Sang Tian jelas gugup dan bingung, Wen Bing mau ngapain? Jangan-jangan Wen Bing mau menciumnya? Tapi tidak, Wen Bing cuma mengusap hidungnya saja. Dan itulah yang dia maksud dengan menyegel janjinya.
Dia lalu menyodorkan hidungnya sendiri untuk diusap juga sama Sang Tian. Tapi Sang Tian mengulurkan jarinya dengan ragu-ragu dan jadi kelamaan, Wen Bing tidak sabaran dan langsung mengambil paksa jari Sang Tian dan mengusapkannya ke hidungnya. Sang Tian senang.
Usai kelas filsafat keesokan harinya, Sang Tian langsung mendatangi Xiao Rou dan memberitahunya tentang penyakitnya Wen Bing. Xiao Rou jadi penasaran, jika hanya Sang Tian satu-satunya orang yang bisa Wen Bing lihat, lalu apa itu artinya Wen Bing tidak bisa melihat wajahnya sendiri juga?
"Oh? Pertanyaan itu tidak terlintas di pikiranku." Sang Tian bingung juga.
"Jika dia tidak bisa melihat bayangan wajahnya sendiri, lalu apakah dia akan menganggap dirinya jelek?"
Mana mungkin! Wen Bing tuh narsis gila dan berpikir dirinyalah yang paling tampan sejagat raya. Menurut Xiao Rou, biarpun Wen Bing hanya bisa melihatnya seorang, tapi Sang Tian harus punya kepekaan terhadap krisis. Kenapa? Karena jika suatu hari nanti Wen Bing sudah bisa melihat wajah semua orang, apa mungkin Wen Bing masih akan tertarik pada Sang Tian?
Sekilas Sang Tian tampak sedih. Tapi dia buru-buru menguasai diri dan mengklaim kalau dia tidak memedulikan masalah itu. Yang terpenting baginya sekarang adalah memenangkan pertandingan tiga lawan tiga dan membuat Pelatih Ma mengizinkannya tetap di sana.
Xiao Rou tak percaya. "Untuk siapa kau ingin tetap di sana? Kau ingin menjadi anjing penuntunnya siapa?"
Sang Tian sontak menyentil dahinya dengan gemas. "Siapa yang kau sebut anjing penuntun? Aku ingin bertahan untuk diriku sendiri."
"Baiklah, kau benar. Tapi Pelatih Ma bilang tembakanmu payah. Kau hanya punya satu minggu, bagaimana kau akan mengatasinya?"
Gampang. Yang tinggal seasrama dengannya kan permain terbaik. Asalkan dia memohon padanya, We Bing pasti akan mau mengajarinya.
Tak lama kemudian, Sang Tian berusaha memohon-mohon dengan gaya sok imut pada Wen Bing untuk mengajarinya menembak puck. Sang Tian bahkan rela menyetujui apapun syaratnya Wen Bing. Apa saja.
"Oke. Bantu aku melakukan satu hal dulu. Aku akan mempertimbangkan untuk mengajarimu saat kau sudah menyelesaikannya."
Deal! Sang Tian langsung mengusap hidungnya Wen Bing sebagai segel janji.
Tapi tak lama kemudian, Wen Bing malah menyuruhnya untuk membawa seekor anjing husky kesayangan pamannya jalan-jalan. Sang Tian boleh beristirahat selama 10 menit setelah jalan kaki 30 menit, setelah itu jalan lagi.
"30 menit? Dia akan lelah biarpun aku tidak lelah."
"Bagaimana kau tahu itu sebelum mencobanya? Selain itu, saat latihan di luar, kita berjalan sejauh 10 km. Apakah Wei Lian menunjukkan bahwa dia lelah?"
"Aaaa~~~"
"Aaaa apaan? Kau mau aku mengajarimu menembak atau tidak?"
"Mau."
Terpaksalah Sang Tian menurutinya dan membawa anjing itu lari-lari bersamanya. Sang Tian kelelahan saat akhirnya dia kembali dan langsung minta air.
Tapi saat botol airnya masih terbuka, si anjing tiba-tiba menyeretnya. Sang Tian refleks mengayunkan tangannya yang memegang botol air itu ke belakang dan berhasil memegangi si anjing. Tapi saat dia berbalik ke Wen Bing, dia malah kaget mendapati Wen Bing sudah segar dan basah kuyup kena air minumnya.
Wen Bing kesal. "Kenapa kau tidak memegangnya dengan benar? Ajaib sekali kalau kau bisa menembak dengan baik dengan kekuatan pergelangan seperti itu! Kuperingatkan kau, kau harus berlatih dengan baik hari ini. Jangan sampai aku melihatmu sebelum gelap!"
Sang Tian terus berusaha bersikap manis saat mereka kembali ke asrama. Karena dia sudah melakukan perintah Wen Bing, bisakah Wen Bing mempertimbangkan untuk mengajarinya sekarang?
Tapi Wen Bing malah sengaja mengklaim bahunya agak nyeri, mengisyaratkan Sang Tian untuk memijatnya. Sang Tian sampai heran, dia yang membawa anjinganya jalan-jalan, malah Wen Bing yang mengeluh sakit. Tapi sudahlah, ketidaksabaran bisa merusak rencana besar. Dia hanya menahannya biar bisa terus berada di Liuye.
Sang Tian pun mulai memijat Wen Bing sambil merutukinya di dalam hati. Saking kesalnya, dia tidak sadar kalau dia memijat terlalu keras sampai Wen Bing berteriak kesakitan.
"Apa aku menyakitimu?" Cemas Sang Tian.
Wen Bing senang. "Apa kau baru saja menunjukkan perhatian padaku?"
"Aku... enggak kok. Aku hanya khawatir kalau aku menyakitimu, kau tidak akan mau mengajariku."
"Sejak kapan aku setuju untuk mengajarimu?"
Hah? Sang Tian jelas tidak terima. Dia sudah membawa anjingnya jalan-jalan, Wen Bing harus menepati janji. Wen Bing santai mengingatkan bahwa yang dia janjikan adalah dia akan MEMPERTIMBANGKAN untuk mengajari Sang Tian. Dan sekarang dia sedang dalam masa mempertimbangkannya. Nanti akan dia kasih tahu kalau dia sudah punya jawabannya. Sang Tian kesal.
Akhirnya dia memutuskan untuk latihan sendiri dengan menggunakan foto wajahnya Wen Bing sebagai target. Tiga kali dia menembak dan tiga kali pula dia tepat sasaran.
Awalnya dia hanya berpikir kalau dia hanya terlalu bersemangat karena melihat wajah Wen Bing yang dia benci. Tapi kemudian dia mulai menyadari ada perubahan dalam kekuatan pergelangan tangannya.
"Apa mungkin... dia memintaku untuk membawa anjing itu jalan-jalan dan memijatnya kemarin adalah untuk menguatkan pergelangan tanganku? Jadi sebenarnya dia sudah mulai melatihku tapi aku tidak menyadarinya."
Sang Tian senang. Tapi... tiba-tiba dia teringat sesuatu tentang pasta gigi yang kontan membuatnya cemas dan langsung panik menelepon Wen Bing, tapi tidak diangkat.
Soalnya saat itu Wen Bing sedang sikat gigi... sampai saat dia menyadari ada yang aneh dengan odolnya yang kontan membuat panik karena ternyata itu bukan odol, melainkan wasabi. Wkwkwk! Wen Bing murka.
Sang Tian panik banget, tapi tetap saja teleponnya tidak diangkat-angkat. Tapi saat dia berbalik, Wen Bing mendadak muncul di depannya dengan senyum manis.
"Sedang apa kau di sini?"
"Kau memintaku untuk melatihmu, kan?"
Sang Tian canggung. "Kebahagiaan datang terlalu tiba-tiba. Aku pikir kau tidak akan datang."
Dia melihat ada foto di gawang. Belum juga dia melihat dengan benar, Sang Tian panik sendiri berusaha menghalangi pandangannya dengan berbagai cara. Wen Bing sontak mendorongnya dan dengan sarkas menyuruhnya untuk mengganti fotonya dengan yang lebih tampan lain kali.
Sang Tian sontak berusaha menjilatnya dan memuji-muji Wen Bing yang kelihatan cakep di semua foto. "Aku suka semuanya. Kau pria impian semua orang."
"Hentikan. Cepatlah berlatih."
Setelah beberapa kali memperhatikan teknik menembaknya Sang Tian, Wen Bing menilai bahwa masalah utamanya Sang Tian bukan pada pergelangan tangannya. Dia hanya perlu berlatih menembak beberapa hari. Kedua adalah posisi menembaknya.
Tiba-tiba Wen Bing mendekat dan dengan sabar memperbaiki postur badannya dan cara memegang stiknya, cara mengayunkan stiknya dll. Dan kedekatan itu kontan membuat Sang Tian begitu gugup sampai dia tidak fokus pada latihannya.
Bersambung ke episode 9
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam