Episode 3: Seratus cara untuk menaklukkan Wen Bing.
Apakah Wen Bing mengenali Sang Tian?... Ternyata tidak. Malah perhatiannya teralih dengan cepat saat mendengar seorang wanita di luar yang sedang kebingungan karena ada barangnya yang hilang.
Wen Bing pun pergi dan Sang Tian juga ternyata tidak melihatnya. Tepat setelah dia selesai skating, dia mendapat pesan dari Meng Qi yang menyuruhnya ke natatorium.
Sang Tian kesal. Wen Bing yang menyinggungnya, tapi kenapa Meng Qi malah menyuruh-nyuruhnya? Tapi karena ini perintah senior, tentu saja dia tidak bisa membantahnya. Dia juga harus berhati-hati terkait identitasnaya
Tapi sesampainya di natatorium, dia malah melihat Wen Bing berdiri di pinggir kolam renang. Sang Tian sebal melihatnya lagi. Dia berniat mau pergi saja. Tapi tiba-tiba saja dia punya ide licik untuk balas dendam.
Maka Sang Tian pun mengendap-endap di belakangnya Wen Bing, berniat mau mendorongnya ke kolam. Tepat saat dia lari untuk mendorong Wen Bing, Wen Bing kebetulan berbalik dan jadilah Sang Tian yang hampir tercebur ke kolam kalau saja Wen Bing tidak sigap menangkap satu tangannya. Fiuh!
Sang Tian seketika kagum padanya. Sungguh tak disangka kalau Wen Bing benar-benar menyelamatkannya. Tapi baru juga sedetik dia berpikir begitu, wajah Wen Bing tiba-tiba berubah licik... sebelum kemudian dia mulai melepaskan jarinya satu per satu dan BYUR! Sang Tian tercebur ke kolam.
Dan tentu saja itu membuat wig-nya jadi terlepas, Sang Tian jadi panik. Maka terpaksa dia harus menahan napas dan berusaha bertahan di dalam air sambil memegangi wig-nya dan berusaha berenang menjauh, berpikir dirinya tidak akan ketahuan dengan cara itu.
Tapi tentu saja Wen Bing bisa melihatnya dengan rambut panjang melayang di dalam air dan itu membuatnya jadi kebingungan. Seorang senior memanggil Wen Bing saat itu untuk mengambil dokumen darinya, dan kesempatan singkat itu Sang Tian manfaatkan cepat-cepat untuk mengambil sebuah handuk dari tepi kolam.
Saat akhirnya Wen Bing mengalihkan perhatiannya ke Sang Tian, dia melihat Sang Tian keluar dari air. Sang Tian memang berusaha menutupi kepalanya dengan handuk, tapi tetap saja Wen Bing bisa melihat rambut panjangnya yang kontan membuatnya tercengang menyadari Sang Tian ternyata wanita.
Wen Bing jadi termenung sepanjang hari memikirkan Sang Tian yang ternyata seorang wanita. Dan tepat saat dia menggumam tentang itu, Min Jun mendadak muncul dan langsung penasaran, siapa yang wanita? Apa yang dia maksud adalah jodohnya itu ternyata wanita?
Wen Bing terdiam canggung yang jelas mengonfirmasi dugaan Min Jun. Sudah dia duga, ini seperti adegan di drama idol, mana mungkin jodohnya Wen Bing seorang pria.
"Ada banyak orang di dunia ini, namun hanya kau yang tampak jelas di mataku. Apa ini? Aroma cinta." Goda Min Jun.
Wen Bing jadi kesal. Ngapain Min Jun datang ke Liuye? Oh, dia cuma butuh tanda tangannya Wen Bing untuk dokumennya. Wen Bing menandatanganinya dengan cepat lalu pergi. Loh, dia mau ke mana? Mau mencari teman sekelas wanitanya itu yah?
"Sebentar lagi dia akan keluar dari kelasku." Ujar Wen Bing.
Ternyata dia mau melaporkan masalah ini ke Pelatih Ma. Dia khawatir, seorang wanita bergabung di klub hoki es pria, tentu bisa menyebabkan lebih banyak masalah.
Tapi bahkan sebelum dia sempat membuka pintu kantornya Pelatih Ma, Sang Tian mendadak muncul dan mengklaim kalau dia mau membahas sesuatu dengan Wen Bing.
"Tidak ada yang perlu kita bicarakan."
"Kau mengakuinya secepat itu? Kupikir kau akan menentangnya. Itu tidak menyenangkan." (Hah? Maksudnya?)
Sang Tian langsung menunjukkan foto kartu mahasiswanya Min Jun yang dia dapatkan dari adiknya. Bukankah pria ini adalah asistennya Wen Bing? Sang Tian yakin kalau Wen Bing masuk ke Liuye tanpa sepengatahuan keluarganya dan membuat asistennya inilah yang diterima di Sekolah Bisnis Shuren. Iya kan?
"Apa maumu?"
Sang Tian tercengang mendengar Wen Bing mengakuinya secara tak langsung, dan langsung memanfaatkannya untuk mengancam Wen Bing.
Apa yang dia inginkan? Hmm... entahlah, Sang Tian rasa pembicaraan ini akan berjalan dengan baik jika suasana hatinya sedang baik. Tapi jika suasana hatinya sedang buruk, dia mungkin harus membicarakan masalah ini dengan 'seseorang' (Pelatih Ma).
"Sebutkan persyaratanmu."
"Hehe. Aku akan memikirkannya dulu. Tapi kau harus siap membantuku sampai aku memutuskannya."
"Membantumu?"
Sang Tian langsung menunjukkan maksudnya dengan menyodorkan tasnya ke Wen Bing, memaksa Wen Bing untuk membawakan tasnya. Wen Bing menurutinya sambil tersenyum licik.
"Apa kau tidak penasaran kenapa aku ada di sini?" Tanya Wen Bing.
"Aku tidak tertarik."
Tepat saat itu juga, Sang Tian ditelepon Xiao Xiao yang menyuruh mereka untuk pergi ke gelanggang es sekarang juga untuk memilih kamar asrama mereka.
Ternyata kamar asrama mereka ditentukan dengan cara memukul puck ke nomor-nomor kamar yang sudah disediakan di gawang. Ada kamar tunggal, ada kamar berdua dan ada kamar bertiga. Tapi kamar tunggal cuma ada dua. Wei Lian giliran pertama dan sukses mendapatkan kamar tunggal.
Wen Bing giliran selanjutnya, tapi Sang Tian yang menarget kamar tunggal, jelas tak ingin Wen Bing mendapatkan kamar tunggal kedua. Maka dia sengaja menipu Wen Bing dengan mengklaim tali sepatunya Wen Bing lepas sehingga dia bisa mengambil alih gilirannya Wen Bing.
Sang Tian pun memukul pucknya... dan masuk ke kamar berdua. Ah! Gagal deh. Sang Tian kecewa. Sekarang giliran Wen Bing. Sang Tian mendadak punya ide. Dia langsung memberi isyarat ke Wen Bing, menyuruh Wen Bing untuk mendapatkan kamar tunggal untuknya.
Wen Bing mengiyakannya, tapi hmm... senyumnya licik banget. Wen Bing pun bersiap menarget kamar pilihannya, dia memukul pucknya... dan sukses memasukkannya ke kamar berdua dengan Sang Tian. Pfft!
Sang Tian kesal. "Apa masalahmu? Bukankah aku memintamu untuk mendapatkan kamar tunggal untukku?"
"Oh? Kupikir kau ingin aku sekamar denganmu." Ujar Wen Bing dengan tampang tanpa dosa.
"Apa kau bodoh?! Dasar! Lihat saja nanti!"
Sang Tian langsung mengeluhkan masalah itu ke Xiao Rou. Sebenarnya tidak masalah biarpun tidak mendapatkan kamar tunggal, tapi dia harus sekamar sama si brengsek itu. Tapi Xiao Rou bahkan tidak bisa mendengarkan keluhannya saking sibuknya bekerja.
Tepat saat itu juga, Sang Zhan mengiriminya pesan menanggapi keluhannya. Menurut Sang Zhan, ini kesempatan bagus malah. Mereka tinggal sekamar, Sang Tian bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk mencium Wen Bing. Dia juga mengingatkan Sang Tian untuk menghapal sebuah buku merah kecil.
Sang Tian kesal mendengarnya. Omong kosong banget nih anak. Bahkan saking kesalnya, Sang Tian langsung mengeluarkan San Zhan dari grup obrolan mereka.
Dari pengakuan Xiao Rou, buku merah kecil yang Sang Zhan maksud itu berisi tentang panduan entah apa. Tapi dia meminta Sang Tian untuk mengabaikan buku merah itu.
Dia menggambar buku merah itu cuma untuk bersenang-senang, tapi Sang Zhan malah menanggapinya dengan serius dan bersikeras agar Sang Tian menggunakan buku merah itu.
Menurut Xiao Rou, lebih baik Sang Tian keluar dari Liuye. Dia khawatir tentang Sang Tian yang harus sekamar dengan seorang pria. Bagaimana kalau Sang Tian tinggal bersamanya saja?
Tapi Sang Tian santai-santai saja. Soalnya sekarang dia memegang rahasianya Wen Bing, jadi Wen Bing tidak akan berani melakukan apapun padanya.
Bersambung ke part 2
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam