Prihatin melihat ketakutan Bei Ming, Pei Zhao akhirnya beralasan bahwa tadi dia lupa mengikat kudanya saking terburu-burunya. Jadi sekarang dia meminta Bei Ming untuk pergi mengecek kudanya.
Baiklah! Bei Ming langsung setuju dengan senang hati sambil menyeret paksa Ru Shuang pergi bersamanya. Ru Shuang sontak kesal, dia kan tidak mau pergi bersama Bei Ming.
"Seorang gadis tidak boleh melihat hal-hal semacam itu." Tegas Bei Ming.
"Kenapa?"
"Pokoknya tidak baik. Tidak boleh lihat!"
"Kakak Xie, kau takut sama mayat, yah?"
Canggung, Bei Ming sontak menyangkal keras dengan penuh harga diri. Mana mungkin pria sejati sepertinya, takut sama mayat. Ayolah pergi sekarang, kudanya keburu kabur nanti. Ru Shuang jelas tidak mempercayainya dan langsung menggodainya habis-habisan.
Pei Zhao penasaran apakah menurut pengamatan Su Ci, Bupati Kong dibunuh orang. Su Ci masih bingung juga, tapi berdasarkan segala petunjuk yang ada saat ini, Bupati Kong sepertinya memang bunuh diri.
Perbedaan kedua jenis kematian itu, biasanya ada pada bekas jeratan tali pada leher. Dalam kasus bunuh diri, bekasnya akan membentuk segitiga terbalik. Bagian yang paling bawah adalah yang paling dalam. Lalu bekas di kedua sisinya, semakin ke atas semakin memudar.
Su Ci tiba-tiba saja mengikatkan tali tampar ke leher Pei Zhao untuk menunjukkan seperti apa jeratan tali dalam kasus dibunuh orang lain. Karena tali diikatkan oleh pembunuhnya, maka biasanya bekas jeratannya akan membentuk lingkaran sempurna dan tidak akan terputus di tengah. Simpul ikatan talinya juga akan meninggalkan bekas.
"Bekas jeratan pada orang yang dibunuh, seharusnya akan lebih banyak, lebih sempurna dan lebih pudar." Ujar Su Ci sambil mendekatkan dirinya untuk mengecek jeratan tali di lehernya Pei Zhao itu.
Dia terlalu fokus sampai-sampai dia tidak sadar kalau wajah mereka jadi sangat dekat. Tiba-tiba Pei Zhao memanggilnya, Su Ci refleks menatapnya selama beberapa saat lamanya... sampai saat dia menyadari betapa dekatnya mereka dan buru-buru mundur dengan canggung. Maaf, dia terlalu menghayati.
"Sepertinya, menyelidiki kasus bersama Tuan Su, cukup berbahaya juga."
"Apa kau baik-baik saja?"
"Tidak apa-apa."
Pei Zhao benar-benar heran. Bupati Kong keukeuh tidak mau mengaku di siang harinya, tapi malam harinya malah bunuh diri. Itu sangat aneh.
Su Ci setuju. Besok dia akan meminta petugas forensik untuk mengautopsi mayat Bupati Kong sekali lagi. Tenang saja, Su Ci janji dia pasti akan mengungkap kebenarannya.
Tapi dia benar-benar meras bersalah melihat bekas jeratan di leher Pei Zhao dan langsung memberikan saputangannya untuk menutupi bekas jeratan itu.
Dia langsung membantu Pei Zhao memakaikan sapu tangan itu dengan gugup. Tapi saat dia hendak melepaskan diri, Pei Zhao tiba-tiba menggenggam tangannya sehingga mereka saling menatap dengan intens.
Su Ci jadi malu dan refleks melakukan kebiasaannya, menghapal hukum-hukum Dinasti Liang untuk meredakan kegugupannya.
"Apa yang sedang kau gumamkan? Aku tidak mendengarnya." Bisik Pei Zhao.
"Aku... aku... maaf." Su Ci langsung melesat pergi dari sana dengan muka memerah.
Bei Ming dan Ru Shung jelas bingung melihat mukanya, dia kenapa? Canggung, Su Ci beralasan bahwa di ruang mayat tuh panas, makanya mukanya memerah. Dia lalu bergegas pergi menghindari Pei Zhao.
Bei Ming heran melihat Pei Zhao pakai saputangan di leher, lehernya kenapa? Pei Zhao santai saja beralasan bahwa di dalam ruang mayat tuh dingin. Bei Ming jadi bingung, yang satu bilang panas, yang satu bilang dingin, jadi di ruang mayat tuh panas atau dingin?
Pei Zhao tidak bisa tidur tenang malam itu. Segala kenangan buruk semasa perang, bermunculan kembali dalam mimpinya, membuat tidurnya jadi gelisah... hingga dia tersentak bangun sambil menjerit ketakutan.
Fei Yuan mendengar teriakannya dan jadi cemas melihat keadaannya. Pei Zhao seperti baru kembali dari medan perang, tapi dia sudah lama tidak seperti ini.
Tapi mimpi buruknya itu membuat Pei Zhao jadi teringat akan rumput Hu Man. Keesokan harinya, dia memberitahu semua orang bahwa semalam dia mencium aroma tertentu dari mayatnya Bupati Kong.
Waktu melihat mayatnya Bupati Kong, dia memang tidak terlalu memperhatikan bau itu, dia hanya merasa familier dengan baunya. Baru sekarang dia ingat kalau itu adalah bau rumput Hu Man.
Ru Shuang langsung tahu rumput apa itu. Itu adalah rumput beracun dari wilayah Fanyanna. Racun itu bisa menyebabkan halusinasi dan kesakitan yang amat sangat. Orang-orang yang terkena racun itu, biasanya mengakhiri nyawa mereka sendiri untuk membebaskan diri mereka dari kesakitan itu.
Kalau begitu, Su Ci mau mengecek kembali mayat Bupati Kong nanti. Ru Shuang mau ikut, dia ahli racun loh. Bei Ming jadi cemburu dan langsung berusaha menghasut Ru Shuang untuk membatalkan rencananya itu dengan menasehatinya untuk melihat yang indah-indah saja.
Wanita lebih baik melihat yang indah-indah saja biar menjadi semakin cantik. Jangan memasuki tempat-tempat semacam ruang mayat.
"Oh, begitu? Kalau begitu, aku hanya akan melihat Kakak Su saja." Ujar Ru Shuang tersipu malu. Su Ci jadi canggung.
Bei Ming jelas tidak mau ikut ke sana lagi, jadi dia membuat-buat al asan bahwa dia ada urusan di Vila Gunung Feiyun. Fei Yuan dan Pei Zhao diam-diam saling melempar tatapan penuh arti dan keduanya langsung kompak menyatakan tidak akan ikut juga dengan alasan Pei Zhao harus mengobati matanya.
Tak lama kemudian, Ru Shuang menusukkan jarum ke mayatnya Bupati Kong dan mendapati darahnya berwarna hitam. Jelas dia diracuni, bahkan di bagian lengannya mulai menunjukkan perubahan warna yang sebelumnya tak pernah ada. Biasanya bekas racun ini memang baru akan muncul setelah beberapa hari.
Jelas itu menunjukkan ada orang yang tidak ingin mereka menyelidiki kasus ini. Su Ci jadi curiga, pasti ada konspirasi yang lebih besar di balik kasus ini.
Pei Zhao ternyata bertemu dengan pengawalnya yang diam-diam ikut menyelidiki hilangnya dana bantuan bencana itu dan menyerahkan sebuah batangan perak yang berhasil ditemukannya.
Dia melapor bahwa batangan perak itu (dana bantuan bencana) yang ditempa akhir-akhir ini telah ditambahkan serbuk petronia, tandanya tidak akan hilang biarpun ditempa berulang kali.
Pengawal rahasia mereka berhasil menemukan satu batangan perak itu dari seorang penari di gedung hiburan Wuyou. Kabarnya, itu diberikan oleh seorang pedagang dari Fanyanna yang menyewa kamar jangka panjang di sana.
Su Ci juga mendapat informasi yang sama. Dari keterangan pegawai pemerintah, ternyata sebelum mati, Bupati Kong sempat makan makanan yang dikirim oleh seorang pelayan dari Gedung Hiburan Wuyou. Semasa hidupnya, Bupati Kong memang sering pergi ke sana dan minum arak dengan seorang pedagang kaya bernama Sha Du.
Orang itu sering bolak-balik dari Fanyanna ke perbatasan Dinasti Liang untuk berbisnis. Dan dia selalu memesan ruang private termahal di tempat itu, namanya 'Ruang Nomor Satu'.
Tak lama kemudian, Pei Zhao membawa Bei Ming pergi ke tempat itu. Pei Zhao langsung menemukan orang bernama Sha Du itu dengan mudah karena penampilannya yang paling berbeda dari semua orang di kerajaan ini.
Bei Ming tampak jelas tidak nyaman dengan tempat ini, tapi dia terpaksa menurut saja saat madam tempat itu mengantarkan mereka berdua ke meja yang berada di sebelahnya Sha Du.
Pei Zhao diam-diam memperhatikan Sha Du, tapi Bei Ming malah heboh sendiri menolak segala tawaran si madam yang ingin menyodorkan gadis-gadis padanya. Dia keukeuh tidak mau dihibur wanita manapun, lagipula tidak ada yang secantik Ru Shuang. Pfft!
Dia bahkan meminta Pei Zhao untuk merahasiakan kedatangan mereka kemari dari Ru Shuang dan Su Ci, takutnya mereka bakalan diketawain.
Yang tidak mereka ketahui, Ru Shuang dan Su Ci sebenarnya sudah ada di depan. Mereka mau masuk, tapi penjaga pintu keukeuh menghalangi mereka masuk dengan alasan mereka harus pesan tempat sebelumnya.
Ru Shuang jadi emosi dan hampir saja mau melawannya, tapi Su Ci dengan cepat menariknya dan menasehatinya untuk pakai cara lain yang lebih baik. Ru Shuang punya ide, bikin onar.
Dia langsung kembali mau masuk sambil marah-marah mengklaim kalau dia mau masuk untuk mencari cowoknya yang datang ke tempat ini. Dan rencananya sukses mengalihkan perhatian si penjaga pintu sehingga dia tidak sadar saat Su Ci menyelinap masuk.
Madam kembali ke mejanya Pei Zhao sambil membawa beberapa wanita yang membawakan minuman untuk mereka. Pei Zhao santai saja memangku salah satu wanita yang menggodanya. Tapi Bei Ming heboh menolak mereka semua.
Ru Shuang berhasil menerobos masuk dan kaget melihat Bei Ming dan Pei Zhao ada di sana. Si penjaga pintu panik berusaha menyeretnya keluar, Bei Ming sontak kesal sama si penjaga pintu. Tapi Ru Shuang langsung memanfaatkan kesempatan itu untuk pura-pura marah-marah sama Bei Ming bak cewek cemburuan gara-gara cowoknya mendatangi tempat semacam ini. Keributan mereka sontak menarik perhatian semua tamu, termasuk Sha Du.
Di lantai atas, Su Ci akhirnya menemukan ruang nomor satu itu. Sayangnya tempat itu tidak bisa dimasuki dengan mudah karena dijaga pengawal.
Tapi kemudian dia mendengar pembicaraan para wanita yang menggosipkan Sha Du yang kabarnya besok akan melakukan acara besar. Katanya semua wanita yang terkenal di sekitar sini akan datang kemari, tapi dia hanya akan memilih satu orang. Su Ci langsung tersenyum memikirkan sebuah ide.
Tapi kemudian perhatiannya teralih saat mendengar suara keributan Ru Shuang yang memarahi Bei Ming. Dan saat itulah dia melihat Pei Zhao yang sedang mesra sama si wanita penghibur, Su Ci jadi cemburu.
Epilog:
Bei Ming benar-benar pria yang masih polos. Saat Pei Zhao membawanya ke tempat itu, dia terus terang mengaku bahwa dia tidak pernah sekalipun mendatangi tempat semacam itu. Lagipula dia gampang ngantuk kalau mendengar suara musik-musik.
Dia bahkan berusaha menghindar dengan menyuruh Pei Zhao sendiri saja. Tapi Pei Zhao ngotot memaksanya masuk. Sama seperti Su Ci dan Ru Shuang, awalnya mereka juga dihadang oleh si penjaga pintu karena aturan tempat itu mengharuskan mereka untuk pesan tempat dulu sebelumnya.
Tapi Pei Zhao dengan mudah menyelesaikan masalah itu dengan melempar batangan perak itu ke tangan si penjaga pintu. Si madam dengan cepat merebutnya dan langsung menyambut mereka masuk dengan senang hati.
Bersambung ke episode 4
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam