Setelah mendengar tentang kondisi ayahnya, Mitra akhirnya memutuskan untuk pulang. Dia juga sudah terlalu lama bersembunyi untuk menyembuhkan lukanya sendiri. Sudah saatnya dia kembali untuk menghadapi kenyataan.
"Kalau kau yakin, bibi akan ikut denganmu."
"Baik. Selain melakukan tugasku sebagai seorang ibu, aku juga harus kembali untuk melakukan tugasku sebagai seorang putri. Aku tidak akan membiarkan ayahku kecapekan sendiri seperti ini lagi."
Tak lama kemudian, Ibunya Prin diundang dalam pesta perpisahan Mitra dan si kembar. Prin menelepon tepat saat itu juga, Ibu langsung antusias memperkenalkan Prin pada si kembar.
"Halo, siapa nama kalian?"
"Nick, Rina. Nama Om siapa?"
"Om? Panggil kakak saja. Nama kakak adalah P'Prin."
"P'Prin!" Sapa Nick dan Rina antusias.
Mitra memanggil si kembar saat itu, sayangnya wajahnya jadi tak terlihat di kameranya Prin gara-gara Rina tak sengaja menumpahkan airnya sehingga Mitra harus menundukkan untuk membersihkan lantai.
Ibu memberitahu Prin bahwa mereka sekarang sedang mengadakan pesta perpisahan untuk Mitra dan si kembar yang mau balik ke Thailand.
Pam sekarang sudah jadi nang'ek yang cukup tenar. Hari itu dia baru saja selesai syuting adegan romantis. Sutradara puas banget dengan hasilnya. Dia langsung memuji-muji bakat akting Pam dan lawan mainnya dengan pujian setinggi langit.
Dan dia memang benar-benar berakting dengan baik, bukan cuma di lakorn, tapi juga di dunia nyata. Di depan orang lain, dia tampak baik dan manis banget. Tepat saat itu juga, dia mendapat kiriman buket bunga entah dari siapa.
Tak lama kemudian, Pam pergi menemui kenalannya yang ternyata Traitot yang hendak mempekerjakannya untuk menjadi presenter proyek barunya perusahaan Emperor. Dia sudah mempresentasikan Pam pada dewan direksi dan mereka sudah menyetujuinya.
Pam langsung senang bin antusias. Tapi... apa putrinya pemilik The Emperor sudah kembali? Traitot berkata belum dan Pam tampak lega. Lalu apa ada pesaing lain dalam proyek ini? Tanya Pam.
Hmm, aneh. Kayaknya dia lebih penasaran sama proyek ini daripada tentang dirinya yang menjadi presenter. Pam dengan canggung beralasan bahwa dia menanyakannya hanya karena dia harus berhati-hati sebagai presenter proyek ini.
Traitot dengan senang hati memberitahunya bahwa pesaing utama mereka adalah Sirimantra Group. Mereka harus berhati-hati terhadap konsep proyek ini, karena itulah Pam diminta untuk menjaga kerahasiaan informasi perusahaan.
"Tentu saja! Aku akan tutup mulut dan diam!" Ujar Pam terlalu antusias. Tapi... si Pam ini kok mencurigakan yah?
Mitra, Bibi Waew dan si kembar akhirnya tiba di Thailand. Si kembar pun diperkenalkan sebagai anak adopsinya Bibi Waew. Kedua orang tua Mitra pun langsung suka sama mereka dan menyambut mereka dengan hangat, sama sekali tidak mencurigai apapun.
Mitra benar-benar galau dengan situasi ini. Setelah Ayah dan Ibu membawa si kembar masuk, Na meyakinkan Mitra untuk tidak mengkhawatirkan apapun. Na janji tidak akan membiarkan Mitra menghadapi hal-hal buruk seorang diri.
"Berjanjilah padaku, kau tidak akan menyembunyikan apapun lagi dariku."
Mitra terharu. "Terima kasih. Aku bahagia memiliki seorang teman baik sepertimu."
"Tentu saja aku baik."
Malam harinya saat berkumpul mereka berkumpul bersama, Ayah tiba-tiba bertanya apakah ada sesuatu yang ingin Mitra katakan padanya. Mitra gugup seketika, apa yang harus dia katakan?
"Kau sekarang sudah lulus. Kapan kau akan membantu ayah bekerja?" Tanya Ayah.
Fiuh! Ternyata cuma itu. Mitra meyakinkan bahwa dia sudah siap untuk mulai kerja kapan saja. Baguslah. Kalau begitu, besok Mitra ikut Ayah ke kantor. Besok ada meeting dengan perusahaan konstruksi. Ayah akan memperkenalkan Mitra sebagai partner perusahaan.
Meeting yang dimaksudnya Poramin itu, ternyata juga dihadiri oleh Prin dan Chatchai. Tapi tujuan utama Chatchai menghadiri meeting ini sama sekali bukan untuk urusan proyek, melainkan untuk melihat wajah si pecundang itu (Poramin). Apa dia belum datang?
Poramin dan Mitra baru datang saat itu dan langsung disambut sama Traitot yang sepertinya kesengsem sama Mitra yang cantik. Tapi begitu mereka masuk, langkah Poramin terhenti seketika begitu melihat Chatchai.
Mitra pun tercengang saat melihat pria yang bersama Chatchai. Prin tiba-tiba menoleh padanya, Mitra sontak memalingkan muka dan bergegas melarikan diri ke toilet. Dia benar-benar ketakutan, melihat pria itu membuatnya kembali teringat kenangan buruk malam itu.
Poramin cemas saat Mitra belum kembali juga bahkan setelah meeting usai, tidak bisa dihubungi pula. Parahnya lagi, Chatchai tiba-tiba mendekatinya, pura-pura mencemaskan keadaannya, tapi jelas dia hanya mau menyindir kekalahan Poramin dalam proyek ini. Bisnis memang seperti ini, hanya orang kuatlah yang bisa melanjutkan.
Poramin tak gentar dan dengan tenang memberitahu Chatchai bahwa ada satu prinsip lagi dalam bisnis. Yaitu kejujuran. Chatchai sinis mendengarnya, kejujuran dan kebodohan itu cuma beda tipis.
Poramin jelas tersinggung mendengarnya. Prin buru-buru menyela dan dengan sopan mengharap semoga kedua perusahaan mereka bisa bekerja sama suatu hari nanti.
"Saat Sirimantra sudah tahu tentang kejujuran, baru kita bisa bicara." Sinis Poramin lalu pergi. Chatchai puas banget, tapi Prin tak senang dan langsung pergi.
Mitra langsung pergi menemui Na dan menceritakan segalanya. Dia sungguh tidak mengerti kenapa dia harus bertemu dengan pria itu lagi? Apa yang harus dia lakukan sekarang? Dia tidak mau melihat wajah pria itu seumur hidupnya.
Na prihatin melihatnya. Dia mengerti kalau ini adalah masalah yang selalu menghantuinya selama ini. Tapi Mitra tidak bisa hidup dalam kegelapan seperti ini terus menerus.
"Lagipula kau tidak melakukan kesalahan apapun, jadi kenapa kau harus melarikan diri?"
"Karena aku takut."
"Aku mengerti. Kau mungkin ketakutan harus bertemu dengan pria jahat seperti itu lagi. Tapi tak ada pilihan lain, kau juga harus melawan balik."
Kembali ke kantor, Chatchai mengungkapkan kepuasannya pada para pegawainya. Dia yakin sebentar lagi Emperor tidak akan bisa menghalangi jalan mereka dalam industri ini.
Prin yang tidak senang, seharusnya mereka tidak mengalahkan Emperor melalui koneksi. Berdasarkan hasil kerja mereka sendiri saja, mereka sebenarnya sudah lebih unggul daripada Emperor.
Chatchai tak senang mendengarnya. "Khun Parin, aku pengalamanku lebih banyak darimu. Dalam industri ini pasti akan ada liku-liku. Kita tidak main curang, kita hanya punya sekutu yang bagus. Itu saja. Kau kerjakan saja tugasmu sendiri, yang lainnya biar kutangani sendiri."
Dia juga baru mendapat kabar bahwa Emperor akan meluncurkan proyek baru, Chatchai ingin melakukannya sebelum mereka. Chen dengan sangat yakin berkata bahwa mereka pasti akan bisa meluncurkan proyek mereka mendahului Emperor. Dia jamin tidak akan mengecewakan Chatchai. (Hmm... aneh sekali. Kenapa dia bisa yakin banget?)
Saat Mitra pulang, si kembar langsung berlarian menyambutnya. Babysitter mereka heboh mengejar mereka sambil berusaha meminta mereka untuk tidak lari biarpun tidak jatuh, tapi ujung-ujungnya dia sendiri yang jatuh.
Bibi Waew sampai heran sama si babysitter ceroboh itu. Dia yang menjaga anak-anak atau anak-anak yang menjaganya? Ibunya Mitra yang mempekerjakan si babysitter bernama Jane itu untuk mengasuh anak-anak.
"Oh, baguslah. Jadi ada yang bisa menjaga anak-anak selama aku kerja."
Mitra lalu meminta Jane untuk membawa anak-anak, sementara dia bicara berdua dengan Bibi Waew dan menceritakan padanya tentang pria itu. Parahnya lagi, pria itu bekerja di Sirimantra, saingan berat perusahaan mereka.
"Lalu apa yang akan kau lakukan?"
"Aku... aku akan berusaha menjauh sejauh mungkin darinya. Aku tidak akan membiarkannya dekat-dekat denganku lagi."
"Mitra, apapun yang kau lakukan, kau harus hati-hati. Musuh sangat dekat seperti ini, bibi tidak percaya."
Bersambung ke part 5
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam