Di lokasi syuting, mereka melihat Rin sedang diwawancarai. Ti masih ragu dengan kecurigaan Thee pada Rin. Tapi Thee justru sangat yakin, terkadang orang tidak seperti penampilan luarnya. Contoh saja Khun Ying, dia kelihatan baik hati tapi nyatanya malah menculik Rose.
Baiklah, Ti tidak masalah dengan tuduhan Ti bahwa Rin mencuri jaket dari tim wardrobe dan menyewa orang untuk melempar batu ke tokonya Rose lalu mengkambinghitamkan Lyla dan Thee. Tapi mendatangi apartemennya Thee bahkan sampai bertarung melawannya, bukankah itu terlalu berlebihan untuk seorang wanita?
"Berlebihan atau tidak, kita akan mengetahuinya nanti." Ujar Thee lalu mengirim kode ke Rose yang sedang mengawasi dari lantai atas.
Paul sungguh tidak mengerti kenapa Rose masih tinggal bersama Thee padahal penjahatnya sudah mengetahui keberadaannya. Karena Rose yakin penjahatnya pasti akan beraksi lagi untuk membungkamnya, dia yakin salah satu penjahatnya adalah seseorang yang dekat dengan Thee. Karena itulah dia harus mengandalkan Thee.
"Tapi aku tetap khawatir."
"Aku tahu kau peduli padaku. Aku akan lebih waspada dan akan berdiam diri di apartemennya Theerut saja. Aku tidak akan ke mana-mana kecuali sangat perlu seperti hari ini."
Rose hanya ingin memastikan dengan mata kepalanya sendiri apakah Rin benar-benar pelakunya atau tidak. Lagipula, toko sedang ramai sekarang, jadi sekalian dia datang kemari hari ini biar bisa membantu Kheng merangkai bunga untuk pelanggan.
"Baiklah, biarpun aku tidak bisa membantu menangkap penjahatnya. Tapi setidaknya aku bisa membantumu merangkai bunga."
"Anda akan merangkai bunga?" Ejek Kratai yang datang membawakan sekeranjang bunga.
"Hei, jangan menghinaku. Gini-gini aku pernah kursus merangkai bunga sama Rose."
"Mending tinju deh daripada merangkai bunga." Gumam Kratai.
"Kau bilang apa?!"
"Tidak ada. Saya tidak mengatakan apa-apa."
Tapi daripada membantunya merangkai bunga, Rose ingin Paul mmebantunya dalam hal lain. Chang mendapat petunjuk bahwa pelaku yang menyerangnya di hotel, melarikan diri lewat lift belakang, makanya Rose ingin Paul mengecek CCTV sekali lagi.
Rin memanggil Thee untuk ikut wawancara juga. Ternyata hari ini mereka akan syuting adegan action, Rin mengklaim kalau dia tidak pintar adegan action, makanya dia harus banyak latihan. Dia sudah latihan selama 1 bulan.
"Apa anda latihan bersama Khun Thee?" Tanya salah seorang wartawan.
"Tidak. Mantan juara tinju tidak mungkin butuh latihan. Dia bisa langsung beraksi begitu sampai di lokasi syuting."
"Tidak sampai begitu. Aku juara itu sudah sangat lama, sekarang sudah agak karatan." Ujar Thee merendah. Tak lupa dia meminta para penonton untuk menonton drama baru mereka.
Saat para reporter meminta mereka foto bersama, Thee dengan sengaja meremas lengan kanan Rin dan membuat Rin refleks meringis kesakitan. Thee jelas curiga, Rin beralasan kalau lengannya sakit cuma karena kebanyakan latihan.
Rose dan Kratai yang menyaksikan dari kejauhan, juga melihat reaksi kesakitan Rin itu. Kalau begitu sekarang tinggal menjalankan rencana akhir untuk membuktikan apakah lengan Rin benar-benar terluka atau tidak. Dan keberhasilan rencana akhir ini tergantung pada Thee.
Tak lama kemudian, Thee dan Rin pun mulai melakukan adegan action mereka dan Thee menyadari beberapa gerakan Rin mirip dengan orang yang bertarung dengannya kemarin. Saat akhirnya dia punya kesempatan untuk merobek lengan bajunya Rin, dia malah mendapati Rin pakai kaos daleman. Aish! Gagal deh rencana mereka.
Rin tampaknya menyadari kecurigaan Thee. Tapi dia berusaha bersikap biasa-biasa saja seolah dia cuma kaget dengan serangan dadakan Thee.
Kehebatan bela diri Rin yang disaksikannya barusan, akhirnya membuat Ti mulai percaya sama dugaan Thee. Sungguh tak disangka kalau Rin ternyata pintar bertarung.
Paul kembali tak lama kemudian. Sayangnya, dia tidak mendapatkan hasil apapun karena ternyata di lift belakang tidak ada CCTV-nya. Para staf hotel tidak menaruh CCTV di sana karena mereka pikir tidak akan ada masalah serius di sekitar tempat itu.
Kamera lain pun jaraknya cukup jauh dari TKP. Paul menyesal, dia sungguh tidak menyangka kalau titik kelemahan ini justru dimanfaatkan oleh si pelaku sebagai jalan melarikan diri.
Tunggu dulu... kalau begitu, berarti si pelaku mengetahui titik kelemahan ini dong. Tapi bagaimana dia bisa tahu? Jangan-jangan... dia orang dalam? Dia tidak mungkin melarikan diri lewat jalan itu jika tidak tahu apa-apa tentang hotel ini.
Tak lama kemudian, Thee menelepon Rose karena tiba-tiba saja dia tidak bisa melihat Rose di tempat pengintaiannya. Rose di mana sekarang?
Ternyata dia keluar kamar bersama Kratai dan Paul. Thee jelas gregetan sama dia, padahal Rose sudah janji padanya untuk tetap berada di tempat di mana dia bisa melihat Rose.
"Jangan khawatir, aku bersama Paul dan Kratai. Udah dulu yah, daaaaah~~~" Santai Rose lalu menutup.
Tepat saat itu juga, Thee melihat Rin hendak pulang sambil bicara di telepon dengan seseorang dan membicarakan janji temu mereka hari ini. Dia juga memberitahu orang di seberang bahwa dia sudah punya jawaban akan sesuatu.
Pat melihat suaminya sedang bicara di telepon dengan seseorang. Phol mengaku kalau dia hanya sedang memberi beberapa instruksi pada sekretarisnya.
"Kau yakin kau tidak sedang janjian dengan seorang gadis untuk merayakan malam valentine?"
Phol meyakinkan kalau dia justru menyuruh sekretarisnya untuk segera menyelesaikan semua pekerjaannya seharian ini biar mereka punya lebih banyak waktu untuk merayakan malam ini. Phol lalu pamit dengan alasan mau mengecek pekerjaan di lokasi dulu.
Pat bahagia banget, suaminya pasti diam-diam memesan buket bunga dan hadiah untuknya. Duh! Suaminya manisnya banget. Dia harus dandan cantik untuk malam ini.
Paul cs sedang sedang lewat saat tiba-tiba saja mereka melihat Pat muncul. Rose sontak menyembunyikan dirinya di balik cart sebelum Pat sempat melihatnya.
Paul dan Kratai berusaha menutupinya, tapi mereka tegang banget sampai-sampai membuat sikap mereka kentara jelas sangat mencurigakan. Pat jelas curiga, mereka pasti menyembunyikan sesuatu dan langsung mengecek chart-nya.
Tapi ternyata tidak ada apa-apa. Rose sudah melarikan diri entah ke mana. Pat jelas bingung, tidak ada apa-apa, tapi kenapa sikap mereka berdua sangat mencurigakan? Semua bunga ini punyanya siapa? Oh! Pat tahu, Paul mau ngerayain valentine sama Rose yah malam ini?
"Dalam situasi serius sekarang ini, Rose tidak mungkin punya mood untuk merayakannya, P'Pat. Aku cuma ingin mendekorasi hotel. Bagaimana denganmu sendiri, apa yang kau lakukan di sini?"
"Aku datang untuk makan siang bersama Khun Phol dan mau ke spa. Soalnya nanti malam, aku mau merayakannya bersama Khun Phol di rumah. Bakal ada kejutan!"
"Kalau begitu, kuharap kalian merayakaannya dengan gembira."
"Hah? Apa kau dirasuki hantu? Tumben banget kau bicara manis padaku." Pat akhirnya pergi. Paul dan Kratai akhirnya bisa bernapas lega. Tapi di mana Rose? Thee mendadak muncul menanyakan Rose, tapi tentu saja mereka tidak ada yang bisa menjawab.
Rose mengendap-endap di antara sesemakan di jalan belakang saat tiba-tiba saja Thee mengendap di belakangnya dan membungkam mulutnya, soalnya ada di Phol di depan.
Phol sempat melihat bayangan mereka. Tapi saat dia hendak mendekat, sekretarisnya muncul membawakan pesanannya. Sebuah buket bunga, cincin dan kalung. Puas mendapatkan semua barangnya, Phol pun pergi tanpa mencurigai mereka lagi.
Bersambung ke part 3
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam