya adalah jadi koki pribadi, Nazli berbohong pada ibunya kalau dia bekerja di restoran dan bosnya sangat baik.
Begitu Ferit pulang, dia langsung mengecek segalanya. Kebersihan rumah, memperbaiki letak lampu padahal cuma miring dikit... dan dia tampak jelas tidak puas dengan kesalahan sekecil apapun.
Apalagi saat dia mengecek dapur dan justru mendapati bumbu-bumbu diletakkan di atas meja dan ada pesan ditempel di oven. Ferit gregetan dengan semua itu dan langsung menelepon asistennya, menyuruhnya untuk mengganti kokinya.
Tapi saat dia mulai memakan masakannya Nazli, dia langsung suka dan menikmatinya. Dan itu kontan membuatnya berubah pikiran. Keesokan harinya, dia membatalkan perintahnya dan hanya menyuruh Asisten untuk menyuruh si koki agar tidak menulis pesan apapun untuknya. Ganti saja pembersih rumah, cari yang baru.
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam