Sinopsis Prophecy of Love Episode 5 - 3

Gara-gara ramalannya untuk Thee dulu, para fans-nya Thee tiba-tiba menyerbu rumahnya, melemparinya dengan telur busuk dan menempeli rumahnya dengan berbagai poster kutukan.


Yah, Rose akui dia sendiri yang menyebabkan masalah itu. Tapi yang waktu itu dia lakukan hanya melaksanakan tugasnya (sebagai bintang tamu acara talk show itu). Setelah itu, Rose hanya fokus pada pekerjaan merangkai bunga saja.

"Tapi akhirnya kau meramal lagi di acara pembukaan mall."

Sebenarnya, sebagian alasannya menerima pekerjaan itu karena Pat menawarinya sewa toko gratis. Sebagian lagi karena dia banyak berhutang budi pada Pat karena selalu mendatangkan banyak pelanggan untuknya. Dan lagi, dia sama sekali tidak pernah tahu kalau Thee juga akan datang dalam acara itu.

"Pada akhirnya, tetap saja alasannya karena uang."


"Aku kan butuh makan, kebutuhan hidup lainnya dan mengurus ibuku juga. Aku juga menyumbang untuk amal kok. Aku tidak pernah bohong dalam setiap ramalanku. Malah kadang aku memperhalusnya daripada ramalan yang sebenarnya karena tidak ada seorangpun yang ingin mendengar sesuatu yang serius dan sulit."

"Tapi kau membesar-besarkan terhadap ramalanmu tentangku."

"5-6 tahun itu sudah berlalu. Semua itu karenamu, tahu? Aku hanya meramalkan apa yang aku lihat."

Yah, Rose akui kalau dia sedikit pakai emosi sih waktu itu. Tapi itu karena dia tidak suka cowok genit. Apa? Thee tidak terima. Bagaimana bisa dia genit?

Rose sering baca berita gosip tentang Thee yang semuanya tentang dia dan banyak cewek. Ada satu berita yang menyebutkan bahwa Thee terlihat shopping bersama cewek baru. Dalam berita lainnya, Thee dikabarkan membawa cewek lain ke apartemennya secara diam-diam.


Dan bukan cuma ini saja. Rose bahkan melihat dengan mata kepalanya sendiri. Waktu itu saat mereka hendak tampil dalam acara talkshow, Rose malah tak sengaja melihat Thee lagi pelukan mesra sama seorang cewek, begitu mesranya sampai mereka masuk mobil entah melakukan apa. Tapi jelas saja siapapun yang melihatnya pasti mengira mereka melakukan yang aneh-aneh.

"Oh, 5-6 tahun yang lalu, kan? Kurasa kau salah paham. Apa yang kau lihat mungkin tidak seperti yang bayangkan."


Dalam flashback dari sudut pandangnya Thee, ternyata dia dan gadis itu memang benar-benar tidak melakukan apapun. Mereka cuma partner dalam drama dan apa yang mereka lakukan itu cuma latihan untuk adegan mereka. Bahkan sedetik setelah mereka masuk mobil, mereka langsung keluar dari pintu sebelah dan berpisah.


"Dan satu lagi, kau tidak mengenalku dengan baik."

"Siapa bilang aku tidak mengenalmu?"

Hah? Thee bingung apa maksudnya? Rose mengenalnya? Rose dengan agak canggung mengklaim kalau dia mengenal Thee karena Thee kan selebritis terkenal yang selalu muncul di TV.

"Bagaimanapun, setelah menyelamatkan Khun Lyla dan Khun Ying Nanthawadee, aku berpikir, kenapa juga aku harus menghindarinya? Selama aku memiliki bakat ini, aku harus memanfaatkannya untuk menolong orang lain. Memanfaatkannya sebaik mungkin dan dengan hati-hati."

"Walaupun kau sadar kalau kau akan diburu seumur hidupmu seperti ini?"

"Aku sangat sadar. Seharusnya aku mengatakan apa yang seharusnya kukatakan. Siapa sangka kalau ternyata aku menyentuh rahasia seseorang?"


Thee heran. Rose bilang bahwa dia seharusnya mengatakan apa yang harusnya dia katakan? Apa itu artinya masih ada banyak yang tidak Rose katakan... tentangnya? Canggung, Rose buru-buru mengalihkan topik dan tanya kenapa Thee ingin menjadi seorang bintang?

"Mungkin alasanku sama seperti bintang yang lain. Terlahir tampan dan menawan, terus di-casting."

Rose mau muntah mendengar kenarsisannya. "Kau dulu pernah menjadi... apa namanya... juara tinju junior, kan? Kenapa tidak jadi petinju profesional saja?"

"Tidak. Aku main tinju cuma untuk melepaskan stresku setelah kematian ayahku. Paman Krating - ayahnya Kratai, tidak ingin aku bersedih terus dan membujukku untuk tinju. Pada waktu itu aku menyadari, pria yang terlahir berbakat, bisa melakukan apapun dengan sempurna lalu aku mendapatkan sabuk kemenangan itu. Begitu saja."


"Iya deeeeeh, cowok cakep, cowok berbakat. Aku mau tanya serius, pernahkah ada seseorang yang memberitahumu bahwa kelakuanmu itu memuakkan? Kalau aku temanmu, aku pasti sudah lama putus hubungan denganmu."

Tapi ucapan Rose itu kontan menghapus senyum di wajah Thee. Rose jadi tidak enak, apa dia salah bicara? Hadeh! Seharusnya dia mikir dulu sebelum ngomong.

"Tidak, bukan salahmu. Aku hanya teringat seseorang yang tidak ingin kuingat."


Tiba-tiba Ti datang dengan wajah frustasi karena ternyata ada orang yang memotret Thee saat masuk apartemen bersama Rose semalam dan sekarang beritanya sudah viral di mana-mana.

Rose tercengang, jadi kemarin itu beneran ada orang yang mengintai mereka. Kalau begini, si penjahat pasti akan segera tahu kalau dia ada di sini.

"Wajahmu tidak kelihatan. Santai saja."

Ti stres. Benar sekali, wajahnya Rose tidak kelihatan, tidak ada yang tahu kalau gadis itu adalah Rose. Tapi wajah Thee kelihatan dan dia membawa cewek ke apartemennya tengah malam, ngerti nggak sih? Bakalan butuh waktu lama untuk menjernihkan berita skandal semacam ini.


Tepat saat itu juga, Kratai menelepon dan langsung kesal merutuki Rose yang selalu saja menyebabkan masalah bagi Thee. Tapi baru juga dia ngomong satu kalimat, dia malah berpapasan dengan Paul, Kratai sontak menutup teleponnya. Paul jelas penasaran dengan apa yang didengarnya barusan, ada apa dengan Rose?


Rose mendadak punya ide bagus untuk menyelesaikan masalah berita skandal ini. Manfaatkan saja Kratai.

Tak lama kemudian, para reporter berkumpul di hotel mewawancarai Thee yang mengklaim bahwa wanita yang ada di foto itu adalah adik temannya. Mereka tetanggaan dan berteman dekat sejak kecil, mereka bahkan sangat akrab bagai saudara kandung. Wanita itu dan kakaknya sering datang ke apartemennya kok. Bahkan semalam kakaknya wanita itu dan Ti juga ada di sana, jadi mereka tidak berduaan.

Paul membisiki Kratai untuk maju dan mengumumkan dirinyalah wanita dalam foto itu. Kratai tidak mau, tapi Paul tak peduli dan langsung mendorongnya. Terpaksalah Kratai harus mengakui dirinya sebagai wanita dalam foto itu.

Para reporter curiga apakah dia ibunya Rawee, anak yang diadopsi Thee? Kratai menyangkal. Waktu Rawee baru lahir, dia masih SMA dan sibuk magang. Mana ada waktu untuk hamil?

Rin yang cuma diam menyaksikan segalanya dari kejauhan, diam-diam mengeluh sinis tentang kebohongan mereka. Wanita itu tidak mungkin Kratai.


Rose langsung menelepon Paul dan memprotes perbuatannya yang mendorong Kratai tadi. Tidak seharusnya dia membiarkan Kratai menampakkan diri, menyebut namanya saja kan cukup. Kasihan Kratai jadi sial gara-gara dia.

Paul santai meyakinkan Rose bahwa Kratai tidak akan keberatan, dia akan rela melakukan apapun demi Thee. Lagipula media pasti akan teralih dengan cepat ke berita lain seperti beritanya Khun Ying.


Kratai mendadak muncul dan langsung memprotesnya dengan kesal. Berani Paul mendorongnya ke hadapan para reporter tadi? Paul kesal mengingatkan Kratai kalau dia adalah Bos di sini, dialah yang bisa menentukan kelulusan trainingnya Kratai atau tidak.

Berusaha menahan kesal, ratai sinis memuji Paul lalu pergi sambil menggerutui dengan lantang. "Cowok apaan dia? Menggunakan kekuasaan dengan cara yang salah lalu mengomeliku."

Bersambung ke part 4

Post a Comment

0 Comments