Sinopsis Prophecy of Love Episode 5 - 2

Tiba-tiba pegangan tangan Rose terselip hingga membuat Khun Ying hampir saja terjatuh. Tapi tiba-tiba seseorang muncul menangkap tangannya. Khun Ying tercengang saat melihat orang itu ternyata Jenderal.


Semua orang pun bahu-membahu menarik Khun Ying. Paul langsung mencemaskan Rose. Thee sinis melihatnya baru mencemaskan Rose sekarang. Kalau Paul secemas ini, kenapa dia tidak menyelamatkan Rose tadi?

"Itu karena... aku takut ketinggian." (Pfft!)

"P'Thee, kau itu superstar bukan superman. Kau tidak perlu melakukan itu. Ada orang yang hampir mati di hadapanku. Apa lagi yang bisa kulakukan selain menyelamatkannya? Aku tuh hero di drama dan di dunia nyata." Ujar Thee narsis. Tapi dia benar-benar mencemaskan Rose, dan Kratai tampak sedih saat menyadari hal itu. Hmm, sepertinya dia suka sama Thee.


Jenderal benar-benar heran sama Khun Ying karena karena dia mengetahui rahasianya saja, Khun Ying mau mencabut nyawanya sendiri. Apakah semua pelajaran yang Khun Ying alami di masa lalu, tidak pernah membuatnya mengerti apapun?

"Kau yang tidak mengerti. Dalam hidupku, aku harus kehilangan kekasihku, harga diri, martabat, harta benda, uang. Lebih baik aku mati, aku tidak bisa menerima semua itu."

Jenderal benar-benar kecewa padanya dan langsung pergi. Ayah berusaha meyakinkan Khun Ying bahwa ia bisa menerima Khun Ying apa adanya. Biarpun Khun Ying kehilangan segalanya, tapi Khun Ying masih memiliki Ayah.

"Jangan membuat Ayah sedih lagi."

Khun Ying menyesal dan langsung meminta maaf pada Ayah.


Polisi datang tak lama kemudian untuk membawa Sek dan Khun Ying ke kantor polisi untuk diinvestigasi lebih lanjut. Tapi Chang penasaran dari mana Jenderal tahu tentang keberadaan Khun Ying?

Dalam flashback, ternyata saat mereka membicarakan masalah tebing dari buku gambarnya Rose, mereka tidak sadar bahwa Jenderal ada di belakang mereka. Dan begitulah bagaimana kemudian dia tiba duluan di sana.


Terlepas dari apa yang Khun Ying lakukan padanya, Rose tetap merasa kasihan pada Khun Ying. Entah seberapa buruk hukuman yang akan diberikan padanya nanti. Tapi bagaimanapun, dia memang mendapat hukumannya selama 20 tahun ini. Hidup dalam kecemasan dan bersama seseorang yang tidak pernah mencintainya sepenuhnya.

Paul buru-buru menyela dan mengajak mereka semua pergi. Takutnya akan lebih banyak orang yang tahu tentang mereka di sini. Rose tidak akan aman, dan Thee juga akan digosipkan lagi.


Chang meminta para anak buahnya untuk duluan. Chang sendiri tetap di sana untuk mencari Ran. Dia langsung mendatangi rumah sewaannya Ran itu dan benar-benar mendapati Ran ada di sana.

Ran pun kaget melihatnya dan jadi kesal mengingatkan Chang bahwa dia akan melarikan diri ke tempat yang lebih jauh kalau Chang membuntutinya. Chang menyangkal, dia tidak membuntuti Ran, dia hanya tidak sengaja melihat fotonya Ran di resor. Para staf resor yang memberitahunya tentang tempat tinggal Ran.

Dia meyakinkan Thee tidak tahu dia ada di sini. Tapi dia ingin tahu kenapa Ran menghindari Thee? Ran menolak memberitahukan alasannya, lebih baik Chang pulang saja.

"Ran, aku sungguh tidak mengerti. Sejak kau kembali dari luar negeri, kau tidak pernah pulang. Semua orang berusaha menghubungimu tapi tidak bisa. Kau selalu berpindah-pindah. Setiap kali seseorang menemukannya, kau pindah lagi. Kenapa kau melakukan ini?"

"Aku tidak ingin tinggal di sini. Bagaimana bisa aku tinggal di tempat yang penuh kenangan semacam itu? Aku tidak bisa memikulnya."

Chang penasaran mendengarnya. Ran pernah bilang tidak mau bertemu seseorang, siapa yang tidak ingin dia temui? Apa sebenarnya yang terjadi pada Ran? Tapi Ran keukeuh tidak mau memberitahu apapun pada Chang dan mengusirnya.


Thee dan Rose baru tiba di depan apartemen saat tiba-tiba saja Rose melihat seseorang di kejauhan, tapi orang itu dengan cepat menyembunyikan dirinya. Rose jadi cemas, sepertinya ada orang yang mengintip mereka, sebaiknya mereka bergegas masuk.

Thee langsung menutupi Rose pakai topinya. Tiba-tiba Rose tersandung dan hampir saja terjatuh kalau saja Thee tidak sigap menangkapnya tepat waktu, momen ini sama persis seperti yang ada dalam ramalannya Rose. Mereka lalu bergegas masuk.


Keesokan harinya, Thee nge-gym sambil mengingat ramalannya Rose yang selalu benar dan kemungkinan keterlibatan Rin dalam semua ini. Tepat setelah dia selesai, Rose baru saja datang mau nge-gym juga.

Tapi begitu melihat Thee, dia malah mendadak berubah pikiran dan mau pergi saja. Thee bingung kenapa Rose tidak mau ada di sini saat dia ada di sini? Oh! Jangan-jangan Rose takut tidak akan tahan melihat otot kekarnya yah?

"Gila! Eh, bentar! Bukankah bahumu sedang sakit? Kenapa malah olahraga?"

"Sebenarnya tidak begitu sakit kok. Cuma sedikit sakit."

"Hei! Bukalah kulkas saat kau balik nanti. Oke?"


Thee bingung apa maksudnya. Tapi saat dia membuka kulkasnya tak lama kemudian, barulah dia mengerti. Rose menyiapkan kompres dingin untuk bahunya.

Thee tersentuh. Dia langsung balik ke gym dan lewat di depannya Rose sambil memakai kompres dingin itu di bahunya. Dia penasaran dengan sejarahnya Rose, bagaimana ceritanya dia menjadi seorang peramal?

"Kenapa kau tiba-tiba ingin tahu?"

"Penasaran aja. Belakangan ini yang kita bicarakan cuma masalah-masalah serius."

"Kau benar-benar ingin tahu?"

"Kalau aku tidak ingin tahu, kenapa juga aku tanya? Jawab ajalah, apa susahnya?"

"Berhentilah mencerewetiku sekali saja! Baiklah, akan kukasih tahu."


Jadi begini ceritanya. Waktu Rose berusia 20 tahun, dia tertabrak mobil saat dia memetik bunga mawar di kebun mawar di Perancis. Lalu setelah dia terbangun dari komanya, bibi pemilik kebun mawar mengunjunginya.

Tapi yang paling menakutkannya adalah wanita itu adalah wanita yang sama yang dia lihat dalam mimpinya sebelum dia sadar. Dia ingat banget sama mimpinya.


Dalam mimpinya, Bibi Isabelle memberinya setangkai mawar hitam dan meminta Rose untuk menerimanya karena ini adalah takdirnya Rose. Rose ketakutan melihat mawar hitam itu dan bertanya-tanya apakah dia sudah mati?

"Aku tidak mau mati. Aku ingin kembali ke ibuku."

"Aku bisa membantumu kembali ke ibumu." Ujar Isabelle.

"Sungguh?"

"Tentu saja. Tapi akan ada beberapa perubahan. Mulai sekarang, kau akan memiliki tugas untuk dilakukan. Yaitu kau harus membantu orang lain. Ini tugas yang akan mengubah hidupmu selamanya. Kau akan mengetahui berbagai persoalan, kesedihan, penderitaan dan berbagai masalah orang-orang di sekitarmu, baik yang kau kenal ataupun tidak. Masalah ini akan menyebabkan penderitaan tanpa henti. Tapi jika kau menerimanya, kau akan mendapatkan hidup baru."

Rose galau, tapi akhirnya dia memutuskan menerimanya. Dan saat itulah Isabelle berkata. "Tidak ada seorangpun yang bisa melarikan diri dari takdir. Sampai jumpa setelah kau bangun nanti."


Dan begitulah bagaimana kemudian dia terbangun dengan kemampuan spesialnya. Thee kagum mendengarnya. Itu kayak cerita superhero, dia bangun dan mendapatkan kekuatan super untuk menyelamatkan dunia.

"Gila apa? Aku cuma bertemu Isabelle dan belajar seni ramalan mawar."

"Aku baru tahu kalau ramalan mawar bisa dipelajari secara formal. Berarti aku juga bisa mempelajarinya dong?"

"Tidak semua orang bisa belajar dan mendapatkan penglihatan, tahu!"

"Oh, jadi harus seseorang yang terpilih, gitu?"


Rose sebenarnya tidak ingin menjadi yang terpilih. Dia sama sekali tidak menginginkan bakat ini. Thee tak percaya, bakatnya itu bisa membuatnya mendapatkan banyak uang kan?

"Hei! Kau ingin gelut denganku, hah?" Kesal Rose.

Memang awalnya itu adalah sumber kebanggaan baginya. Dia bisa melihat apa yang ingin dilihat orang lain. Bukankah itu menyenangkan. Tapi setelah ramalannya untuk Thee 5-6 tahun yang lalu, Rose berhenti menggunakannya lagi.

Dia benar-benar tidak pernah lagi meramal untuk siapapun setelah kejadian itu. Karena bukan cuma Thee yang kena pengaruh gara-gara itu, dia juga kena.

Bersambung ke part 3

Post a Comment

0 Comments