Sinopsis Prophecy of Love Episode 4 - 3

Paul membantu memasukkan barang-barangnya Rose ke mobil, tapi Rose masih ingin mengecek kebun mawarnya dulu sebelum pergi. Tepat saat itu juga, anak buahnya Khun Ying berhenti di depan rumah dan melihat mereka.


Tapi kemudian dia menyadari ada seorang polisi menyamar yang sedang mengawasinya dan memotreti mobilnya. Sek pun bergegas kabur.


Rose lega melihat bunga-bunga mawarnya yang dia tinggalkan baik-baik saja berkat hujan. Paul heran mendengarnya. Biasanya orang mencemaskan barang berharga, tapi Rose malah mengkhawatirkan bunga mawar.

"Bagiku, bunga mawar bukan cuma sekedar bunga, tapi juga temanku." Ujar Rose.

Tapi saat mereka hendak pergi, mereka malah mendapati ada jejak-jejak kaki orang di jalan setapak.


Thee bergegas datang ke tokonya Rose begitu mendapat kabar itu. Dari rekaman CCTV, terlihat seseorang memanjat masuk ke rumahnya Rose malam-malam.

Thee menyimpulkan bahwa orang ini kembali ke rumahnya Rose karena dia menyadari ada sesuatu yang ketinggalan dan dia ingin mengambilnya. Paul menduga mungkin sarung tangannya yang ditemukan oleh polisi di kolam renang, mungkin dia takut ada sidik jarinya.

Thee yakin bukan itu. Apapun yang ketinggalan itu, pastilah sesuatu yang jauh lebih berharga dari sekedar sarung tangan. Polisi menelepon Rose tak lama kemudian, mengabarkan bahwa mobil yang mendatangi rumahnya tadi terdaftar atas nama Khun Ying dan orang yang mengendarai mobil itu adalah anak buahnya Khun Ying.

Polisi sekarang sedang menyelidiki apakah anak buahnya Khun Ying juga yang melakukan semua kejahatan pada Rose selama ini.


Tepat saat itu juga, Rose mendapat telepon dari seorang pelanggan yang meminta Rose untuk mengatur bunga untuk ulang tahun putrinya. Dia mengklaim bahwa putrinya suka sekali bunga-bunga di tokonya Rose saat mereka tak sengaja lewat kemarin.

Dia mengklaim bahwa putrinya sakit parah, kanker otak stadium akhir. Dan mungkin ini akan menjadi ulang tahun terakhirnya, makanya dia ingin sekali Rose yang membuatkan bunga-bunga untuk ulang tahunnya. Tapi karena keadaan putrinya, makanya dia ingin Rose melakaukan pekerjaannya di lokasi yang dia tentukan.


Rose jadi kasihan mendengarnya dan langsung setuju tanpa sedikitpun curiga, padahal yang meneleponnya itu Sek dan segala yang dia ucapkan bohong. Itu hanya akal-akalannya Sek biar mereka bisa bertemu dengan Rose.


Thee tidak setuju dan menyuruh Rose membatalkan pekerjaan itu. Tapi Rose ngotot menolak. Hadeh! Thee stres, daripada mencemaskan dirinya bakalan kelaparan, seharusnya Rose mencemaskan nyawanya dulu. Kikir amat sih jadi orang.

Paul cemburu melihat kedekatan mereka dan langsung merangkul Rose dan tegas menyatakan bahwa Rose tidak kikir. Rose menerima pekerjaan ini karena dia memiliki cinta yang besar.

"Biarpun Rose tidak punya uang, aku bisa mengurus Rose."

Thee sinis mendengarnya. "Bisa mengurusnya dan memperlakukannya dengan baik, tapi tidak mampu melindunginya sampai dia harus jatuh ke tanganku."

"Jika saja kau tidak ikut campur dengan... Rose. Pokoknya aku harus selalu ada di sana untuk Rose."

"Benar. Tapi saat pacarmu mengizinkanku untuk ikut campur sampai sejauh ini, aku punya hak untuk melakukan penyaringan demi keamananku sendiri dan demi keamanan pacarmu juga. Kurasa kau pasti akan mengerti dan jangan pernah berpikir bahwa aku akan memikirkan 'sesuatu' dengan pacarmu atau pacarmu akan memikirkan 'sesuatu' denganku. Kalau kalian sudah selesai, aku pulang. Kutunggu di mobil."

Rose canggung banget dengan situasi ini dan buru-buru pamit dan pergi menyusul Thee. Kheng yang sedari tadi mendengarkan perseteruan mereka, jadi bingung sendiri, siapa yang pacarnya siapa?


Setibanya kembali di apartemen, Rose mau langsung masuk kamar, tapi Thee dengan cepat mencegahnya. Rose mau ke mana?

"Kau kan menyuruhku kembali ke sini. Terus aku harus pergi ke mana? Kau mau apa? Kau ingin aku tetap tinggal atau pergi?"

"Memangnya kalau aku menyuruhmu untuk tinggal atau pergi, kau akan mendengarkanku? Dan jika aku menyuruhmu untuk tidak menerima pekerjaan itu, apa kau akan menurut?"

Jelas Rose tidak mau, pokoknya dia keukeuh untuk tetap menerima pekerjaan ini. Thee sungguh tidak mengerti dengannya. Kenapa dia ceroboh banget menerima pekerjaan ini? Kenapa dia tidak menunggu sampai penjahatanya tertangkap dulu? Memangnya apa bedanya pekerjaan ini dengan pekerjaan yang lain?

"Karena aku mengasihani putrinya pria itu. Itu adalah kebahagiaan gadis kecil itu. Dia memiliki ayah yang selalu mendampinginya saat dia sakit parah." Renung Rose dengan sedih.

"Lihatlah wajahmu. Kau bicara seolah ayahmu tidak mencintaimu."

Dan ucapannya itu kontan membuat Rose jadi emosi. "Beberapa pria jauh lebih egois daripada yang pikir. Banyak pria yang punya anak tapi malah membiarkan orang lain membesarkan mereka. Buktinya ada banyak yayasan yatim piatu."

Rose langsung menguncinya pintunya dengan kesal. Thee berusaha beralasan kalau dia hanya cemas karena dia tidak mau Rose mati cepat. Tapi Rose terlalu sedih dan tidak mau mendengar apapun lagi.


Paul kembali ke hotel sambil menggerutu tentang Thee. Tidak seharusnya dia membiarkan Rose tinggal bersama Thee.

"Ada apa dengan P'Thee?!" Kratai mendadak muncul dengan heboh sampai mengagetkan Paul.

"Kau  lagi! Bisa tidak kau itu kalau muncul, muncullah seperti manusia sekali saja."

"Maaf. Aku terburu-buru karena ada shift pagi tapi malah ceroboh dan menjatuhkan sesuatu. Jadi ada apa dengan P'Thee?"

Paul pun menceritakan pertengkarannya dengan Thee. Kratai memintanya untuk maklum, Thee memang begitu. Mulutnya tajam dan gampang terpancing emosi. Tapi Thee orang yang selalu peduli dan melindungi orang-orang terdekatnya, terutama keluarganya. Dia orang yang memiliki rasa keadilan yang kuat. Dia tidak suka siapapun disakiti.

Dulu waktu Kratai masih kecil, dia sering dibuli di gym tinju oleh para kakak-kakak petinju di sana dan Thee-lah yang selalu menyelamatkannya.


"Tapi aku tidak percaya Theerut. Dia benci sama Rose, kenapa dia tiba-tiba ramah pada Rose? Dia bukan kerabatnya Rose."

"Dia punya alasannya sendiri."

"Apa alasannya?"

"Mana kutahu. Tenang sajalah. Dia tidak memikirkan yang aneh-aneh terhadap pacarmu. Kau bisa yakin."

"Bagaimana aku bisa yakin saat aku dan Rose masih..." Tapi mendadak dia terdiam menyadari dirinya hampir keceplosan.

Kratai heran mendengarnya, apa maksudnya 'masih'? Oh... jangan-jangan... Paul belum jadi pacarnya Rose yah? Paul terdiam canggung. Kratai mengerti perasaan, mencintai seseorang secara diam-diam sekian lama. Tapi Kratai yakin suatu hari mereka pasti akan berhasil.

Paul mendadak kesal. "Memangnya aku temanmu? Balik kerja, sana! Apa kau tidak mau lulus magang?"

"Mau. Kalau begitu, saya permisi."


Malam harinya, Thee menggedor pintu kamarnya Rose sambil teriak-teriak mengklaim dirinya lapar dan menyuruh Rose keluar. Rose akhirnya keluar juga sambil menggerutu kesal, kalau lapar yah makan saja, ngapain merayapi pintunya?

Tapi Thee memperhatikan matanya Rose agak bengkak, dia kenapa? Habis nangis? Rose canggung menyangkal, dia ketiduran, dia habis membuat sketsa rangkaian bunga terus ketiduran. Thee jelas tidak percaya tapi dia terima saja alasan itu.

"Ada apa? Kalau tidak ada apa-apa, aku mau balik kerja."

"Tunggu. Aku lapar... apa kau tidak lapar."


Tak lama kemudian, Thee menyajikan beberapa jenis hidangan di atas meja makan. Wah! kelihatannya enak semua. Rose baru tahu kalau ternyata Thee pintar masak. Tapi semua masakannya ada kelopak-kelopak bunga mawarnya. Thee berniat menyenangkannya atau menyindirnya? Thee menjelaskan bahwa semua ini sebenarnya adalah masakan ibunya.

"Ibumu baik dan berbakat dan masih mencintai mawar seperti sebelumnya." (Hah? Seperti sebelumnya?)

"Kau mengenal ibuku?" Heran Thee.

Tidak. Rose hanya pernah melihatnya di berita. Rose mau makan sekarang, tapi Thee tiba-tiba menghentikannya dan menegaskan bahwa dia tidak akan membiarkan Rose makan dengan gratis.

"Sudah kuduga ada yang aneh." Gerutu Rose. "Jadi apa yang bisa kubantu? Katakanlah."


Teringat keinginan ibunya untuk menemukan Ran melalui ramalannya Rose, Thee bertanya-tanya apakah ramalannya Rose bisa tentang apa saja? Tentu saja, Rose bisa meramal melalui segala macam mawar, termasuk mawar-mawar yang ada di makanan ini.Kalau begitu, pernahkah Rose meramal untuk menemukan seseorang? Tanya Thee.

"Tergantung orangnya. Apakah hubungan mereka penting atau cukup dekat. Terkadang mawar tidak akan memberitahu kita apapun. Cara terbaik adalah membuat orang tersebut untuk saling menyentuh mawar denganku secara langsung. Dengan begitu, aku bisa mendapat penglihatan dengan lebih jelas. Siapa yang mau kau cari?"

Tapi Thee terlalu untuk mengatakannya dan akhirnya diam saja.

Bersambung ke part 4

Post a Comment

0 Comments