Episode 8: Jadi, Kau 'Anjing Penuntun'-nya!
Sang Tian sontak merutuki kebodohannya sendiri karena malah marah-marah sama Wen Bing padahal niat awalnya ingin berpamitan dengan baik-baik.
Miao Miao melihatnya saat itu dan langsung bisa menebak kalau Sang Tian pasti lagi bertengkar dengan seseorang dan sekarang Sang Tian menyesalinya. Iya kan?
"Sebenarnya, aku ingin berpamitan kepadanya dengan benar. Tapi siapa sangka begitu aku membuka mulut, kami malah bertengkar."
"Mungkin kau melakukannya dengan sengaja. Kau sengaja ingin merusak kesannya tentang dirimu. Agar saat kau pergi, dia bisa melupakanmu."
Sang Tian refleks menyangkal. "Aku tidak ingin dia melupakanku secepat itu."
"Sepertinya dia sangat penting bagimu. Benar? Kalau begitu, aku akan memberimu ide. Jika ucapan tak bisa menyampaikan niat, mungkin kau bisa mencoba menulis surat. Tulisan yang dipikirkan, terasa lebih nyata dan akurat. Jadi, jika kau tidak bisa berpamitan padanya secara langsung, kau bisa mencoba menulis surat."
Min Jun sedang kencan dengan Pelatih Xue di sebuah restoran, tapi Pelatih Xue pesannya banyaaaaaaaak banget. Jelas Min Jun keberatan, tapi dia terlalu gengsi untuk mengutarakannya dan akhirnya dia membuat-buat alasan diet dan alergi seafood hanya untuk mengurangi pesanannya.
Parahnya lagi, si pelayan menuntut mereka untuk membayar dimuka dan jumlahnya cukup besar sampai Min Jun tersedak mendengarnya. Tapi dia tetap berusaha bergaya sok kaya dengan mengeluarkan kartu kreditnya.
Mengalihkan topik ke masalah Wen Bing, Pelatih Xue memberitahunya bahwa pelatihnya Wen Bing adalah Pelatih Ma Chen Chen. Jadi kalau Min Jun ingin tahu tentang Wen Bing, lebih baik dia bertanya pada Pelatih Ma saja.
"Tidak masalah. Hoki es dan seluncur inda kan satu rumpun. Selain itu, kalian berdua sama-sama pelatih. Pelatih Ma tampaknya bukan orang yang ramah."
Yang tidak dia ketahui, Pelatih Ma sebenarnya baru saja datang dan mendengar gosipannya yang jelas saja membuatnya tersinggung. Pelatih Ma sontak menggebrak meja mereka dan mengonfrontasi Min Jun.
"Apa aku benar-benar seseram itu?"
Min Jun ketakutan sampai kelabakan menjelaskan maksudnya adalah Pelatih Ma itu cuma lebih keras. Pasti karena dia punya banyak murid, makanya dia harus membangun wibawa.
Pelatih Xue mencoba mengundangnya untuk bergabung bersama mereka, tapi Pelatih Ma menolak lalu duduk di meja sebelah. Pelatih Xue memberitahu Min Jun bahwa kepribadian Pelatih Ma memang seperti itu, tapi dia tidak ada maksud apa-apa kok.
Pelatih Xue mendapat telepon saat itu, dia pun keluar tepat saat pelayan datang memberitahu Min Jun bahwa kartu kreditnya ditolak. Pfft! Min Jun jadi galau dan mendadak punya ide untuk pinjam uang ke Pelatih Ma.
Pelatih Ma menolak. Min Jun jadi bingung. Pelatih Xue kembali saat itu. Tapi alih-alih jujur, Min Jun gengsi dan mengklaim kalau dia memanggil pelayan hanya untuk menambah pesan minuman.
Tapi si pelayan langsung ceplas-ceplos memberitahu bahwa kartunya Min Jun ditolak. Parahnya lagi, Pelatih Xue juga menolak membayar dengan alasan tidak bawa dompet.
Min Jun masih saja sok mengklaim kalau dia punya banyak kartu lain dan mencoba mencari-cari ke dalam tasnya. Pelatih Ma akhirnya berbaik hati memberikan kartu kreditnya, tapi Min Jun malah seenaknya nambah pesanan. Dasar!
Pelatih Ma diam-diam mengirim pesan ke Pelatih Xue, memperingatkannya untuk berhati-hati terhadap pria semacam Min Jun ini. Lebih baik dia menjauh dari pria semacam ini, pria yang membiarkan wanita yang bayar.
Seketika itu pula Pelatih Xue jadi ilfil sama Min Jun dan langsung cari-cari alasan untuk pergi sekarang juga. Min Jun sontak panik mengejarnya... tanpa menyadari tasnya ketinggalan.
Tidak ada orang saat Sang Tian balik ke asrama. Tapi Wen Bing meletakkan jaket itu di luar dengan meninggalkan sebuah pesan manis: Kau sangat menyukai kemeja ini, aku akan memberikannya untukmu. Kau bisa membuat selaman apa saja yang kau inginkan. Jangan marah. Tapi tentang pengelompokannya, kau harus menurutiku. Siapapun rekan setim kita nantinya, kau akan selamanya menjadi rekan setim yang kusukai.
Sang Tian senang. Sepertinya Miao Miao benar, kata-kata dalam surat memang beda.
Maka Sang Tian pun memutuskan menulis surat itu. Beberapa kali dia sempat bingung bagaimana harus mengawali suratnya. Tapi pada akhirnya dia selesai juga menulis suratnya, memasukkannya ke amplop lalu meletakkannya di atas sebuah buku dan menindihnya dengan boneka husky.
Min Jun tiba-tiba ditelepon Wen Bing yang menanyakan laporan kesehatannya dan saat itulah Min Jun baru sadar kalau tasnya hilang dan laporan kesehatannya Wen Bing ada di dalam tas itu.
Parahnya lagi, saat dia menelepon restoran yang kemarin, mereka berkata bahwa tasnya dibawa sama Pelatih Ma. Min Jun jadi galau, apa yang harus dia lakukan untuk mengambil tas itu. Bisa gawat kalau Pelatih Ma sampai melihat laporan kesehatannya Wen Bing. Tapi dia berusaha menenangkan dirinya dan meyakinkan dirinya sendiri bahwa pasti ada jalan keluar.
Dan doanya terjawab seketika saat dia melihat Sang Tian yang baru turun. Min Jun langsung mengenalinya tapi Sang Tian sudah lupa. Min Jun jadi harus mengingatkan Sang Tian akan pertemuan mereka dulu, sebelum kemudian mulai to the point meminta bantuan Sang Tian, ini menyangkut masalah yang sangat penting.
Jadi begini. Tas hitamnya dibawa sama Pelatih Ma. Nanti dia akan mengajak Pelatih Ma keluar biar Sang Tian bisa masuk ke dalam ruangannya dan bantu dia mengambil tas itu.
"Maksudmu, mencurinya?"
"Itu tasku, maka itu bukan mencuri."
"Kalau begitu, kenapa kau minta bantuanku? Kau minta saja pada Wen Bing untuk mengambilnya."
"Tidak bisa. Dengar. Ada rahasia besar tentang Wen Bing di dalam tas itu. Jika dia tahu aku kehilangan tas itu, dia akan membunuhku. Jika pelatihmu tahu tentang rahasianya Wen Bing, aku takut Wen Bing akan diusir dari Liuye."
Sang Tian jadi prihatin dan langsung setuju untuk membantunya. Sang Tian pun menyelinap masuk ke kantornya Pelatih Ma dan berhasil menemukan tas hitam itu dengan cepat.
Tapi saat dia hendak keluar, tiba-tiba beberapa senior membuka pintu. Untung saja Sang Tian cepat-cepat menyembunyikan dirinya di bawah meja sebelum mereka sempat melihatnya.
Tapi percakapan mereka mulai menarik perhatiannya. Meng Qi dan anak buahnya tak senang dengan keputusan Pelatih Ma yang menginginkan mereka melawan tim mahasiswa baru. Pelatih Ma terllau merendahkan mereka.
Tapi Meng Qi tak masalah dengan pertandingan itu. Para mahasiswa baru yang sekarang terlalu arogan, terutama si Wen Bing itu. Karena itulah, pertandingan ini adalah kesempatan mereka untuk menyadarkan Wen Bing tentang kemampuannya yang sebenarnya.
Anak buahnya Meng Wi sungguh heran sama adiknya Meng Qi itu. Apa sebenarnya yang dilihat Meng Na dari Wen Bing sampai dia tergila-gila sama Wen Bing?
Meng Qi tidak terima adiknya dihina. Ini bukan salah adiknya, Wen Bing-lah yang bersalah karena Wen Bing terus menerus menganggu adiknya. Saking kesalnya, Meng Qi tak sengaja membanting dokumennya dan membuat sebuah pulpen terjatuh di depannya Sang tian. Waduh!
Tapi untungnya Meng Qi tidak melihat Sang Tian dan kedua senior itu akhirnya pergi. Fiuh! Sang Tian lega dan akhirnya bisa keluar juga sambil menggerutui obrolan mereka tadi, tidak terima Wen Bing disalah-salahin padahal Meng Na sendiri yang sukanya nempel-nempel ke Wen Bing.
Di tangga, tak sengaja seorang mahasiswa menubruknya sehingga membuat tas itu terjatuh dan isinya berhamburan. Dan saat Sang Tian memunguti dokumen-dokumen itu, tak sengaja laporan itu terbaca olehnya dan sontak menarik perhatian. Karena jelas dalam laporan itu bahwa Wen Bing menderita Prosopagnosia dan hanya bisa melihat Sang Tian seorang dengan jelas.
Bersambung ke part 2
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam