Sinopsis Maiden Holmes Episode 8 - 1

Su Ci melihat ada bercak noda hitam di bajunya Zi Zhuo. Pei Zhao mencoba mengendusnya dan mendapati itu adalah bau arang.


Su Ci heran mendengarnya, kenapa daerah pinggiran luar kota bisa ada arang? Atau mungkin, noda arang ini sudah ada sejak Zi Zhuo masih di dalam kota?

Dia begitu serius berpikir hingga dahinya mengerut. Melihat itu, Pei Zhao tiba-tiba mengelus dahinya yang berkerut dan berkata. "Aku menyukaimu... yang tidak berwajah cemas."

Canggung, Su Ci langsung menghindar dan menagih satu tael perak. Tidak masalah, Pei Zhao akan memberinya sepuluh tael. Tiba-tiba Su Ci menggaruk-garuk tangannya yang gatal.

Pei Zhao sontak menarik tangannya dan melarangnya menggaruk lagi, tangannya bisa lecet kalau dia menggaruk terus. Pei Zhao langsung membantu meniup tangannya untuk meredakan rasa gatalnya dan otomatis membuat Su Ci terpana.

Biar Su Ci tidak memikirkan rasa gatalnya terus, Pei Zhao berinisatif mengalihkan perhatian Su Ci pada bintang-bintang di langit. Dia memberitahu Su Ci bahwa di sebelah timur adalah tujuh buah bintang yang jika ditautkan akan menjadi bentuk sendok.

Su Ci langsung memperhatikan ketujuh bintang paling terang itu dan langsung tercengang menyadari posisi ketujuh bintang itu benar-benar seperti sendok.

Pei Zhao memberitahu bahwa itu adalah bintang biduk. Jika Bintang Biduk menunjuk ke arah barat, itu artinya sedang musim semi. Dengan hanya mengingat arah mata angin, Su Ci bisa menentukan musim apa yang ditunjuk oleh setiap arah Bintang Biduk.

"Kalau begitu, musim panas seharusnya mengarah ke selatan?"

"Kau cepat mengerti." Puji Pei Zhao.

"Kau hebat sekali bisa tahu arah melalui bintang."

"Dulu aku mempelajarinya saat berperang. Saat itu harus menyerang markas musuh di malam hari. Hanya bisa menggunakan bintang untuk memastikan arah. Hanya saja sekarang... Sudah tidak terlihat lagi"

Mengalihkan perhatian kembali ke langit, Su Ci memberitahu Pei Zhao bahwa di sisi galaksi Bimasakti ada dua bintang yang sangat terang. Apa Pei Zhao tahu apa nama dua bintang itu?

"Di mana posisi tepatnya?"

Su Ci langsung meminta Pei Zhao mengulurkan tangannya lalu menggunakan jarinya untuk menggambar posisi bintang itu di tangan Pei Zhao. Tapi perbuatannya membuat Pei Zhao refleks bereaksi sehingga pada akhirnya mereka membuat mereka saling kontak mata.

Su Ci jadi canggung dan buru-buru menunjukkan letak kedua bintang yang dimaksud. Dua bintang yang letaknya terpisah di kedua sisi Galaksi Bimasakti.

Pei Zhao memberitahu bahwa kedua bintang itu adalah Bintang Vega dan Bintang Altair. Kedua bintang yang hanya bisa saling menatap dari kedua sisi galaksi.

"Saling mencintai, tapi tidak bisa bersama." Ucap Pei Zhao dengan penuh makna. Canggung, Su Ci buru-buru mengalihkan tatapannya kembali ke langit.

Keesokan harinya saat mereka menunggu di depan gerbang kota yang masih belum buka, Su Ci melihat sedikit pecahan arang di sebuah kereta milik seorang bapak.

Mereka pun langsung menanyai bapak itu tentang apakah dia melihat seorang pria bangsawan yang menunggu di gerbang kota kemarin pagi. Bapak itu membenarkan.

Setelah itu, mereka kembali ke penjara untuk menemui Zi Zhuo dengan membawa si bapak. Si bapak mengonfirmasi bahwa memang Zi Zhuo-lah yang menabrak kereta kudanya kemarin.

Zi Zhuo samar-samar ingat kejadian itu. Pinggangnya juga masih terasa agak sakit gara-gara tabrakan kemarin. Penjaga penjara langsung diminta untuk mengecek pingganggnya Zi Zhuo dan mendapatinya benar-benar memar.

Jelas semua itu menunjukkan bahwa Zi Zhuo benar-benar berada di luar kota saat kejadian itu terjadi dan tidak bisa masuk sampai keesokan paginya. Yang itu artinya, dia tidak bersalah.

Hmm... tapi kasus ini jelas bukan kasus bunuh diri biasa. Malam itu, lagi-lagi tampak seorang wanita berpakaian pengantin merah, berjalan linglung ke atas jembatan sambil menggumamkan hal yang sama, 'Di saat yang paling indah, pertahankan dia'. Dia lalu memanjat pagar jembatan lalu menjatuhkan dirinya.

Keesokan harinya, Pei Zhao sedang sibuk menggambar gambarnya Su Ci dalam dandanan wanita saat tiba-tiba saja Fei Yuan datang. Pei Zhao sontak menyembunyikan lukisannya itu sebelum Fei Yuan melihatnya.

Dia datang membawakan setumpuk gulungan lukisan calon-calon putri pilihan dari istana. Tapi Pei Zhao tidak senang dan menolak melihat semua.

Bahkan saat Fei Yuan ngotot, dia langsung melempar tatapan kejam sampai membuat Fei Yuan ketakutan dan akhirnya dia pergi juga dengan membawa semua lukisan itu. Pei Zhao pun akhirnya bisa lanjut melukis Su Ci.

Su Ci lagi-lagi dihadang Ru Shuang yang bersikeras untuk menangani kasus bersama Su Ci. Su Ci bingung bagaimana harus menolaknya, tapi perhatian mereka teralih dengan cepat saat beberapa orang lari terburu-buru ke atas jembatan.

Mereka pun bergegas menyusul orang-orang itu dan melihat mayat seorang wanita yang baru saja diangkat dari dalam sungai, memakai pakaian pengantin sama persis seperti Nona Du.

Ru Shuang langsung meneliti mayat itu dan memutuskan tidak ada tanda-tanda keracunan atau apapun, dia benar-benar mati karena tenggelam. Su Ci melihat kuku tangannya dan keseluruhan pakaiannya bersih dan rapi, yang itu artinya tidak ada tanda-tanda perlawanan sama sekali. Su Ci pun memutuskan bahwa penyebab kematiannya adalah bunuh diri.

Saat Su Ci pergi, Ru Shuang masih saja mengikutinya. Tapi kali ini Ru Shuang menegaskan bahwa dia ingin ikut menyelidiki kasus bukan karena dia ingin mengganggu Su Ci.

Sejak kecil dia sudah meneliti tentang racun, dia tidak bisa melakukan hal lain. Dia sama sekali tidak tahu apa guna ilmunya ini selain untuk meracuni orang.

Tapi sejak menyelidiki kasus bersama Su Ci, tiba-tiba dia menyadari bahwa ilmunya ini juga bisa digunakan untuk memecahkan teka-teki. Ru Shuang merasa sangat senang dan merasa sangat berguna karenanya.

"Kakak Su, jika kau tidak bersedia membiarkanku ikut menyelidiki kasus bersamamu, yah tidak masalah. Aku akan memikirkan cara lain. Karena ini adalah hal yang benar-benar ingin kulakukan."

Su Ci akhirnya luluh juga lalu mengajak Ru Shuang ke biro Mingjing. Ada banyak kasus di biro Mingjing, biasanya mereka akan mengundang orang asing berkemampuan khusus untuk membantu. Orang-orang ini, biasanya akan mereka daftarkan untuk ditindaklanjuti.

Ru Shuang senang. "Jadi...?"

"Jadi,ikut aku ke biro Mingjing untuk mendaftar."

Pei Zhao kedatangan Marquis Zhenyuan yang membantunya menyelidiki mata anak panah dari orang-orang yang menyerangnya di kabupaten Qingshui.

Dia mengonfirmasi bahwa itu adalah mata anak panah yang dibuat di Beirong. Keanehan lainnya, beberapa traksaksi besar di Beirong belakangan ini, banyak menggunakan batangan perak seperti yang ditemukan Pei Zhao.

Jelas ada orang yang mengumpulkan banyak uang dengan berkedok dana bantuan bencana untuk memperdagangkan senjata dan membentuk pasukan dengan negara musuh secara diam-diam.

"Pangeran, anda benar-benar harus berhati-hati. Pangeran, melepaskan permusuhan masa lalu memang tidak mudah. Dalam situasi seperti ini, masih memedulikan keluarga dan negara. Pangeran sungguh membuat orang kagum. Oh yah, saya dengar hari bahagia Pangeran sudah dekat. Apa saya masih sempat untuk minum segelas arak kebahagiaan?"

"Itu semua diatur secara sepihak oleh Ibu Suri. Jika sungguh ada hari bahagia, saya pasti akan mengunjungi anda secara pribadi untuk menyerahkan undangan."

"Zhi, si gadis kecil itu, dia pasti akan senang." Ucap Marquis Zhenyuan membicarakan putrinya.

"Adik Xu Zhi juga datang ke ibu kota?"

"Benar. Tidak mudah bagi saya pulang, jadi saya juga membawanya pulang."

"Saya ingat bertemu dengan Adik Xu Zhi dulu waktu masih kecil. Orangnya polos dan terus terang seperti anak lelaki."

"Di perbatasan sangat luas. Saya hanya ingin dia tumbuh dewasa tanpa rasa khawatir."

"Tampaknya Tuan Pejabat sungguh menyayangi Adik Xu Zhi."

"Tentu saja. Saya hanya punya seorang putri kesayangan."

Setibanya di biro Mingjing, tiba-tiba Ibunya Nona Lin - mayat wanita yang tadi, berlutut di hadapan Su Ci sambil memohon keadilan untuk almarhum putrinya karena dia yakin putrinya tidak akan bunuh diri.
Putrinya tidak punya masalah apapun yang bisa membuatnya putus asa apalagi sampai bunuh diri. Putrinya adalah anak keluarga mereka satu-satunya, sejak kecil dia tidak pernah menderita. Bahkan dalam memilih calon suamimu pun, mereka tidak pernah memaksanya.

Putrinya sempat meminta pada ayahnya untuk mencarikan seorang pelukis terkenal di kota untuk melukis potret dirinya. Lukisan itu hendak dia berikan pada orang tuanya sebelum dia menikah.

Su Ci dan Ru Shuang melihat lukisan itu sambil bertukar pandang keheranan. Nona Lin sangat cantik, tapi apa ada pria lain yang mendambakan Nona Lin?

Ibu yakin tidak. Putrinya jarang keluar rumah. Bahkan saat keluar pun, biasanya dia selalu memakai tudung panjang. Dia anak yang penurut, tidak pernah memancing laki-laki yang berkeliaran di luar.

"Apakah semasa hidupnya, ada perilakunya yang tidak normal?" Tanya Su Ci.

"Setelah dia bertunangan, kami sekeluarga merasa sangat bahagia, bahkan pergi bersama ke Kuil Pu Hua untuk memohon berkat... Ah! Saya ingat. Terkadang dia sedikit linglung. Pernah sekali dia melihat ke luar jendela dan berkata turun hujan. Tapi saya jelas-jelas melihat hari sedang cerah. Anak ini biasanya sedikit nakal, saya kira dia cuma sedang bercanda dengan saya."

Su Ci jelas heran mendengar informasi yang sama dengan yang dikatakan pelayannya Nona Du itu.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments