Seorang pria Traitot datang untuk melamar kerja pada Ayahnya Mitra dan berkomentar bahwa strategi marketing mereka kurang. Karena itulah dia menyarankan agar mereka mengembangkan strategi marketing mereka menjadi lebih modern.
Ayah sepertinya benar-benar menyukai Traitot dan langsung memuji-muji idenya. Saat Ayah mengeluhkan masalah saingan mereka - Sirimantra, Traitot memberitahu bahwa itu karena Sirimantra memiliki sesuatu yang selangkah lebih maju dari mereka.
Sirimantra memiliki seorang pemimpin baru dalam departemen marketing. Seorang generasi muda yang cakap dan punya pandangan luas dalam marketing. Nama orang itu adalah Parin.
Mendengar itu, Ayah langsung menyambutnya untuk bergabung di perusahaan mereka dan menaruh harapan besar pada Traitot untuk mengalahkan Parin.
4 bulan kemudian...
Mitra akhirnya melahirkan sepasang bayi kembar pengantin. Biarpun sempat tak menginginkan mereka, pada akhirnya dia benar-benar menyayangi mereka sepenuh hati dan membesarkan mereka sendiri dengan hanya dibantu Bibi Waew.
Ibunya Prin menelepon putranya sambil protes karena belakangan ini Prin jarang menghubunginya. Dia sibuk banget yah? Prin membenarkannya, kebetulan Chatchai ingin memindahkan kantornya ke tempat lain. Dia ingin membeli beberapa hotel lain.
"Ayah juga bilang bahwa sejak kau membantunya bekerja, keuntungan perusahaan jadi semakin lebih baik."
Prin langsung tak senang mendengar nada penuh cinta setiap kali ibu membicarakan Chatchai. Tapi Ibu memperhatikan sepertinya Prin kurusan. Jangan kebanyakan kerja, dia juga harus istirahat.
"Iya, Bu. Lalu bagaimana kabar Ibu? Baik-baik saja."
"Ibu baik. Belakangan ini Ibu berkunjung ke rumah Bibi Waew untuk membantunya membesarkan cucu-cucunya."
Apa Prin ingat bahwa Bibi Waew punya keponakan yang tinggal bersamanya? Anak itu kasihan sekali. Di sini dia harus menjadi seorang ibu tunggal padahal dia masih sangat muda.
Pria itu benar-benar buruk dan tidak bertanggung jawab. Prin tidak boleh melakukan hal semacam itu pada siapapun, dia harus menghormati wanita. Prin sontak terdiam canggung, benar-benar menyesali perbuatannya yang dulu.
Tapi Ibu kagum juga sama keponakannya Bibi Waew, dia mampu membesarkan bayi kembarnya sampai mereka hampir berusia satu tahun sekarang. Anak-anaknya sangat imut. Kalau Prin melihat mereka, dia juga pasti suka. Dan benar saja, saat Ibu mengirimkan foto-foto si kembar, Prin secara insting langsung suka sama mereka.
Tapi sekarang Mitra memutuskan untuk memberikan kedua anaknya untuk adopsi agar Mitra bisa melanjutkan hidupnya dan memiliki masa depan yang lebih baik.
Bibi Waew membantunya mencarikan orang tua angkat untuk mereka, dan hari itu juga mereka datang untuk mengambil si kembar. Tapi Mitra seketika menyesali keputusannya dan langsung keluar untuk mengambil kedua anaknya kembali.
"Sekarang aku mengerti cinta seorang ibu pada anak-anaknya, Bibi Waew. Maaf karena membuatnya jadi rumit begini."
"Tidak masalah. Lalu apa yang akan kau lakukan selanjutnya?"
"Aku belum memikirkannya. Aku hanya tahu bahwa aku harus mengurus mereka sebaik mungkin."
"Kenapa kau tidak memberikan mereka pada bibi saja?"
Jadi begini rencana Bibi Waew, mereka akan bilang pada ayah dan ibunya Mintra bahwa kedua anak itu adalah anak adopsinya Bibi Waew dari seorang pasien di rumah sakit. Agar semakin meyakinkan, mereka akan membuat dokumen adopsi legal.
Dengan begitu, Mitra bisa tetap dekat dengan anak-anaknya dan takkan ada seorangpun yang mengetahui masalah ini. Mitra galau tapi itu ide yang bagus.
3 tahun kemudian...
Bisnis perusahaan ayahnya Mitra sepertinya sedang bermasalah. Dalam rapat hari itu, para dewan direksi marah-marah pada Ayah karena keuntungan perusahaan mereka yang semakin lama semakin anjlok. Mereka bahkan menuntut Ayah untuk mengundurkan diri saja kalau dia sudah tidak mampu.
Traitot berusaha membela Ayah, tapi para dewan direksi sontak berbalik menargetnya dan manyalahkannya. Semua ini terjadi gara-gara Traitot yang bodoh, makanya dia tidak bisa menang melawan kompetitor mereka. Karena itulah mereka menuntut Ayah untuk turun dari posisinya.
Ayah tidak terima. "Akulah yang membangun perusahaan ini. Aku tidak akan pernah menghancurkan Emperor dengan tanganku sendiri. Dan akan kubuat kalian semua melihat bahwa kita tidak akan kalah."
"Pastikan kau melakukan apa yang kau ucapkan. Jika tidak, kami akan menyerang semua eksekutif. Termasuk kau!" Ancam seorang direktur. Ayah sontak emosi, tapi itu malah membuat jantungnya tiba-tiba jadi kumat.
Chatchai puas banget dengan kemenangan mereka. Ingin sekali dia melihat mukanya si Poramin (Ayahnya Mitra). Mungkin sekarang ini dia sedang muntah darah.
"Kita bisa seperti ini karenamu." Puji Chatchai. "Kau mau apa? Katakan saja?"
"Aku ingin ibuku kembali ke Thailand."
Senyum Chatchai memudar seketika. "Tidak bisa."
"Kenapa? Mau sampai kapan kau akan merahasiakan Ibu seperti ini? Ibu juga punya hati. Aku kasihan sama Ibu."
"Aku memilih jalan terbaik untuk semua orang."
"Kau memilih jalan terbaik untuk dirimu sendiri. Kau egois."
"Diam! Apa kau lupa kalau aku adalah ayahmu?"
Tepat saat itu juga, Nanthawan datang dan langsung penasaran sama obrolan mereka. Chatchai mengklaim cuma masalah pekerjaan lalu mengusir Prin. Nanthawan datang karena dia baru saja mendengar tentang Poramin yang sakit jantung dan sekarang dia sedang dirawat di rumah sakit.
Pasutri itu senang bukan main, malah semakin mengutuki Poramin. Dari percakapan mereka, ternyata kedua keluarga mereka pernah punya masalah di masa lalu yang menyebabkan keluarga Chatchai jadi dendam sama keluarga Poramin. Sepertinya dulu keluarganya Poramin menuduh keluarga mereka melakukan penipuan.
Tapi Chatchai tak bisa senang sepenuhnya karena biarpun saingan mereka di ambang kehancuran, tapi dia ingin putra mereka bekerja dengan serius di perusahaan. Bagaimanapun, perusahaan ini akan menjadi milik Chanathip di kemudian hari. Dia khawatir kalau Chanathip tidak mau serius seperti ini terus.
Karena sekarang mereka resmi diadopsi Bibi Waew, Nick dan Rina jadi menganggap Mitra sebagai kakak mereka dan memanggilnya P'Mitra. Mereka semua hidup bahagia bersama di Amerika.
Sayangnya dia tidak tahu kondisi ayahnya yang sekarang. Apalagi Ibu dan Ayah dan memang sengaja tidak memberitahunya karena tak ingin membuatnya cemas.
Tapi Na kurang setuju. "Bagaimanapun, Mitra tetap harus tahu tentang masalah ini, Bu."
Karena Mitra sendiri tidak bisa dihubungi, akhirnya Na memutuskan untuk datang dadakan ke Amerika dan jelas kaget saat melihat Mitra muncul di depan pintu bersama si kembar. Mitra pun kaget melihatnya.
Mitra akhirnya menceritakan segalanya pada Na. Na langsung emosi karena Mitra malah menyembunyikan masalah ini darinya. Apa Mitra masih menganggapnya sebagai teman?
"Dengerin dulu, Na. Segalanya terjadi begitu cepat, aku sendiri tidak tahu harus bagaimana. Untungnya aku harus ke luar negeri untuk melanjutkan studiku, makanya masalah ini bisa dirahasiakan."
"Kenapa orang baik sepertimu harus mengalami hal seburuk ini? Siapa pria itu? Biar kutonjok muka si bajingan itu!"
Mitra seketika terdiam sedih tak bisa menjawabnya. Na melunak seketika, Mitra pasti mengalami kesulitan besar, makanya Mitra jarang menghubunginya. Iya kan?
"Maaf, Na. Waktu itu aku tidak melihat jalan keluar. Aku tidak tahu dari mana harus memberitahumu."
"Aku mengerti. Jika aku jadi dirimu, aku mungkin tidak akan bisa hidup sampai sekarang. Kau jadi semakin dewasa, Mitra."
"Bisakah aku minta bantuanmu? Tolong rahasiakan masalah ini dari ayah dan ibu."
Bersambung ke part 4
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam