Sinopsis My Unicorn Girl Episode 7 - 1

Episode 7: Rahasia yang harus disimpan, perjumpaan yang harus diucapkan.

Biarpun memuji kepemimpinan Sang Tian, tapi Pelatih Ma tetap akan menghukumnya karena suatu alasan. Apa Wen Bing tahu apa alasan itu? Wen Bing sepertinya mengerti, tapi dia pura-pura mengklaim tak tahu.


"Masih pura-pura? Kenapa kau tidak memberitahuku saat kau tahu kalau dia malas?"

Yang lain langsung kasak-kusuk heboh, sama sekali tidak mengerti apa maksud Pelatih Ma. Maka Pelatih Ma pun menunjukkan rekaman video saat Sang Tian bersembunyi di tengah hutan bersama Wen Bing. Mereka berdua tidak sadar bahwa saat itu ada sebuah drone yang merekam mereka dari atas pohon.

Pelatih Ma benar-benar kecewa pada mereka berdua. Sepertinya mereka ketigahan main curang dan menganggap mereka yang paling pintar sendiri. Karena itulah, sebagai hukumannya, mereka harus lari 10 putaran begitu kembali ke kampus nanti.


Tak lama kemudian, Sang Tian dan Wen Bing kecapekan setelah menyelesaikan hukuman mereka. Wei Lian tiba-tiba memberi mereka boneka anjing husky masing-masing satu sebagai tanda awal persahabatan mereka.

Dia bahkan tidak menunggu jawaban mereka dan langsung saja menyatakan sumpah pada seluruh alam semesta bahwa mulai sekarang, mereka berdua adalah teman terbaiknya di kehidupan ini dan di kehidupan yang selanjutnya. Setelah itu, dia langsung pergi dengan terpincang-pincang.


Tapi Sang Tian merasa hadiah itu lucu juga, memang mirip banget sama Wei Lian. Dia santai saja memainkan boneka itu di hadapan Wen Bing.

Tapi Wen Bing bahkan tidak mendengar saking terpesonanya melihat Sang Tian dan berpikir. "Dia sangat imut."

Sang Tian bingung melihatnya dan langsung menyadarkannya dengan memukul dahinya pakai boneka itu. Wen Bing jadi gregetan dan langsung balas menyentil dahinya.

Tiba-tiba ponselnya Wen Bing berbunyi dari Meng Na. Sang Tian jadi cemburu dan menyuruh Wen Bing mengangkatnya. Tapi Wen Bing tidak mengangkatnya. Sang Tian mau balik ke asrama saja, tapi Wen Bing tiba-tiba melemparkan tasnya ke Sang Tian dan menyuruhnya untuk membawa tasnya ke asrama. Dia sendiri pergi ke arah lain, entah ke mana.


Sang Tian akhirnya pulang sambil menggerutu cemburu, mengira Wen Bing pergi ke kencan. Tapi dipikir-pikir, Wei Lian benar. Mereka bertiga adalah teman baik. Jika teman baiknya memiliki seseorang yang dia sukai, bukankah seharusnya dia turut bahagia.

Wen Bing pulang saat itu, dan ternyata dia pergi cuma untuk membeli seporsi oden. Sang Tian sumringah seketika, dia kira kalau Wen Bing pergi kencan.

Wen Bing mengaku kalau dia membooking porsi terakhir oden dari si penjual oden. Sang Tian senang, rupanya Wen Bing masih ingat.

"Tentu saja. Sebenarnya, waktu kita makan barbeku waktu itu, aku pergi membeli untukmu juga. Sayangnya sudah habis terjual."

"Oh, kau makanlah juga."

"Nanti saja. Aku ingin membahas tentang masalah pakaian lebih dulu."

"Pakaian apa?"


Wen Bing langsung mengeluarkan jaketnya yang sekarang ada sulaman kepala babi. Sang Tian cukup terampil juga ternyata. Canggung, Sang Tian langsung pura-pura bodoh dan mengomentari gambar itu, lucu. Siapa yang membuatnya?

"Menurutmu ini sulaman apa?"

"Mana kutahu."

"Menurutku... orang itu menyulam potret dirinya."

Sang Tian langsung tersinggung. "Kau yang babi!"

"Aku kan tidak bilang kalau kau yang menyulamnya."

Sang Tian sontak terdiam canggung. Tapi Wen Bing sama sekali tidak marah. Sang Tian bahagia dan mereka pun lanjut makan oden bersama.


Keesokan harinya, Sang Tian turun dengan hati-hati agar tidak membangunkan Wen Bing yang masih pulas. Pelatih Ma mengirim pesan saat itu, memerintahkannya untuk datang ke ruangannya sekarang.

Mereka bertemu di depan kampus, tapi tepat saat itu juga, Pelatih Xue tiba-tiba muncul dan langsung mengenali Sang Tian. Parahnya lagi, saat Pelatih Ma penasaran, Pelatih Xue langsung memberitahu bahwa Sang Tian pernah mengikuti ujian di departemen Seluncur Indah.

Pelatih Ma kaget. "Kau perempuan?" (Sebenarnya... masa iya cewek nggak bisa ngenalin cewek lainnya? Tapi ah sudahlah, iyain aja, toh ini cuma drama)


Pelatih Ma sontak mengomelinya habis-habisan. Sang Tian berusaha meyakinkan bahwa dia tidak pernah bermaksud membohongi Pelatih Ma. Dia hanya tidak menyangka kalau dia akan masuk departemen Hoki Es, dan kebetulan waktu itu dia sedang tidak punya tempat tinggal.

"Liuye adalah tempat yang saya impikan, makanya saya menyamar sebagai laki-laki dan datang ke universitas ini."

Tapi Pelatih Ma tidak mau terima alasan apapun. Palsu tetaplah palsu. Salah tetap salah. Sengaja atau tidak itu tidak penting. Sebaiknya Sang Tian bersiap untuk dihukum dan meninggalkan Liuye. Tapi sebelum dia memberitahukan keputusannya nanti, Sang Tian harus menyembunyikan segalanya.


Tak lama kemudian, Pelatih Ma mengumumkan bahwa minggu depan akan ada penilaian profesional dengan pertandingan tiga lawan tiga. Tapi Wen Bing memperhatikan Sang Tian tidak fokus mendengarkan, malah melamun sedih.

Mereka dibebaskan untuk membentuk kelompok sendiri. Tapi sebelumnya, Pelatih Ma menyebutkan berbagai kekuatan dan kelemahan masing-masing anggota... kecuali Sang Tian.

Tapi alih-alih merasa aneh, para pria itu malah berpikir kalau Sang Tian hebat banget sampai Pelatih Ma tidak mengomentari apapun tentangnya. Hanya Wen Bing seorang yang merasakan keanehan situasi ini, tapi dia tidak tahu apa.


Saking sedihnya, Sang Tian bahkan tidak sadar dirinya sedang dibuntuti Wen Bing. Saat akhirnya Wen Bing berniat menarik Sang Tian, Wei Lian malah mendadak muncul dan menarik Sang Tian duluan.

Wei Lian dengan antusias mengutarakan kekagumannya pada Sang Tian, benar-benar mengira kalau Sang Tian sangat hebat sampai tidak dikomentari apapun sama Pelatih Ma. Dia bahkan jauh lebih hebat daripada Wen Bing.

Wen Bing cuma melempar senyum sinis dan langsung mendorong Wei Lian menjauh. "Ada apa denganmu? Kau terlihat aneh hari ini."

Sang Tian buru-buru pasang senyum dan pura-pura seolah dia baik-baik saja, mungkin cuma karena dia kurang tidur semalam. Wei Lian tidak terima tidak diikutsertakan dalam percakapan mereka, mereka bertiga kan sahabat baik, kenapa mereka berdua malah selalu bisik-bisik di belakangnya?

"Apa yang kalian rencanakan? Kalian ingin mengusirku, yah? Tidak mungkin! Aku tidak peduli dengan yang lain. Kita bertiga akan menjadi satu tim! Kalian dengar tidak? Hah?"

Wen Bing langsung menyetujuinya. Sang Tian cuma menjawab ambigu lalu buru-buru pergi, membuat Wen Bing dan Wei Lian jadi semakin heran sama dia.


Sang Tian langsung mendatangi Xiao Rou dan menceritakan masalah ini padanya. Xiao Rou prihatin, tapi dia rasa, sepertinya mustahil Sang Tian bisa terus di Liuye.

Dia tahu Sang Tian tidak sanggup berpisah dengan Wen Bing, tapi yang terpenting sekarang adalah mengatakan langsung pada Wen Bing bahwa dia akan pergi. Berpamitanlah pada Wen Bing dengan benar. Tidak usah menunggu waktu terbaik, takutnya dia tidak akan sempat berpamitan dengan cara baik-baik.


Saat dia kembali ke asrama, dia mencoba memanggil-manggil Wen Bing tapi tidak mendapat jawaban apapun. Sepertinya Wen Bing sedang tidak ada. Sang Tian lega.

Tapi saat dia menutup pintu, dia malah kaget melihat Wen Bing ternyata ada di sana dan langsung menuntut apa yang sebenarnya terjadi padanya dan kenapa dia bersembunyi darinya.

Sang Tian dengan gugup menyangkal, tapi tentu saja Wen Bing tak percaya. Pasti terjadi sesuatu. Apa Sang Tian mau pindah lagi? Sang Tian sontak mengiyakannya. Tapi alih-alih bicara baik-baik, dia beralasan kalau dia hanya tidak ingin bertemu dengan Wen Bing.

"Kenapa kau ingin pindah?"

"Aku... hanya berpikir bahwa hoki es itu membosankan. Aku tidak ingin di Liuye lagi."

"Apa kepalamu terjepit pintu? Apa yang ingin kau lakukan kalau tidak bermain hoki es? Seluncur indah, curling, atau menjual oden?"


Belum sempat Sang Tian mendebatnya, Wei Lian mendadak muncul membawakan beberapa barang yang dia klaim sebagai hadiah natal untuk mereka berdua. Tapi jelas barang-barang itu adalah sogokan agar mereka mengizinkannya satu tim sama mereka.

Wen Bing langsung menuntut Sang Tian untuk memberi Wei Lian jawaban. Kalau Sang Tian tidak setuju, asrama mereka bakalan penuh dengan barang-barang sogokan. Sang Tian galau.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments