Sinopsis My Unicorn Girl Episode 3 - 3

Wen Bing sedang menggambar Sang Tian lagi saat Min Jun datang sambil bertanya-tanya keheranan. Dia sungguh tidak mengerti kenapa Wen Bing malah tinggal bersama Sang Tian padahal Wen Bing sudah tahu kalau dia wanita?


Oh! Dia tahu, Wen Bing pasti takut orang lain merundungnya, Wen Bing berniat melindungi Sang Tian secara diam-diam, kan? Wen Bing menyangkal dan beralasan kalau dia hanya berjaga-jaga. Ini gara-gara Min Jun!

Min Jun langsung ketakutan dipelototi Wen Bing. Mana dia tahu kalau ternyata yang tinggal seasrama dengannya adalah saudaranya Sang Tian.


Sang Tian curhat sama Xiao Rou tentang Wen Bing dan segala kelicikannya. Dia yakin banget Wen Bing tadi sengaja menipunya biar dia mengeluarkan gunting biar dia menang.

"Aku harus mengungkap rahasianya di Sekolah Bisnis Shuren!"

Xiao Rou tetap tenang mengingatkan Sang Tian bahwa dia dan Wen Bing sekarang teman sekamar. Sebaiknya mereka tinggal bersama dengan damai. Bersahabatlah dengannya.

"Aku tidak mau bersahabat dengannya! Melihatnya saja membuatku kesal."

"Lihatlah betapa marahnya dirimu. Aku yakin kau tidak bisa menciumnya."

"Bisa-bisanya kau mengolokku saat aku sedang sangat marah?"

"Ini masalah penting yang akan mengubah nasibmu. Nasibmu mungkin akan berubah setelah kau menciumnya. Coba saja."

Sang Tian dengan canggung mengaku kalau dia sebenarnya sudah berusaha mencobanya, tapi gagal dan tidak terjadi apa-apa. Malah Wen Bing hampir mengambil keuntungan darinya.

Xiao Rou jadi khawatir juga mendengarnya. Itu terlalu berbahaya. Jangan dicoba lagi deh, Sang Tian mungkin bisa mendapat masalah kalau begini terus.

Sang Tian santai. Wen Bing tidak akan berani soalnya dia memegang rahasianya Wen Bing. Sudah waktunya dia latihan, Sang Tian pun pamit.

Tapi tiba-tiba perutnya sakit, sepertinya tamu bulanannya datang. Sang Tian pun memutuskan mampir ke mini market terdekat tepat saat dia ditelepon Xiao Xiao yang menyuruhnya untuk segera datang soalnya Pelatih Ma biasanya datang 10 menit lebih awal. Kalau dia datang lebih lambat dari Pelatih Ma, dia bakalan dihukum.

Sang Tian mengiyakannya dan bergegas memilih salah satu pembalut. Tapi tiba-tiba ada Meng Na muncul dan mengenalinya sebagai teman sekelasnya Wen Bing. Terang saja Sang Tian jadi panik dan langsung berusaha menyembunyikan pembalutnya di balik punggungnya.

Meng Na dengan ramah mengajaknya kenalan. Sang Tian dengan canggung mengulurkan satu tangannya, tapi tentu saja perbuatannya itu membuat Meng Na jadi penasaran. Sang Tian sedang mencari apa? Apa dia butuh bantuannya.

Sang Tian panik menolak, tapi Meng Na penasaran banget dengan benda yang sedang disembunyikannya. Sang Tian panik menjauh dan asal saja mengambil barang di belakangnya... tepat saat Meng Na mengambilnya.

"Ini kan... cuma masker wajah. Tidak perlu malu untuk membeli ini."

Fiuh! Untungnya tidak ketahuan. Meng Na pun pamit dan pergi. Sang Tian akhirnya bisa bernapas lega.


Tapi gara-gara itu, dia jadi terlambat. Pelatih Ma tidak mau terima alasan apapun, apalagi Sang Tian adalah ketua regu tapi malah terlambat. Karena itulah, Ketua Ma menghukumnya menjadi penjaga gawang yang harus menghadang 100 tembakan. Sang Tian tercengang mendengar hukuman sebanyak itu.

Pelatih Ma sinis menyuruhnya pulang saja kalau dia tidak sanggup. Sang Tian menolak menyerah dan langsung setuju. Wen Bing cemas, tapi tak ada yang bisa dilakukannya. Pelatih Ma bahkan mengancam akan menghukum siapapun yang tidak serius memukulkan puck-nya ke Sang Tian.

Satu per satu, mereka mulai menembakkan puck-puck mereka ke Sang Tian yang harus jatuh bangun mengahadang semua puck-puck itu. Tapi Sang Tian pantang menyerah dan terus bertahan walaupun dia mulai kelelahan.


Wen Bing benar-benar cemas sekarang. Bagaimanapun, Sang Tian adalah wanita, apa dia sanggup melakukannya? Wei Lian terus berusaha menyemangati Sang Tian, tapi pada akhirnya Sang Tian benar-benar tidak kuat lagi setelah 70 tembakan.

Wen Bing akhirnya berinisiatif mengklaim dirinya juga bersalah karena dia mengubah alarm sehingga membuat Sang Tian terlambat. Karena itulah, Wen Bing junga akan menanggung hukuman.

Baiklah, Pelatih Ma pun memutuskan bahwa mereka harus menjalani hukuman ini bersama-sama. Tapi hukuman mereka juga digandakan menjadi 300 tembakan. Dikurangi 70 tembakan yang sudah dilakukan, jadi mereka harus menhadang 230 tembakan. Bagaimana mereka akan membaginya?

"Saya akan menanggung semuanya!" Ujar Wen Bing.


Wen Bing-lah yang sekarang harus bersusah payah menghadang semua puck-puck itu. Dia sudah mulai kelelahan setelah 147 tembakan. Sang Tian dan yang lain pun cemas. Tapi mereka terpaksa harus tetap meneruskan hukuman ini.

Pelatih Ma bahkan menyuruh Hao Ran untuk menembak lebih keras lagi. Hao Ran melakukannya dan itu sontak membuat Wen Bing terjatuh. Wei Lian menembak tembakan terakhir tepat ke arah mukanya Wen Bing. Sang Tian sontak cemas dan langsung melemparkan dirinya untuk melindungi Wen Bing.

Mereka akhirnya berhasil menghadang 300 tembakan tapi sekarang mereka bahkan tidak kuat berdiri. Tapi Wen Bing masih jaim seperti biasanya, mengklaim kalau dia membantu Sang Tian hanya karena dia takut Sang Tian akan membocorkan rahasianya. Sang Tian bahagia... sebelum kemudian pingsan.


Saat Sang Tian sadar tak lama kemudian, dia mendapati Xiao Rou yang menjaganya. Xiao Rou benar-benar cemas dan menyarankan Sang Tian untuk berhenti saja. Ini terlalu berbahaya untuknya. Dia akan mengajukan pengunduran dirinya Sang Tian setelah ini. Tapi Sang Tian bersikeras meyakinkan kalau dia baik-baik saja, dia hanya kelelahan.

"Pelatihmu itu terlalu kejam! Pelatihan macam apa yang dia berikan itu?! Apalagi kau itu seorang wanita."

Sang Tian sontak panik menyuruhnya diam, Pelatih Ma tidak tahu kalau dia seorang wanita. Xiao Rou tak peduli dan terus merutuki Pelatih Ma dan Wen Bing tanpa menyadari kalau Wen Bing sebenarnya ada di luar dan jelas tersinggung mendengar rutukannya.

Tapi kemudian dia mendengar Sang Tian membelanya. Sang Tian meyakinkan Xiao Rou bahwa Wen Bing sebenarnya tidak seburuk yang dia kira. Kalau saja Wen Bing tidak membantunya tadi, dia tidak mungkin bisa bertahan dan pingsan lebih awal. Jadi Xiao Rou tidak perlu khawatir.

"Selain itu, aku masuk Universitas Liuye bukan untuk mengubah keberuntunganku, melainkan karena ini adalah almamater ibuku. Ibuku sering bercerita tentang Universitas Liuye sejak aku masih kecil. Kurasa semua rumput dan pohon di sekolah ini juga pasti mengingatnya juga. Makanya setiap kali aku di kampus, aku merasa lebih dekat dengan ibuku."

"Tian Tian, lalu bagaimana dengan seluncur indah?"

"Seperti yang kukatakan, aku berada di kampus yang sama, di gelanggang es yang sama. Mungkin Langit mengabulkan doaku dengan cara lain. Karena sudah di sini, aku harus terus melakukan yang terbaik."

Xiao Rou ngalah deh. Tapi Sang Tian harus berjanji satu hal padanya. Dia harus menjaga dirinya dengan baik apapun yang terjadi. Tidak masalah biarpun nilainya buruk, yang penting jangan sampai dia dikeluarkan. Wen Bing prihatin mendengarnya dan langsung pergi tanpa mengganggu mereka.


Saat Sang Tian kembali ke asrama, dia mendapati Wen Bing sedang serius belajar. Sang Tian berterima kasih atas apa yang Wen Bing lakukan untuknya hari ini. Karena itulah, Sang Tian memutuskan untuk melupakan semua masalah mereka lalu menghapus foto kartu mahasiswanya Min Jun itu. Dia janji tidak akan mengancam Wen Bing lagi.

"Kau yakin tidak akan menyesalinya?"

"Aku pria yang menepati janjiku."


Sang Tian mau naik ke ranjangnya tapi Wen Bing melihat kakinya terluka. Dengan sengaja dia menggoda Sang Tian dengan menunjukkan sebuah buku merah. Dia tak sengaja menemukan buku merah ini saat sedang merapikan kamar. Apa buku ini milik Sang Tian?

Judul bukunya adalah 100 Cara Menaklukkan Wen Bing. Cara pertama, berbohong dan lakukan dengan paksa. Cara kedua, terpeleset kulit pisang biar bisa cium Wen Bing. Cara ketiga, membangunkannya saat tertidur pulas dengan ciuman.

"Sungguh imajinasi yang luar biasa. Sangat norak dan konyol. Jangan bilang kalau kau yang membuatnya?"


Sang Tian awalnya tidak tahu menahu tentang buku merah itu dan menyangkal dugaan Wen Bing... tapi tiba-tiba dia ingat dengan pesannya Sang Zhan dengan sebuah buku merah yang berisi petunjuk-petunjuk tentang cara-cara mencium Wen Bing. Astaga!

Sang Tian sontak panik berusaha merebut buku itu tapi keadaan kakinya membuatnya jadi tidak bisa menapak dengan benar dan jadilah dia oleng menimpa Wen Bing.

Bersambung ke episode 4

Post a Comment

0 Comments