Tapi saat Suam fitting baju pengantin buatan Su itu, Su malah membuatkan baju pengantin yang sangat kebalikan dari apa yang Suam inginkan karena baju itu malah mewah dan mekar.
Su beralasan bahwa Suam tidak boleh pakai baju pengantin yang terlalu sederhana, bisa-bisa dia malah akan kalah cantik dari para tamu.
"Orang jaman sekarang tidak punya sopan santun." Bisik Su. Jelas-jelas dia sedang menyindir Suam.
"Tidak terlalu sederhana sih tidak masalah, tapi apa perlu semekar ini, Khun Su?"
Su langsung pura-pura tak sengaja mencubit Suam dan mengklaim kalau Suam agak gendutan sekarang, dia sampai tidak bisa menjahit bagian pinggangnya.
Suam santai saja mengklaim kalau Rut suka dia yang seperti ini, montok. Su pura-pura pasang senyum manis. Padahal mukanya langsung berubah masam saat dia berbalik. Apalagi saat Rut menelepon Suam tak lama kemudian dan mengabarkan kalau dia ada di luar menjemput Suam dan menolak masuk.
Neung memberitahu Padet tentang Su yang mendadak berbaik hati merancangkan gaun pengantin untuk Suam. Tapi gaun pengantinnya mekar banget. Su sama sekali tidak mendengarkan omongan Suam sampai Suam merasa kalau dia bicara sama tembok
Neung Heran sama Su. Mereka bahkan tidak dekat, lalu kenapa dia bersedia mendesainkan gaun pengantik untuk Suam. Neung benar-benar tidak percaya pada Su.
"Kurasa sebaiknya kau jangan ikut campur dalam masalah mereka."
Neung sontak menatapnya kesal. "Maksudmu aku kepo?"
"Memangnya aku bilang begitu?" Sangkal Padet.
"Kalau begitu, kau ingin aku kepo tentang masalahku sendiri, yah? Oke! Aku lega. Baiklah, mari kita mulai. Hmm... Aku ingin tahu apakah aku sendiri punya kesempatan untuk mengenakan gaun pengantin atau tidak?"
Pfft! Padet mendadak sibuk sama makanannya. Tapi Neung sontak mengunci sumpitnya dan menuntut jawaban. Padet bingung bagaimana harus menjawabnya. Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Neung jelas kesal. Tapi Padet berusaha meminta pengertiannya karena ini urusan pekerjaan.
Neung terpaksa mengalah dengan muka cemberut. Sepertinya ada masalah dan Padet diminta datang ke markas. Padet setuju dan berjanji akan datang satu jam lagi.
"Aku harus..."
"Pergi kerja. Aku mengerti." Neung langsung beranjak bangkit dengan kecewa.
Tapi Padet tiba-tiba menariknya duduk kembali dan berjanji setelah kasus ini selesai, dia hanya akan duduk di rumah dan membiarkan Neung mengurusnya. Bagaimana? Neung akhirnya luluh juga. Tidak masalah kok, dia hanya ngambek. Nanti juga akan mereda.
"Apapun yang terjadi, aku tidak akan membiarkanmu menikah dengan orang lain. Itu sudah pasti. Oke?" Ujar Padet sambil mengecupi tangan Neung hingga senyum Neung pun kembali merekah.
"Kau tidak akan tidak akan pergi kerja?"
"Masih ada waktu satu jam." Ujar Padet sambil terus mengecupi tangannya.
Saat Padet tiba di markas tak lama kemudian, Songkram memberitahu bahwa jam 3 subuh tadi ada pergerakan di dark web-nya Sia Ha. Tapi dia tidak yakin apakah ini masalah serius karena isinya hanya pesan untuk membeli wanita, tapi tidak ada yang merespon.
Aneh sekali. Sia Ha, Bpenneung dan Direk sudah dipenjara. Lalu siapa yang memposting pesan di dark web itu? Seharusnya sudah tidak ada siapapun yang tersisa. Hmm... benarkah?
Sepertinya mereka melewatkan satu orang yang selama ini mereka anggap remeh, putrinya Sia Ha sendiri, Su.
Flashback.
Saat Su mengunjungi Sia Ha di penjara waktu itu, dia berusaha menyuruh Su untuk menyelamatkannya dengan cara menyuap para anjing politikus itu.
Su sinis mendengarnya. Pakai uangnya siapa? Uangnya Sia Ha? Semuanya sudah disita? Atau pakai uangnya? Maaf, Su tidak punya banyak uang.
"Aku cuma seorang designer murahan. Seperti yang pernah Papa bilang."
"Su! Ada apa denganmu? Kau tidak punya hak bicara padaku seperti ini..."
"Diam, Pa! Lihatlah baik-baik dulu, siapa yang sebenarnya tidak punya hak? Seorang ayah yang begitu hebat dan tidak pernah membuat kesalahan. Atau putrinya yang lemah hanya karena dia terlahir sebagai wanita? Tak ada seorangpun yang menolongmu karena kau bego! Papa tinggal saja di penjara dan lihatlah aku, putri yang tak pernah kau pandang ini, seberapa tinggi dia bisa terbang. Aku pasti akan jauh lebih baik darimu! Dan selama kau tinggal di penjara, tidak perlu menungguku untuk mengunjungimu karena aku tidak punya waktu. Anggap saja kau dipenjara untuk menebus apa yang kau lakukan pada ibuku dan pada nenekku!"
Su langsung pergi dengan muka senang. Tapi begitu melihat ada reporter di luar, dia langsung pasang muka sedih, pura-pura merasa bersalah dan meminta maaf atas perbuatan ayahnya.
Dia mengklaim kalau dia tak pernah tahu tentang kejahatan ayahnya. Seandainya dia tahu, dia pasti takkan mengizinkan ayahnya melakukan hal sekejam itu pada para wanita. Aktingnya hebat banget sampai para reporter itu mempercayainya dan kasihan padanya.
Flashback end.
Padahal sekarang Su punya rencana jahat dan sontak menendang gaun pengantinnya Suam dengan penuh amarah.
Alih-alih membuka bisnis rumah meditasi sendiri, Suam sekarang membantu bisnisnya Nenek Dukun dan para tetangga membuka rumah meditasi itu dengan nyanyi paduan suara dengan penuh semangat, sementara Nenek Dukun menari mengikuti irama lagu sampai pegal.
Tapi tiba-tiba temannya Suam muncul dengan luka lebam di seluruh wajahnya dan panik mencari orang yang bisa melihat arwahnya Bell. Suam langsung mengenalinya dan langsung cemas melihat kondisinya. Wanita itu sontak memohon-mohon pada Suam untuk menolongnya sebelum kemudian dia pingsan.
Tak lama kemudian, Suam menelepon Su dan mengklaim ingin bertemu, ada masalah penting yang mau dia bicarakan secara langsung. Su setuju, tapi dia sengaja mengarahkan Suam ke tempat lain dengan alasan untuk mencoba gaun baru buatannya. Dia bahkan melarang Suam memberitahu Rut dengan alasan biar surprise.
Padahal sebenarnya tempat itu adalah tempat dia mengurung para wanita yang mau dia jual seperti yang dilakukan ayahnya dulu dan sekarang dia sedang kesal pada para anak buahnya karena membiarkan wanita yang satunya kabur.
Suam tiba di tempat yang ditunjuk Su. Saat Su muncul, dia tampak menyembunyikan sesuatu di belakang punggungnya dan berbasa-basi menanyakan apa yang ingin Suam katakan padanya. Dia mengklaim kalau mengajak suam bertemu di sini karena dia tidak ingin ada orang lain yang mengganggu.
"Aku ingin tahu tentang wanita bernama Chertam."
DOR! Su tiba-tiba saja menembak perut Suam dan sinis menolak menjawab pertanyaannya. Berusaha bertahan, Suam dengan lemah bertanya kenapa Su melakukan ini.
"Membunuhmu? Atau menjual wanita murahan? Rese! Kau sangat ingin menolong para wanita itu, yah? Mereka cuma pel~~~r! Atau kau memang sama dengan mereka? Para pria menginginkanmu, dunia ini akan terselamatkan. Kau cuma E-Suam! Wanita kotor! Kau pikir kau akan bisa menang melawanku, wanita bodoh? Kau pikir aku sangat menginginkan cowokmu sampai gemetaran? Aku tidak menginginkan cowokmu! Kenapa juga aku menginginkannya! Memangnya ada pria di dunia ini yang menghormati wanita. Tidak ada! Sedangkan suamimu, akan kukirim dia mengikutimu (ke alam baka). Kalian semua tolol! Suamimu, ayahku. Katakan padaku, apa jadi pria baik? Apa jadi pria itu pintar? Hah?! Pintar apanya? Pada akhirnya mereka membusuk di penjara! Sedangkan kau, bahkan sekalipun kau hidup, kau hanya akan jadi sampah masyarakat. Mati saja kau!"
Tapi bahkan sebelum dia sempat melakukan apapun Rut mendadak muncul bersama Padet dan melucuti senjatanya. Kaget, Su langsung berakting dan menuduh Suam-lah yang ingin membunuhnya, dia cuma membela diri.
"OIII! Berhentilah berbohong!" Kesal Suam yang mendadak bangkit dalam keadaan sehat walafiat. Hah? Su kaget, apa-apaan ini?
Suam langsung menyingkap bajunya, memperlihatkan rompi anti peluru dan kantong darah yang palsu dipakainya. Rut menyuruhnya untuk memakai semua itu. Su kesal, dia kan sudah bilang jangan memberitahu siapapun!
"Apa kau bodoh?! Siapa juga yang tidak akan memberitahu siapapun? Jelas-jels kau memanggilku kemari untuk membunuhku. Aku penasaran beneran, kau bego atau memang ini karaktermu?"
"Menyerahlah, Su. Kau tidak akan bisa melarikan diri sekarang."
Tapi saat Rut mendekat, Su tiba-tiba berusaha merebut senjatanya dan pada akhirnya senjata itu tak sengaja meletus dan menggores lengan Padet. Rut sontak memelintir Su yang terus berusaha keras memberontak.
"Kenapa kau melakukan ini, Su?!"
"Karena aku ingin Papa melihat bahwa aku bisa melakukan segalanya lebih baik daripada Papa!"
"Tapi dengan cara menyakiti wanita juga? Jangan sebut dirimu wanita. Orang sepertimu bahkan bukan manusia."
Su tiba-tiba meludahi Suam yang jelas saja langsung mendapat tamparan dari Suam. Dan Su bahkan tidak tampak bersalah sedikitpun.
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam