Sinopsis My Unicorn Girl Episode 8 - 2

Sang Tian mengembalikan tas itu tanpa mengaku bahwa dia sudah membaca isinya. Min Jun pun percaya-percaya saja padanya dan langsung pergi sambil berjanji akan mentraktir Sang Tian lain kali sebagai ungkapan terima kasih.


Laporan itu membuat Sang Tian termenung galau di lapangan. Sekarang dia mengerti alasan Wen Bing memilihnya sebagai partner dalam pertandingan dua lawan dua dulu. Sekarang dia mengerti kenapa Wen Bing kesulitan dan terus melakukan kesalahan dalam latihan oper puck tadi.

"Jika aku pergi, maka dia tidak akan bisa melihat siapapun. Apa yang harus dia lakukan?"


Wen Bing baru balik ke asrama dan langsung menyembunyikan laporan kesehatan itu di dalam lacinya. Menurut dokter, satu-satunya cara mengatasi penyakit langkanya Wen Bing adalah dengan lebih banyak bertemu Sang Tian dan terus berusaha agar dia bisa menemukan cara untuk memperbaiki kondisinya.

Tapi sekarang Sang Tian mau pergi, lalu bagaimana dia bisa terus bertemu Sang Tian? Tepat saat itu juga, dia menoleh ke mejanya Sang Tian dan melihat surat yang ditujukan padanya itu. Wen Bing pun langsung membacanya.

Maafkan aku. Aku pergi. Jangan tanya alasannya, itu bukan sesuatu yang bisa dibanggakan. Aku memikirkan banyak cara untuk berpamitan kepadamu. Tapi saat aku melihatmu, entah kenapa aku kehilangan kendali. Itu bukan kata-kataku yang sebenarnya. Jangan dimasukkan ke hati.

Jika dipikirkan kembali, banyak hal telah terjadi di antara kita. Aku dulu mengambil stik hokimu dan merusak sweater-mu. Awalnya, kau pasti berpikir kalau aku orang yang ceroboh. Tapi kau juga selalu mengolok-olokku.

Kau mengambil tangga itu sehingga aku tidak bisa turun. Kau melemparku ke kolam. Yang paling keterlaluan adalah kau berbohong bahwa ketiak bajuku sobek dan akupun harus menjadi ketua regu. Tapi ternyata aku mendapati diriku cukup cakap memimpin yang lain.

Aku akan segera pergi. Tolong biarkan aku menjadi sombong sekali saja. Aku akan meninggalkan buku pandungan ketua regu ini untukmu. JIka kau cukup beruntung untuk menggantikanku, itu akan menjadi senjata rahasiamu untuk mendapatkan rasa hormat.

Sudahlah, meski tanpa izinmu, aku akan tetap pergi. Sayang sekali aku tidak sempat berfoto denganmu. Kau harus bermain hoki es dengan baik. Di manapun aku, aku akan mendukungmu.


Di buku itu, Wen Bing melihat Sang Tian mencatat segalanya. Tentang gelanggang es mereka, biodata tiap-tiap anggota, dll.

Wen Bing langsung mengecek lemari dan mendapati Sang Tian sudah mengembalikan jaket bersulam itu. Pantas saja Sang Tian belakangan ini aneh sekali, ternyata dia benar-benar pergi.

Tapi tiba-tiba dia teringat segala omelan Pelatih Ma yang jelas-jelas mengusir Sang Tian dari tim. Wen Bing jadi curiga, jangan-jangan Pelatih Ma sudah mengetahui rahasianya Sang Tian? Wen Bing sontak pergi menemui Pelatih Ma dan berusaha keras membela Sang Tian dengan menunjukkan bukunya Sang Tian itu.


Dia tidak tahu apa yang sudah Sang Tian lakukan sehingga Pelatih Ma mengeluarkannya dari tim, tapi sebagai teman dekatnya Sang Tian, Wen Bing tahu betul bahwa Sang Tian bukan hanya pemain hoki es yang hebat, tapi juga seorang ketua regu hebat yang bisa menyatukan semua orang.

"Kuharap anda bisa memberi dia kesempatan lain karena aku... kita tidak bisa kehilangan dia."


Tapi keputusan Pelatih Ma sudah bulat dan langsung mengusir Wen Bing. Tapi sebenarnya dia galau juga. Saat dia pergi ke lapangan, tak sengaja dia melihat Sang Tian, tapi Sang Tian tidak menyadarinya saking fokusnya menatap foto-fotonya bersama semua rekan timnya.

Melihatnya membuat Pelatih Ma teringat kembali tentang betapa giatnya Sang Tian dalam berlatih Hoki Es dan kenangan masa lalunya sendiri.

Dulu dia selalu diremehkan oleh para pemain hoki es yang semuanya pria. Mereka bahkan menuduhnya sebagai wanita yang tidak tahu malu yang bermain hoki es cuma karena dia ingin dekat dengan para pria. Tapi biarpun sedih dengan olok-olokan semua orang, dia tak gentar dan terus giat berlatih.

"Mungkin dia mencintai Hoki Es seperti aku." Pelatih Ma akhirnya membuat keputusan lalu pergi.


Dia lalu mencoba menghubungi Pak Dekan dan mencoba membujuk Pak Dekan untuk membuka jurusan Hoki Es putri. Tapi sayang, permintaannya ditolak mentah-mentah.


Tak lama kemudian, semua orang kecuali Sang Tian sudah berkumpul di gelanggang es. Tapi latihan jadi belum bisa dimulai. Xiao Xiao bingung, kenapa Sang Tian belum datang juga?

Tiba-tiba Sang Tian datang dengan seragam lengkap dan Pelatih Ma langsung mengemolinya karena dia terlambat. Sang Tian bingung, bukankah Pelatih Ma bilang bahwa dia tidak perlu berlatih hari ini?

Pelatih Ma tiba-tiba bersikap seolah dia tidak pernah mengusir Sang Tian dan menjelaskan maksudnya menyuruh Sang Tian istirahat hanya supaya Wen Bing berlatih mengoper puck pada yang lain.

Seharusnya Sang Tian beristirahat di ruang tunggu, aturan begini saja dia tidak tahu. Bagaimana bisa dia menjadi ketuga regu yang baik? Cepat bergabung bersama tim!


Terkait pertandingan tiga lawan tiga nanti, Pelatih Ma sudah membuat keputusan untuk semakin memacu semangat juang mereka. Jika ada di antara mereka yang bisa mengalahkan para senior, Pelatih Ma janji akan memenuhi satu keinginan dari setiap anggota tim.

"Aku akan memenuhi janjiku... apapun permintaannya." Ucap Pelatih Ma sambil menatap Sang Tian penuh arti.

Dia lalu pura-pura seolah dia lupa tentang penilaiannya terhadap Sang Tian kemarin. Sang Tian memiliki kekuatan dan cukup fleksibel, tapi teknik menembaknya adalah kelemahan terbesarnya. Jadi dia berharap dia bisa melihat performa baru Sang Tian dalam pertandingan tiga lawan tiga minggu depan.

"Saya pasti akan bekerja keras!"


Wei Lian antusias banget, Pelatih Ma akan mengabulkan apapun permintaan mereka. Dari segi kekuatan hanya mereka bertiga-lah yang bisa melawan para senior.

"Sang Tian belum setuju dengan pengelompokan ini." Ujar Wen Bing.

"Sang Tian, kita bertiga sahabat. Kalian berdua tidak boleh meninggalkanku."

"Aku tidak bilang aku tidak setuju."

Wei Lian senang. "Jadi kau setuju? Bagus! Wen Bing, kau itu sangat jahat. Kalau kau melakukannya lagi, akan kupukul kau!"

"Ketua regu, ayo berlatih."


Begitu kembali ke asrama, Sang Tian melihat suratnya masih berada di tempat semula. Mengira Wen Bing belum melihat surat itu, Sang Tian langsung cepat-cepat menyembunyikannya di dalam laci sambil pura-pura cuma sedang mengagumi pemandangan indah di luar jendela.

"Apa yang kau sembunyikan?" Tanya Wen Bing pura-pura tak tahu.

Sang Tian senang, mengira Wen Bing benar-benar belum membaca surat itu. Sang Tian pun menyangkal, dia tidak menyembunyikan apapun kok. Hanya saja tadi dia melihat lacinya terbuka, makanya dia menutupnya.

"Apa itu buku merah?"

"Tidak... Ah, iya."

"Kenapa? Kau masih mencoba merayuku?"

"Ti-tidak."

"Jika tidak, lalu kenapa kau mengeluarkannya? Kau ingin mengingat kenangan atau mengembangkan cara baru?"

"Jangan membuat lelucon seperti itu lagi."


"Kenapa tidak? Aku orang munafik dan menyebalkan yang selalu bertindak seperti CEO penindas." Wen Bing ngambek.

Sang Tian jadi merasa bersalah dan langsung menggumam maaf. Wen Bing pura-pura tidak dengar, dia bilang apa?

"Aku bilang, aku minta maaf. Hari itu, aku... terlalu impulsif. Sebenarnya kau tidak sejahat itu."

"Tidak sejahat itu, berarti aku agak jahat."

"Bukan begitu. Pokoknya, aku salah dan minta maaf padamu."

Wen Bing langsung mengutip kata-kata yang pernah diucapkan Dao Ming Si. "Jika minta maaf berguna, lalu untuk apa ada polisi?"

"Lalu apa yang ingin kau lakukan?"

"Belikan aku oden."

"Itu saja?"

"Tentu saja."

"Baiklah. Aku akan membelikanmu oden selama satu semester."

Wen Bing tak percaya. Siapa tahu Sang Tian akan pergi tiba-tiba lagi. Karena itulah, Wen Bing menuntut Sang Tian untuk menyegel janjinya untuk untuk mencegahnya melanggar janji. Dia lalu menyuruh Sang Tian mendekat.

Bersambung ke part 3

Post a Comment

0 Comments