Paramita atau nama panggilannya adalah Mitra, putri tunggal seorang pebisnis hotel besar, tengah berpesta merayakan kelulusan bersama teman-temannya di hotel.
Di tempat itu pula, Parin atau nama panggilannya Prin, menginap dan melihat pesta mereka. Dan seketika itu pula dia langsung terpesona pada Mitra.
Pesta kebun mereka berlanjut ke bar. Dan Prin juga mengikuti mereka hanya demi memandangi Mitra dari kejauhan.
Tapi kebahagiaan para wanita itu tiba-tiba terganggu saat seorang teman mereka yang tak diundang - Pam, datang dan langsung memaksakan diri untuk bergabung bersama mereka.
Jelas hubungan para gadis itu dengan Pam tidak baik. Apalagi Pam langsung menyombongkan dirinya yang baru saja melakukan casting untuk peran nang'ek (pemeran utama wanita). Dia yakin dia pasti bisa mendapatkan peran itu.
Dia bahkan menawarkan bantuannya pada Mitra, siapa tahu Mitra juga menginginkan peran seperti ini. Mitra pasti bisa jadi pemeran utama kedua atau jadi temannya nang'ek.
"Hei, kalau Mitra ikutan. Mereka pasti akan lebih memilih Mitra dan bukan kau. Ke mana pun kau pergi casting, kau pasti capek dengan sia-sia. Kulihat kau selalu melakukan casting seumur hidupmu." Ejek salah satu temannya Mitra - Na.
"Hei! Jangan bicara sarkas padaku. Siapa yang bisa hidup nyaman sepertimu yang setiap hari cuma perlu mengulurkan tangan dan minta uang sama ayah dan ibumu tanpa perlu bekerja!"
"Aku memang kaya, memangnya aku membuat orang lain dalam masalah, gitu? Tapi aku tidak pernah berteman dengan siapapun hanya karena mereka kaya atau miskin. Jika tidak, aku tidak akan berteman denganmu!"
Kedua wanita itu terus saja ribut dan dilihat banyak orang... sampai saat Mitra bertindak menengahi kedua wanita itu. Heran dia, mereka berdua ini selalu saja bertengkar. Sampai lulus pun mereka masih bertengkar, nggak capek apa? Mereka di sini untuk bersenang-senang.
"Benar sekali. Kenapa kalian berdebat? Nona muda Hotel Emperor jadi tidak bisa bersenang-senang." Ujar salah satu wanita sambil melirik Pam dengan sinis.
Para wanita itu mau bersulang, tapi Pam lagi-lagi cari perkara saat dia melihat minuman mereka. Mereka tuh lagi merayakan perpisahan untuk Mitra dan bukannya merayakan hari anak. Jadi seharusnya mereka minum alkohol dong, masak cuma minum minuman manis semacam ini.
"Kalau kau ingin mabuk, kau minum saja sendiri." Ketus Na. Para wanita itu langsung bersulang tanpa mengajak Pam.
Pam jadi kesal dan memutuskan pergi ke bar. Di sana, dia melihat Prin yang tampak jelas sedang memperhatikan Mitra. Pam lalu memesan minuman yang kuat. Si bartender memberinya segelas sambil berbisik kalau dia punya minuman lain yang jauh lebih keras daripada ini.
Pam mengabaikannya awalnya lalu mulai mendekati Prin. Tapi Prin cuek saking terpesonanya sama Mitra yang saat itu dipanggil ke atas panggung.
"Kalau kau ingin mengenalnya, aku bisa memperkenalkannya padamu." Ujar Pam.
Tapi kemudian dia sengaja menghasut Prin dengan mengklaim bahwa Mitra tidaklah 'sepolos' yang dia kira. Dan Prin mempercayainya begitu saja. Pam langsung punya ide licik lalu meminta minuman keras yang ditawarkan si bartender tadi.
Dia lalu mendekati Mitra yang kebetulan sedang sendirian. Diam-diam dia mencampur obat itu ke dalam minumannya Mitra saat Mitra sedang tidak melihat, lalu mengajak Mitra bersulang.
Mitra yang tidak curiga apapun, langsung saja meminum minuman itu. Obat itu bereaksi dengan cepat dan Mitra tiba-tiba jadi gelisah dan pandangannya semakin lama semakin mengabur.
Tak lama kemudian, Pam menyeret Mitra yang sudah teler ke salah satu kamar hotel bersama Prin yang kemudian memberi Pam beberapa lembar uang. Astaga! Dia dijual (teman bajingan!).
Prin membawanya masuk sebelum kemudian mulai menciumi Mitra... sampai saat dia mendapati Mitra ternyata masih perawan. Prin kaget, tapi Mitra yang sudah teler, malah terus menciumnya.
Keesokan harinya saat Mitra terbangun, dia langsung kaget mendapati dirinya terbangun di tempat asing dan ada seorang pria asing yang masih tidur di sampingnya. Parahnya lagi, mereka hanya terbungkus selembar selimut. Kaget dan bingung, Mitra buru-buru mengambil bajunya dan melarikan diri.
Na bingung karena Mitra tidak bisa dihubungi sama sekali. Saat dia mencoba tanya ke resepsionis hotel, ternyata Mitra sudah check out dan hanya menitip pesan bahwa dia pergi duluan dengan alasan ada urusan mendesak.
Saat Prin terbangun tak lama kemudian, sudah tidak ada siapa-siapa di sana. Tapi dia melihat ada bekas darah di sprei. Prin jadi merasa bersalah dan bergegas ke resepsionis untuk menanyakan tentang Mitra, tapi dia tidak tahu siapa namanya, jadi dia hanya menanyakan tentang para gadis yang mengadakan pesta semalam.
Resepsionis pun memberitahu bahwa mereka semua sudah check out. Dia mencoba meminta nama dan kontak wanita itu. Tapi tentu saja resepsionis tidak bisa memberikannya karena aturan hotel.
Tapi kemudian dia melihat Pam ada di lobi, habis ngobrol dengan seorang pria. Prin langsung mengonfrontasinya karena wanita yang bersamanya semalam tidak seperti yang Pam bilang. Tapi Pam malah pura-pura tak kenal, bahkan mengancam akan memanggil sekuriti kalau Prin tidak berhenti mengganggunya.
Saat Mitra tiba di rumah, Ibu memperhatikan mukanya pucat dan jadi cemas. Tapi Mitra tak ingin membuat Ibu cemas, jadi dia sengaja merahasiakannya dan mengklaim kalau dia hanya pusing dan bergegas pamit mau mandi.
Mitra mulai teringat kejadian semalam yang sontak membuatnya jadi jijik hingga dia menggosok badannya keras-keras dan menjerit histeris saat kenangan itu tak mau hilang dari pikirannya.
Saat dia keluar tak lama kemudian, Na ternyata sudah menunggunya. Na benar-benar cemas karena Mitra tak bisa dihubungi sama sekali sejak kemarin malam. Apa Mitra baik-baik saja? Mukanya pucat.
Mitra berbohong kalau dia baik-baik saja, hanya sakit kepala. Bahkan saat Na menanyakan ke mana dia semalam, Mitra mengklaim kalau dia hanya tidak ingin mengganggu kesenangan mereka, jadi dia pergi diam-diam. Dia baik-baik saja kok, cuma perlu tidur dan istirahat, nanti pasti akan pulih.
Mitra langsung memeluknya dengan haru, dia benar-benar bahagia memiliki teman yang begitu baik seperti Na. Na heran mendengar kesedihannya. Mitra kan cuma akan pergi ke luar negeri untuk melanjutkan studinya selama beberapa tahun. Kenapa harus drama banget?
"Kau mampu. Kau pasti bisa kembali secepatnya untuk membantu bisnis keluarga. Kau adalah putri yang sangat dibanggakan oleh ayah dan ibumu, Mitra."
Ucapannya kontan membuat Mitra jadi semakin sedih dan langsung memeluk Na erat-erat.
Tak lama kemudian, Mitra sudah tiba di rumah bibinya di New York. Bibi Waew menyambutnya dengan hangat, benar-benar senang bertemu Mitra. Tapi Bibi Waew memperhatikan Mitra tampak sedih. Bibi jadi khawatir dan mencoba membujuk Mitra untuk curhat padanya. Tapi lagi-lagi, Mitra memutuskan merahasiakan masalahnya.
Tapi setelah beberapa bulan di sana, Mitra tiba-tiba merasa ada yang tidak beres dengan tubuhnya. Dia jadi curiga dan langsung membrowsing tentang gejala kehamilan.
Dan saat dia mencoba pakai testpack, dia mendapati hasilnya positif. Mitra benar-benar jadi frustasi hingga dia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.
Bibi Waew baru pulang saat itu dan bingung saat mendapati rumah gelap. Ia langsung mencari-cari Mitra, tapi tak menemukannya di kamar. Bibi pun membuka kamar mandi tapi malah shock mendapati Mitra hampir mau menyayat lengannya sendiri. Bibi sontak panik dan bergegas membawanya keluar.
1 Comments
Loved
ReplyDeleteHai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam