Belum sempat Sang Tian menjawab, yang lain juga mendadak muncul membawa makanan dan minuman lalu menjadikan tempat itu buat nonton video pertandingan tiga lawan tiga yang terakhir.
Tapi Sang Tian sengaja cari-cari alasan lalu bergegas pergi dan berlatih seorang diri di gelanggang es. Tempat yang penuh kenangan indahnya bersama Wen Bing.
Tiba-tiba dia melihat Wen Bing muncul di depannya dan latihan menembak puck bersamanya dan tersenyum tulus padanya tanpa mengucap sepatah kata. Senyum yang kontan membuat semangat Sang Tian kembali sehingga dia sukses menembak puck-nya tepat sasaran.
Tapi saat Sang Tian berpaling kembali padanya, senyumnya menghilang seketika menyadari Wen Bing yang dilihatnya barusan hanya bayangan.
"Begitu sulitkah mengucap selamat tinggal?"
Sedih, Sang Tian pun melanjutkan latihannya tanpa menyadari kedatangan Pelatih Ma yang memperhatikannya dari belakang.
Pelatih Ma jadi galau. Dia mencoba meminta pendapat Pelatih Xue, tapi Pelatih Xue juga bingung. Ini pertama kalinya dia menghadapi masalah seaneh ini.
Tapi menurutnya, Sang Tian sebenarnya sangat menyedihkan. Sebenarnya Sang Tian lulus ujian profesional di Departemen Seluncur Indah. Sayangnya dia harus gagal hanya gara-gara nilai ujian budayanya kurang satu poin.
"Dia menangis dan memohon padaku waktu itu. Aku bisa melihat kalau dia benar-benar ingin belajar di Liuye."
Pelatih Xue hampir saja luluh waktu itu. Tapi apalah dayanya? Dia hanya seorang pelatih yang tidak punya banyak kekuasaan. Tapi pada akhirnya Sang Tian jadi muridnya Pelatih Ma karena kesalahan, ini mungkin takdir.
"Bagaimana kalau kau pura-pura tidak tahu apa-apa?" Saran Pelatih Xue.
Sendirian di ruang ganti, Sang Tian termenung sedih teringat omelan Pelatih Ma. Wen Bing masih menunggunya saat dia kembali ke asrama malam harinya.
Wen Bing langsung membahas masalah pengelompokan mereka, tapi Sang Tian sedang tidak mood dan meminta agar masalah itu dibicarakan besok saja.
Keesokan harinya di gelanggang es, Wen Bing memperhatikan Sang Tian melamun lagi dan tidak konsen dengan latihannya. Maka Wen Bing pun langsung mendekatinya dan mengajaknya untuk latihan mengoper puck dengannya soalnya Pelatih Ma bilang bahwa kelemahan Wen Bing adalah dia jarang mengoper puck pada rekan timnya.
Mereka akhirnya latihan berdua saja. Mereka benar-benar kompak sampai membuat yang lain terkagum-kagum dengan kerja sama mereka yang sangat bagus. Sang Tian pun bisa tersenyum lagi berkat itu.
Tapi tiba-tiba Pelatih Ma datang menghentikan latihan mereka dan langsung mengomeli Wen Bing bahwa dia tidak boleh hanya latihan dengan Sang Tian seorang, dia punya banyak rekan lain di lapangan.
"Apa kau hanya bisa melihat Sang Tian seorang? Bagaimana jika dia tidak di lapangan? Kepada siapa kau ingin mengoper puck?"
Beralih ke Sang Tian, Pelatih Ma menyuruhnya untuk istirahat saja dan tidak usah ikut latihan. Kecuali Wen Bing, yang lain jadi iri, mengira Pelatih Ma baik banget sama Sang Tian sampai dia diperbolehkan melewatkan latihan.
Tapi mereka bisa merasakan keanehan sikap Pelatih Ma yang terlalu keras, terutama pada Wen Bing yang sekarang dipaksa untuk latihan mengoper puck pada yang lain.
Mereka semua berputar-putar mengitari Wen Bing dan Pelatih Ma memberi perintah untuk mengoper pada siapapun yang dia sebutkan. Tapi tentu saja Wen Bing benar-benar kesulitan, dia tidak bisa mengecek ciri-ciri mereka dalam situasi seperti ini.
Butuh waktu cukup lama baginya untuk mengenali yang mana Li He dan Hao Ran, tapi dia gagal mengenali Wei Lian. Sang Tian yang cuma bisa melihat dari ruang tunggu pun keheranan melihat keanehan Wen Bing.
Parahnya lagi, saat dia disuruh oper ke Hao Ran lagi, dia malah meleset yang jelas saja membuat Pelatih Ma mengomelinya habis-habisan. Dia mengingatkan semua orang bahwa hoki es adalah olahraga tim, kuncinya adalah kerja sama tim. Wen Bing mengakui dia salah dan berjanji akan memperbaiki diri.
Wen Bing termenung sedih saat Sang Tian datang ke ruang ganti, membawakan minuman untuknya. Tapi Wen Bing bersikap seolah masalah tadi cuma masalah kecil, jadi Sang Tian tidak perlu datang menghiburnya.
"Pelatih Ma benar. Jika kau ingin melangkah lebih maju, kau perlu berlatih mengoper puck."
"Apanya yang benar darinya? Tak apa jika kau ada di sana, kita berdua bekerja sama dengan baik. Kenapa aku harus mengoper puck pada orang lain?"
Sang Tian bingung harus jawab apa. Wen Bing heran melihatnya, apa Sang Tian benar-benar mau pergi? Dia sontak menangkup wajah Sang Tian dan menegaskan bahwa Sang Tian adalah miliknya, pokoknya Sang Tian harus bekerja sama dengannya di lapangan.
Sang Tian tercengang mendengarnya. "Kenapa aku milikmu?"
Tapi dengan cepat dia berubah ketus lagi dan mengklaim kalau dia mungkin akan pergi besok. Entah siapa lagi yang bisa Wen Bing rundung setelah dia pergi nanti.
Sang Tian mau pergi, tapi Wen Bing dengan cepat menariknya dan menatapnya lekat-lekat. "Kuperingatkan kau! Kau tidak boleh pergi tanpa izinku. Jangan berpikir untuk pergi."
Sang Tian jadi tersipu malu mendengarnya. Wen Bing jadi canggung dan buru-buru mengalihkan topik membahas masalah pengelompokan mereka. Tapi membahas hal itu kontan membuat Sang Tian sedih lagi dan akhirnya hanya menjawab ambigu bahwa dia akan mempertimbangkannya sekali lagi.
"Mempertimbangkan apa? Kau tidak mempercayainya... atau aku?"
Sang Tian jadi gugup karena kedekatan mereka itu dan langsung mendorong Wen Bing. Sebaiknya Wen Bing latihan lagi. Pelatih Ma sangat keras padanya hari ini.
"Bagaimana denganmu?"
"Aku... apa kau tidak dengar kata Pelatih Ma? Aku istirahat hari ini. Dadah!"
Sang Tian pun bergegas kembali ke asrama dengan gugup. Sikap Wen Bing tadi benar-benar terpesona sampai dia langsung menirukan gaya kerennya Wen Bing tadi.
Tapi saat dia melihat kasurnya Wen Bing, dia mendapati tempat itu sangat berantakan khas cowok. Geli, Sang Tian dengan senang hati merapikan semuanya dan memasukkannya ke dalam lemari.
Dan di situlah dia melihat sweater hitam yang dulu, sweater hitam yang menjadi awal hubungan mereka di boneka salju. Melihat jaket yang ada sulaman kepala babi, Sang Tian tiba-tiba punya ide untuk membuat sulaman lain di jaket itu.
Meng Na ternyata seorang gamer, dia bahkan punya tempat khusus di warnet yang ditutupi tirai pink dan dihiasi dengan berbagai macam benda pink dan berbulu.
Tanpa dia ketahui, Sang Zhan juga sedang main game di warnet yang sama. Dan tanpa mereka saling ketahui, sebenarnya mereka satu tim dalam game mereka. Mereka bahkan bekerja sama dengan sangat baik hingga sukses mengalahkan lawan-lawan mereka.
Puas dengan kerja sama mereka, Shang Zhan langsung mengajak Meng Na kenalan dan memperkenalkan nama samarannya adalah 'Sakit Ginjal'. Meng Na memperkenalkan dirinya adalah 'Sedih', soalnya dia sedih karena cinta.
Sang Zhan jadi penasaran mendengar pengakuannya dan langsung kepo sambil mengklaim kalau dia adalah seorang ahli percintaan yang ahli menangani segala macam persoalan cinta.
Berpikir kalau si Sakit Ginjal ini tidak mengenalnya, Meng Na akhirnya memutuskan curhat sama dia dan bertanya apakah jika seorang pria menjaga jarak dengannya, itu berarti pria itu tidak menyukainya?
Menurut Sakit Ginjal, itu belum tentu juga. Soalnya beberapa pria suka melakukan tarik-ulur. Jika dia mendekat, maka pria itu akan mundur. Tapi jika dia jauh, maka pria itu akan mendekatinya dan menggodanya sebentar.
Jadi jaga jarak belum tentu buruk. Bisa saja pria itu tertarik padanya dan hanya sedang menggodanya. Dia bahkan dengan senang hati memberikan beberapa tips yang dia beri judul: Sepuluh Cara Terbaik Mengejar Pria yang Kau Sukai.
Sang Tian akhirnya selesai dengan sulamannya dan memutuskan untuk pamit dengan cara baik-baik pada Wen Bing nanti. Tapi tiba-tiba Wen Bing pulang, Sang Tian sontak panik berusaha menyembunyikan jaket itu. Tapi terlambat, Wen Bing sudah melihatnya dan langsung mengambil jaket itu.
Wen Bing sontak protes tidak terima bajunya dirusak. Apa Sang Tian tidak senang padanya? Kalau memang iya, seharusnya dia katakan langsung saja. Kenapa Sang Tian selalu menyerang bajunya?
Sang Tian jadi terpancing emosi karenanya dan akhirnya bukannya pamit dengan baik-baik, dia malah marah-marah mengkritiki Wen Bing yang selama ini terus menerus memberinya perintah ini dan itu.
"Kau pikir kau adalah CEO yang suka menindas? Dasar munafik! Aku membencimu! Aku tidak ingin melihatmu lagi! Selain itu, kau dan Wei Lian harus mencari teman setim lain. Cari siapa saja, aku tidak peduli!" Marah Sang Tian dengan mata berkaca-kaca lalu pergi.
Kemarahan Wen Bing sirna berganti kebingungan. "Kenapa dia menangis?"
Bersambung ke episode 8
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam