Sinopsis Dolunay Episode 1 - 3

Mereka pun bersiap pergi ke pesta itu. Tapi gara-gara Fatos kelamaan mengobrak-abrik isi lemarinya, mereka jadi terlambat. Fatos tak peduli, biarpun mereka hanya akan bekerja jadi pelayan di pesta itu, tapi di luar mereka tetap harus berpenampilan berkelas dong.


Fatos bahkan masih sempat-sempatnya berhenti di salah satu mobil hanya untuk mengecek makeup-nya. Nazli akhirnya masuk duluan. Tepat saat itu juga, Fatos melihat seorang wanita yang baru keluar dari mobil pakai baju dan sepatu yang nggak matching.

Fatos langsung menggerutuinya dengan sinis... tepat saat Tarik muncul di sisinya. Fatos jadi canggung memberitahu Tarik bahwa wanita itu sembarangan membeli barang di mall dan memakainya untuk ke pesta itu.

Orang-orang asal saja pakai baju apapun untuk bisa masuk ke pesta itu. Benar-benar tidak punya selera. Tarik sepertinya tertarik sama Fatos dan langsung mengomentari penampilan Fatos yang sangat fashionable.


Fatos berterima kasih dengan canggung dan buru-buru masuk... bersamaan dengan Engin yang mau keluar. Secara bersamaan mereka melewati pintu putar saat tiba-tiba saja pintu putar itu macet dan hidungnya Fatos jadi tertabrak kaca.

Mereka berdua jadi sama-sama terjebak di dalam pintu putar itu. Fatos langsung kesal menyalahkan Engin, mengira ini perbuatannya. Engin tetap sopan mengomentari Fatos yang tampak sangat cantik. Kekesalan Fatos mendadak sirna mendengar semua pujiannya, dan jadilah mereka flirting saling memuji satu sama lain.

Fatos mengaku bahwa dia sendiri yang menata style-nya. Dia mendapat inspirasi tahun lalu lalu membuat bajunya ini. Engin menduga kalau dia pasti punya butik. Fatos berbohong mengiyakan.

Pintu itu akhirnya jalan lagi, mereka berdua langsung saling berkenalan. Engin bahkan memberikan kartu namanya padanya. Fatos lalu pergi dengan alasan temannya sudah menunggu.

Engin benar-benar penasaran banget sama gadis itu. Apa dia ada hubungan dengan organisasi mereka? Tarik menduga mungkin saja. Yah, yang penting Engin sudah memberinya kartu nama. Jika Fatos menelepon, maka dia akan menjadi partner mereka.


Tanpa Nazli ketahui, bosnya sebenarnya juga ada di pesta itu, sedang berbincang dengan seorang rekan bisnisnya. Denis, saudara iparnya Ferit, datang tak lama kemudian. Dia baru pulang dari Amerika Selatan.

Tepat saat Denis menyapa seorang tamu, kebetulan Nazli dan Fatos berdiri di dekatnya, mengagumi sebuah kapal pesiar bernama Hachiko. Denis langsung tertarik pada Nazli yang cantik.

Fatos tiba-tiba dipanggil oleh seseorang. Denis langsung memanfaatkan kesempatan itu untuk mendekati Nazli dengan alasan menanyakan arti Hachiko itu.

Nazli yang ternyata bisa bahasa Jepang, memberitahu Denis bahwa Hachiko artinya 8. Tapi bagi Nazli, arti spesial dari kata itu adalah nama seekor anjing Jepang yang hidup di Tokyo pada tahun 1930.

Pemiliknya adalah seorang profesor di universitas. Hachiko selalu mengantarkannya ke stasiun kereta setiap pagi dan menunggunya sampai dia pulang.

"Oke. Tapi bagaimana bisa dia menjadi terkenal?"

"Suatu hari Hachiko menunggu pemiliknya pulang di stasiun kereta, tapi pemiliknya tidak pernah pulang karena hari itu dia meninggal dunia di universitas karena serangan jantung."


Tapi Hachiko tidak pernah menyerah. Dia selalu menunggu di stasiun kereta sejak petang hingga pagi tiba selama 10 tahun sampai Hachiko mati.

"Jika kita memberi sedikit pada seekor hewan, mereka akan membalas kita dengan kesetiaan yang besar. Kuharap kita bisa melakukan lebih untuk menyelamatkan mereka."

"Benar sekali. Jadi, apa kau bekerja dengan hewan?"

Tidak. Tapi kapanpun dia bisa melakukan sesuatu, Nazli selalu berusaha yang terbaik. Ada sebuah tempat yang biasanya dia datangi. Tempat itu tidak butuh uang, melainkan barang-barang seperti selimut atau koran bekas, apa saja yang berguna.

Denis ingin sekali ikut bergabung. Kebetulan dia punya banyak koran bekas di rumah.  Atau mungkin dia bisa membantu dengan cara lain. Tapi dengan cepat niat aslinya ketahuan saat dia meminta nomornya Nazli dengan alasan biar bisa pergi ke tempat itu.


Tapi Nazli menolak memberikan nomornya dan memberitahu Denis bahwa ada tempat-tempat lain semacam itu yang butuh bantuan, jadi dia tidak perlu datang ke tempatnya. Dia bisa mencarinya di internet kok.

Fatos yang mendengarkan percakapan mereka, langsung menyela dan dengan senang hati memberikan nomornya Nazli untuknya. Dia bahkan memberitahu bahwa nama temannya ini adalah Nazli.

Nazli mulai tidak nyaman dengan situasi ini dan langsung pamit sambil memprotes Fatos. Bagaimana bisa dia memberikan nomornya pada pria itu?


Tanpa dia sadari, dia menyajikan minuman di mejanya Ferit. Tapi saat dia hendak pergi, tak sengaja kancing bajunya Ferit kecantol di gelang maniknya Nazli.

Nazli langsung heboh melarang Ferit menyentuhnya dan bersikeras mau melepaskannya sendiri. Tapi Nazli kelamaan. Ferit sudah tidak sabaran dan langsung saja menarik tangannya sehingga gelang manik itu hancur.

Nazli kesal dan langsung ceplas-ceplos memprotesnya. Gelang ini sangat berarti baginya. Fatos buru-buru menyela dan sengaja memanfaatkan situasi untuk mendapatkan uang kompensasi dari Ferit.

Ferit santai saja menyodorkan uang pada Nazli. Nazli menolak karena gelangnya ini tidak bisa dinilai dengan uang. Tapi Fatos santai saja mengambil uang itu lalu membawa Nazli pergi.

Ternyata gelang itu adalah hadiah ultah pemberian Fatos. Tapi Fatos santai memberitahu Nazli bahwa mereka bisa membeli gelang itu lebih banyak dengan uang ini.



Malam harinya, Nazli pusing menghitung segala macam tagihan mereka. Asuman pakai kartu kredit seenaknya lagi. Mana duluan yang harus dia bayar? Tagihan kartu kredit? Atau biaya Japanase Club? Atau sewa rumah?

Fatos menyuruhnya bayar sewa rumah dulu. Mereka sudah tidak bisa menghindar lagi sekarang. Bagaimana kalau Nazli berhenti sementara dari kursus bahasa Jepangnya?

Nazli tak percaya mendengarnya. "Teman macam apa kau? Bagaimana bisa kau menyuruhku untuk menyerah akan impianku?"

"Kawan, bahkan sekalipun kau menolaknya 40 kali, aku akan tetap mengucapkannya 40 kali lagi. Kalau kau ingin impianmu terwujud, kau harus cari suami kaya."

"Aku menolaknya untuk yang ke-41 kali."

Fatos pantang menyerah dan mengingatkan Nazli bahwa dia punya banyak pilihan orang kaya di sekitarnya. Pemilik restoran kaya atau chef kaya. Nazli males banget mendengarnya, mending mereka tidur aja sekarang. Nazli hanya akan memikirkan masalah suami nanti setelah dia berhasil membuka restoran impiannya.

"Baiklah. Bukalah restoran impianmu. Aku tidak akan menentang. Tapi kau juga harus mengurus orang-orang miskin di rumah ini."


Denis sedang bermain piano saat tiba-tiba dia teringat Nazli dan langsung meneleponnya dengan alasan membahas masalah binatang terlantar yang mereka bicarakan kemarin.

Dia mengaku sudah mengumpulkan semua koran dan majalah bekas di rumahnya, dan mengajak Nazli untuk pergi bersamanya ke klub binatang itu hari ini juga.

Nazli menolak dengan sopan dengan alasan ada urusan lain yang harus dilakukannya hari ini. Jadi, bagaimana kalau lain hari saja? Baiklah, Denis setuju.


Ferit berkumpul dengan saudara-saudaranya di rumah ibu mereka. Ibu terang-terangan menunjukkan kekecewaannya pada Ferit yang baru menerima undangannya sekarang. Mungkin lain kali dia harus mengundangnya lewat internet bisa cepat direspon.

"Tolong jangan lakukan itu, Bu. Aku harus bekerja."

"Bukankah Zeynep dan Demir juga bekerja? Tapi lihatlah, mereka datang setiap minggu. Apa mereka tidak sibuk?"

Engin memberitahu Ibu bahwa mereka semua super sibuk. Punya bos seperti Ferit hampir membuat mereka tidak punya waktu luang. Ferit selalu meneleponnya setiap hari menanyakan laporan. Demir setuju, dia juga selalu ditelepon tiap malam, membahas revisi materi meeting esok hari.

"Kalau begitu setelah ini aku harus bekerja di perusahaan untuk meringankan beban Ferit." Canda Ibu.

Bersambung ke part 4

Post a Comment

0 Comments