Begitu kembali ke asrama, Sang Tian membawakan beberapa jenis udang untuk mengambil hati Wen Bing. Dia bahkan berbaik hati mengupaskannya untuk Wen Bing. Tapi Wen Bing masih kesal dan cemburu, dan menolak memakannya, katakan saja apa yang ingin Sang Tian katakan.
"Aku hanya ingin menjelaskan kepadamu. Perasaanku padamu..."
"Jangan berharap! Aku tidak tertarik padamu. Kau tidak bisa memilikiku!" Sewot Wen Bing lalu pergi. Wkwkwk! Kekanak-kanakan banget.
Sang Tian jadi kesal karenanya dan langsung melampiaskannya dengan menggambar babi sambil mengutuki Wen Bing. Xiao Rou heran melihatnya, Wen Bing membuat Sang Tian kesal lagi? Apa yang dilakukan Wen Bing?
"Aku tidak ingin melihatnya lagi!"
Pada saat yang bersamaan, Wen Bing sedang diomeli Min Jun yang sangat tidak setuju dengan sikap Wen Bing terhadap Sang Tian. Kalau Wen Bing terus menerus memperlakukan gadis dengan cara seperti itu, dia akan sendirian selamanya.
"Aku hanya khawatir. Aku khawtair hubunganmu dengan teman sekamarmu akan rusak. Kau melukai harga dirinya tanpa alasan. Aku khawatir dia tidak akan mau bicara denganmu lagi."
"Itu tidak mungkin!"
Tapi Min Jun benar. Saat dia kembali ke asrama, Sang Tian ngambek dan tidak membalas sapaannya. Bahkan saat dia mencoba menanyakan masalah kelas besok, Sang Tian tetap mendiamkannya.
Dia mencoba menyenangkannya dengan membelikannya teh susu, tapi ngomongnya sombong banget, mengklaim kalau dia tidak membeli itu khusus untuk Sang Tian.
Tanpa mengucap apapun, Sang Tian langsung mengembalikannya lalu menutup kupingnya dengan headset. Wen Bing bingung, kenapa Sang Tian masih marah juga? Apa mungkin karena buku merah kecil itu? Masa dia diabaikan cuma karena masalah remeh begini?
Maka kemudian dia memutuskan untuk mengembalikan buku merah itu, tapi sikapnya masih saja angkuh dan mengklaim kalau dia mengembalikan buku itu karena buku itu tidak berguna baginya.
Sang Tian langsung memasukkan buku itu ke dalam lacinya lalu naik ke ranjangnya tanpa mengucap sepatah kata. Wen Bing tambah bingung, kenapa Sang Tian masih belum mau bicara dengannya setelah dia mengembalikan buku itu? Perempuan benar-benar sulit dipahami.
Keesokan harinya, Sang Tian keluar asrama sambil menggerutu kesal merutuki Wen Bing. Dasar brengsek! Habis memerintahkannya melakukan sesuatu, lalu tiba-tiba bersikap baik seolah tidak pernah terjadi apa-apa.
"Dia benar-benar sulit dipahami. Dia bahkan bilang kalau aku ingin memilikinya. Siapa yang menginginkanmu? Nyebelin!"
Saking kesalnya, Sang Tian sampai tak sengaja menendangkan kakinya ke pembatas jalan yang jelas saja langsung membuatnya kesakitan. Tiba-tiba dia mendapat pesan dari Pelatih Ma yang menyuruhnya untuk mengambil sarung tangan dari ruang peralatan.
Tapi saat dia hendak keluar dari ruang peralatan, tiba-tiba terdengar suara Pelatih Xue yang memerintahkan para mahasiswinya untuk mengambil kostum seluncur indah mereka.
Pelatih Xue memang tidak ikut masuk, tapi ia menunggu di luar. Sang Tian jadi tidak bisa keluar. Terpaksa dia harus menyembunyikan diri sambil mengintip para wanita yang sedang memilih kostum itu.
Sepertinya dia hanya bisa keluar setelah orang-orang itu selesai. Tapi mereka cukup lama dan Sang Tian lama-lama jadi ngantuk... hingga akhirnya dia tertidur.
Saat dia terbangun, dia malah mendapati hari sudah malam. Tapi saat dia hendak keluar, ternyata ruangan itu sudah terkunci. Parahnya lagi, tak ada seorangpun yang mendengar teriakannya dan HP-nya lowbet. Sang Tian kedinginan, tapi tak ada yang bisa dilakukannya. Sepertinya dia harus menginap di sini.
Wen Bing heran saat Sang Tian belum pulang juga. Tiba-tiba pintu terbuka. Dia hampir senang mengira Sang Tian yang datang, tapi ternyata malah Sang Zhan. Dia datang untuk mencari Sang Tian. Di mana dia?
Wen Bing sinis. "Kau kan sahabatnya, kenapa kau tidak tahu dia ada di mana?"
"Kenapa juga aku datang kalau aku tahu? Dia mematikan HP-nya."
Wen Bing jadi heran dan langsung mencoba meneleponnya tapi tiba-tiba saja dia melihat Sang Zhan mau minum pakai gelasnya Sang Tian. Wen Bing sontak cemburu dan langsung merebut gelas itu lalu menyembunyikannya di dalam kulkas.
Beberapa lama mereka menunggu, tapi Sang Tian masih juga belum pulang. Tapi Sang Zhan santai-santai saja, malah keasyikan main game. Wen Bing menatapnya dengan sinis. Bagaimana bisa Sang Tian bertemu seseorang yang kelasnya begitu rendah? Seleranya sangat buruk.
Jam setengah 10. Sang Tian berusaha menjaga dirinya tetap hangat dengan berolahraga, tapi lama kelamaan, dia kelelahan dan lemah. Berpikir dia tidak akan kedinginan lagi setelah tidur, Sang Tian pun pingsan.
Sang Zhan akhirnya selesai nge-game dan mulai benar-benar cemas sekarang. Biasanya sesibuk apapun dia, Sang Tian selalu pulang sebelum jam 10 malam. Jangan-jangan Sang Tian dalam masalah.
Wen Bing yang sedari tadi gelisah, akhirnya beranjak pergi mencari Sang Tian. Dia mencoba menanyai teman-temannya, tapi tak ada satupun yang melihat Sang Tian.
Wen Bing dan Sang Zhan akhirnya memutuskan untuk berpencar. Wen Bing mencoba mencari di ruang ganti dan gelanggang es, tapi Sang Tian tidak ada di mana-mana. Sang Zhan juga tidak bisa menemukannya.
Wen Bing tiba-tiba punya ide. Mereka pun mencoba mencarinya melalui CCTV. Tapi tentu saja itu tidak mudah bagi Sang Zhan, apalagi banyak sekali orang yang berlalu lalang seharian.
Tapi di saat seperti ini, penyakitnya Wen Bing yang cuma bisa melihat Sang Tian, jadi sangat berguna. Dia langsung menyuruh petugas untuk mempercepat rekamannya dan Wen Bing langsung bisa melihat Sang Tian yang tampak memasuki ruang peralatan.
Wah! Sang Zhan benar-benar kagum padanya. Wen Bing mengabaikannya dan langsung lari duluan ke sana, dan mendapati ruangan itu terkunci. Dia mencoba memanggil Sang Tian tapi tidak ada jawaban.
Cemas, Wen Bing langsung menendang pintu itu sampai terbuka dan menemukan Sang Tian pingsan dalam keadaan tubuh kedinginan. Wen Bing langsung memakaikan jaketnya lalu membopong Sang Tian keluar.
Sang Zhan membantu memayungi mereka dari hujan salju. Sang Tian akhirnya tersadar dan langsung canggung menyadari dirinya berada dalam pelukan Wen Bing, dan langsung minta diturunkan.
Melihat Sang Zhan juga ada di sana, Sang Tian sontak menjewernya dengan kesal. Dia kan sudah bilang jangan datang! Saat itulah Sang Zhan akhirnya jujur mengakui dirinya sebenarnya adiknya Sang Tian. Masa sebagai adik dia tidak boleh menemui kakaknya sendiri?
Dan lagi, biarpun Wen Bing yang menyelamatkan Sang Tian, tapi Wen Bing tidak mungkin tahu Sang Tian berada dalam masalah kalau bukan karena dia. Sang Tian tersentuh mendengar Wen Bing-lah yang menyelamatkannya.
Melihat tatapan Sang Tian pada Wen Bing, Sang Zhan akhirnya menyadari sudah waktunya baginya untuk pergi. Sudah larut malam, dia harus balik sekarang.
"Kuserahkan kakakku padamu." Ujar Sang Zhan.
Tapi kemudian dia membisiki Sang Tian untuk mengambil kesempatan ini dan cium Wen Bing. Dia langsung mendorong Sang Tian ke Wen Bing lalu pergi.
Wen Bing dengan manisnya memakaikan jaketnya kembali ke Sang Tian sambil menanyakan apa yang dibisikkan adiknya barusan. Sang Tian canggung menyangkal lalu buru-buru beralih topik mengajak Wen Bing pulang.
Mereka pun berjalan pulang bersama, melewati padang bunga yang biasanya. Sang Tian penasaran bagaimana caranya Wen Bing bisa menemukannya?
"Melalui CCTV."
"Hah?"
"Saat anjing hilang, inilah yang dilakukan pemiliknya."
"Kau anjingnya!"
Sang Tian kesal dan mau pergi duluan. Tapi tiba-tiba dia memberitahu Wen Bing bahwa tali sepatunya longgar. Tapi saat Wen Bing menunduk untuk membetulkan tali sepatunya, Sang Tian cepat-cepat membuat bola salju lalu melemparnya ke Wen Bing.
Dan jadilah mereka perang main lempar bola salju dengan riang gembira... sampai saat Sang Tian tiba-tiba terpeleset dan oleng. Wen Bing sigap menariknya sehingga Wen Bing-lah yang terjatuh ke tanah duluan dan Sang Tian terjatuh menimpanya sehingga bibirnya tak sengaja mencium Wen Bing lagi. Dan lagi-lagi lingkaran sinar ajaib muncul di antara mereka gara-gara ciuman itu.
Bersambung ke episode 5
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam