Prin sedang sibuk dengan pekerjaannya saat Chen tiba-tiba muncul dalam keadaan mabuk dan ngamuk-ngamuk melabrak Prin, tidak terima Prin merebut pencapaiannya.
"Pencapaianmu? Sejak aku datang kemari, aku tidak pernah benar-benar melihat pencapaian kerjamu, Khun Chanathip."
Chen tidak terima dan langsung menuduh Prin sebagai pencuri. Prin tahu kalau ayahnya sangat mempercayai prin, makanya Prin sengaja menjilat ayahnya.
"Sebelum kau bicara, pikirkanlah baik-baik. Perusahaan ini milikmu, milik ayahmu. Semua pencapaian yang kudapatkan sampai hari ini, semuanya milikmu. Sebaiknya kau manfaatkan waktumu bersamaku untuk belajar tentang pekerjaan agar menjadi lebih baik daripada sekarang ini. Aku akan sangat senang, Khun Chanathip."
Chen kesal mau meninjunya tapi gagal, malah Prin dengan mudahnya menangkap tangannya lalu mendorongnya.
"Aku tidak akan melepaskanmu!" Kesal Chen.
"Saat kau sudah punya kemampuan untuk melawanku, silahkan kau berurusan denganku." Prin lalu menyuruh Sekretarisnya untuk mengantarkan Chen pulang.
Chen kesal menolak dianterin, tapi sekretaris tetap mengantarkannya sampai rumah. Ayah dan ibunya benar-benar kecewa melihatnya seperti itu.
Mitra mendatangi cafenya Na saking cemasnya mendengar cerita Na. Apa dia baik-baik saja? Na baik-baik saja, dia hanya kesal sama si cowok sok kaya itu. Namanya, Chanathip Sirimantra.
Mitra langsung mengenalinya, ini kan cowoknya Pam, putranya Sirimantra. Oh, pantas saja mereka jadi pacar, ternyata sama-sama orang jahat. Mitra penasaran apa yang akan Na lakukan? Bagaimana kalau diselesaikan dengan cepat melalui asuransi saja?
Na tidak mau. "Kalau cuma begitu, tidak akan menyenangkan."
Prin tidak bisa konsen kerja, masih kesal teringat kekejaman Mitra padanya. Mitra pun termenung sedih memikirkan ucapan kejam Prin padanya.
Keesokan harinya, Chen mendapati Pam sudah ada di ruangannya dan memenuhi tempat itu dengan bunga-bunga, jelas sedang berusaha merayunya, mengklaim kalau semua ini adalah permintaan maafnya.
Chen luluh seketika dan memaafkannya dengan mudah. Pam jadi semakin tamak untuk meningkatkan hubungan mereka ke tahap yang lebih serius dengan meminta Chen untuk mempertemukannya dengan kedua orang tuanya. Chen langsung setuju, dia akan mencari waktu luang untuk memperkenalkan Pam pada kedua orang tuanya.
Tiba-tiba sekretarisnya Chen datang mengabarkan bahwa dia dipanggil pak presdir. Pam langsung bersikap sok pengertian dengan menyuruh Chen pergi menemui ayahnya.
Tapi dalam perjalanan menuju ruangan pak presdir, Chen bingung melihat para pegawai yang tampak jelas sedang meliriknya. Tak sengaja dia bertubrukan dengan Gina - sekretarisnya Prin yang tidak lihat jalan saking fokusnya menonton video di ponselnya.
Ponsel itu terjatuh gara-gara tubrukan mereka dan Chen melihat video yang sedang ditontonnya adalah video tentang dirinya. Sontak Chen merebut ponselnya dan mendapati itu adalah video yang direkam sama Na kemarin. Di cafenya, Na puas banget menonton videonya yang sekarang viral itu.
Chatchai bukan cuma memanggil Chen, tapi juga Parin karena dia menginginkan mereka untuk berbaikan dan menjernihkan masalah di antara mereka. Mereka harus bekerja sama jika ingin menang melawan pesaing mereka.
Dan masalah proyek The Sun, Chatchai memutuskan untuk menyerahkan proyek itu ke Prin. Chen tidak terima, itu kan proyeknya.
"Sebenarnya, semua proyek adalah milikmu. Aku hanya mengerjakan detilnya untukmu." Ujar Prin. "Atau kau ingin mengerjakan semuanya sendiri?"
Chatchai setuju dengan Prin, lebih baik Chen mengerjakan proyek yang lain saja. Ada banyak pekerjaan lain yang bisa Chen lakukan, untuk apa dia mengerjakan detilnya, Prin sudah melakukannya untuknya.
Kesal, tapi Chen akhirnya menyetujuinya. Dia mau langsung pergi, tapi Chatchai belum selesai dan sekarang memaksa mereka berdua untuk salaman. Chen jelas tidak mau, tapi Chatchai mempelototinya dan Prin langsung menawarkan tangannya. Terpaksalah Chen menjabat singkat tangannya lalu pergi.
Tapi di luar, dia malah melihat Na yang datang mencarinya. Chen langsung sinis, dia datang kemari untuk menuntut uang kompensasi kan? Dia mau berapa? Sebutkan saja.
"Kau sumbar tentang kekayaanmu lagi. Kau pikir cuma kau seorang yang kaya di dunia ini? Masalah kompensasi, tidak perlu. Aku juga kaya, aku mampu bayar sendiri."
"Oh! Video itu, kau yang mempostingnya, kan? Bukankah itu kelewatan, Khun?"
"Tidak mungkin, ini masih belum seberapa dibandingkan tuduhan menyebalkan."
"Aku kan bersedia membayar kompensasi. Dan kalau kau teriak-teriak seperti ini, bagaimana bisa aku memimpin tempat ini? Siapa yang akan mendengarkanku?"
"Lebay! Masalah kecil begini saja digede-gedein."
"Masalah kecil? Bagaimana kalau kau berbalik dan lihat sekitarmu."
Ah! Ternyata para pegawai sedang menonton perdebatan mereka. Oke deh, Na minta maaf. Chen tidak terima, enak aja! Na pikir masalah ini bisa selesai semudah itu? Na sudah mempermalukannya dengan memposting video itu. Ngerti, nggak sih?
"Oke! Silahkan kalau kau mau panggil pengacaramu atau lapor polisi, terserah! Aku tidak akan melarikan diri."
"Oke! Karena pria sejati. Karena kau berani berbuat dan berani bertanggung jawab seperti ini, aku akan berbaik hati dan tidak akan melaporkan ke polisi atau menggugatmu. Tapi... kau harus melakukan sesuatu untuk menyenangkanku. Maka kita akan mengakhiri masalah ini dengan jantan." Ujar Chen dengan senyum liciknya.
Khun Danai puas membaca proposal promosinya Prin dan langsung memuji-mujinya. Tepat saat itu juga, sekretaris datang mengabarkan kedatangan Paramita. Khun Danai yakin bahwa pihak The Emperor belum mau mengalah dengan mudah. Makanya Mitra datang kemari sekarang.
Mitra jelas kaget melihat Prin ada di sana. Dia cepat-cepat menguasai diri dan berusaha tetap profesional saat dia menyapa si klien. Klien memperkenalkan mereka berdua, mengira mereka belum pernah bertemu.
Tapi prin dengan sengaja mengaku bahwa mereka pernah bertemu, Paramita adalah seorang pesaing yang sangat menakutkan dan rela melakukan apa saja agar bisa menang.
Mitra tak gentar dan mengklaim bahwa itu tergantung siapa lawannya. Jika menggunakan kebaikan untuk melawan kejahatan, maka itu tidak akan seimbang.
"Generasi muda jaman sekarang benar-benar orang-orang yang cakap. Mungkin sebentar lagi aku harus mundur." Komentar Khun Danai.
"Kadang sulit menemukan orang yang benar-benar cakap. Karena beberapa orang hanya pintar membangun image." Sindir Mitra.
"Tak peduli sebagus apapun kau membangun image, tapi kurasa orang-orang seperti Khun Danai tidak akan bisa ditipu. Kurasa generasi yang lebih tua, jauh lebih berpengalaman. Mereka bisa melihat permainan siapapun. Mereka tahu segalanya." Balas Prin.
Mengalihkan topik ke masalah bisnis, Danai yakin kedatangan Mitra kemari bukan cuma untuk mengunjunginya. Benar sekali, Mitra datang membawa sebuah proposal untuknya.
Tentu saja dia sudah tahu bahwa Khun Danai sudah memutuskan untuk joint investment dengan Sirimantra, tapi mereka kan belum menandatangani kesepakatan. Karena itulah, Mitra yakin The Emperor masih memiliki kesepakatan.
Khun Danai sungguh menghargai keberanian Mitra. Sayangnya, keputusannya untuk proyek ini sudah bulat. Mungkin dia akan mempertimbangkan The Emperor dalam proyek selanjutnya.
"Khun Parin, kau sudah menemukan seorang pesaing yang ketat." Komentar Khun Danai.
Bersambung ke part 4
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam