Sinopsis My Bubble Tea Episode 6 - 1

Jatuhnya gantungan kunci bubble tea di dalam laut yang ternyata ada gelembung sihir itu, kontan membuat Modem dan Light mendadak tidak mengingat satu sama lain. Tapi mereka masih ingat dengan orang-orang terdekat mereka lainnya.


Mereka bahkan mendadak kompak menanyai Wifi tentang satu sama lain dan bingung sendiri saat menyadari mereka sama-sama mengenal Wifi. Apa mereka saling mengenal? Tapi tidak mungkin, mereka sama-sama yakin kalau mereka tidak saling mengenal. Wifi menduga kalau ini pasti terjadi akibat sihir.

Tak lama kemudian, mereka kembali ke tenda-tenda mereka. Modem dan Light masih saja ribut, saling menuduh satu sama lain saling membuntuti lalu masuk ke tenda masing-masing. Yang lain benar-benar heran sama kedua orang itu.


Wifi dan Yogurt lalu membicarakan masalah ini di cafe. Wifi yakin kalau ini pasti ulah sihir gelembung ingatan. Light muncul saat itu dengan kepala pusing dan langsung minta obat sakit kepala sama pemilik cafe.

Pemilik cafe memberinya sebutir. Setelah Light pergi, Bos Cafe langsung tahu kalau mereka tadi pasti pergi ke Pantai Kotor. Ini bukan yang pertama kalinya. Hah?

Bos Cafe lalu bercerita bahwa dua minggu yang lalu ada seorang gadis yang pergi ke pantai itu untuk membuang hadiah dari mantan pacarnya. Gadis itu begitu patah hati saat dia tiba di sana. Tapi setelah membuang hadiahnya, dia tiba-tiba melupakan mantan pacarnya.

Sejak saat itu, banyak orang yang pergi ke sana untuk membuang barang-barang mantan kekasih mereka. Pantai Kotor itu jadi semakin kotor.

Wifi curiga, jangan-jangan Modem dan Light kehilangan kalung mereka di pantai. Tepat saat itu juga, Modem datang sambil menelepon Bos, tapi sinyalnya jelek banget.

Bos Cafe memberitahu bahwa dia tidak bisa menelepon di sini pakai kartu SIM biasa dan langsung menawarkan kartu khusus untuknya.


Yogurt cemas. Kalau terus begini, Modem mungkin akan berakhir dengan Bos. Kasihan Light. Wifi langsung menggebrak meja tak setuju. Itu tidak boleh terjadi! Mereka harus menemukan kalung itu!

"P'Light adalah orang terbaik yang pernah kukenal."

"Itu bagus. Tapi kita harus apa dengan mereka berdua?"

"Tidak usah. P'Modem tidak sebanding dengan Bos. Sementara P'Light, tidak ada yang bisa mengubah pikirannya."

 

Pada saat bersamaan, Ray juga baru tiba di pantai itu tapi malah melihat Light yang berjalan sempoyongan... lalu roboh. Ray cemas. Samar-samar Light melihatnya, tapi pandangannya semakin lama semakin mengabur hingga akhirnya dia benar-benar pingsan.


Modem mesam-mesem bahagia memikirkan mimpinya tentang Bos. Dia bertanya-tanya apakah pria dari masa lalunya adalah Bos? Modem yakin pasti Bos.

Bos tiba-tiba menelepon. Modem langsung mengangkatnya dengan penuh semangat. Bos memberitahu bahwa dewan direksi sudah membuat kesimpulan dan Modem tidak perlu minta maaf, perusahaan yang akan mengurus semuanya. Dia yang akan mengurus segalanya di sini.

Modem jadi tak enak, biar dia selesaikan saja sendiri. Bagaimanapun, ini adalah salahnya. Dia selalu saja menyusahkan Bos.

"Tidak masalah. Aku akan selalu ada di sini saat kau punya masalah. Jangan khawatir."

"Saat kembali ke Bangkok, ada hal penting yang ingin saya katakan." Ujar Modem sebelum kemudian mengakhiri teleponnya dengan bahagia.


Saat Light terbangun, dia malah mendapati dirinya sedang dipijat sama Ray. Light sontak menjerit heboh. Dia siapa? Apa yang dia lakukan padanya?

Ray menegaskan bahwa dia cuma sedang memijat Light. Tadi dia menemukan Light pingsan. Light berterima kasih, tapi dia siapa?

"Ray. Kau tidak ingat aku?"

Light ingat, dia pernah bertemu dengan Ray di depan perusahaan. Tapi tetap saja dia tidak mengenal Ray. Ray santai memberitahunya untuk tidak mencoba mengingatnya. Sntai saja dan biarkan dia memijat Light.

"Tapi sepertinya kau ingin aku mengingatmu. Aku akan memikirkannya, setidaknya itu yang bisa kulakukan untuk membalas budimu."


"Bagaimana kau kuceritakan sebuah kisah sambil kau dipijat? Saat aku masih kecil, ada anak laki-laki yang selalu menemaniku, bahkan saat aku tidak punya siapapun. Aku menyukainya dan kau mirip dengannya. Nama kalian juga sama. Tapi mungkin kau bukan dia."

Ray lalu mengakhiri pijatannya dengan stretching lalu mengajak Light jalan-jalan ke pantai.


Light mengajak Up, Yogurt dan Oor untuk membantunya mencari barang-barang  berharganya Modem dan Light yang terjatuh ke laut. Dia semangat banget dan langsung nyemplung duluan padahal yang lain ogah mengikuti jejaknya. Up dan Yogurt bahkan langsung cari-cari alasan untuk pergi. Cuma Oor yang masih bertahan, tapi dia juga cuma diam di tempat dengan kebingungan.


Duduk santai di pantai, Light bertanya-tanya apakah Ray tidak stres bekerja terus menerus? Ray berkata kalau sekarang dia sedang ganti suasana biar segar kembali dan bisa kembali bekerja.

"Kau pasti sangat lelah. Aku sendiri tidak bisa bekerja dengan orang yang tidak kukenal. Aku bahkan tidak bisa menangani satu orang asing. Jumlah orang asing yang kutemui setiap hari, benar-benar luar biasa. Jangan menyerah. Aku mendukungmu."

Ray tersentuh mendengarnya dan langsung mengulurkan tangan minta bayaran atas pijatannya tadi. Hah? Berapa? Apa bisa ditransfer saja?

Ray geli mendengarnya. Dia tidak menginginkan uangnya Light. "Aku ingin banyak dukungan. Belakangan ini sangat berat."


Light dengan ragu-ragu meletakkan dagunya di telapak tangan Ray dan mencoba bergaya sok imut dengan canggung. "Aku mendukungmu sepenuhnya."

Ray bahagia. "Terima kasih. Kau terlihat seperti kelinci."

"Kurasa aku lebih mirip anjing."


Modem melanjutkan pencarian gelembung sihirnya seorang diri di pantai. Light dan Ray juga sedang jalan-jalan di pantai yang sama sambil bercanda tawa. 

Pada saat yang bersamaan, Wifi akhirnya berhasil menemukan gantungan kuncinya Modem setelah beberapa lama berenang mondar-mandir.

Seketika itu pula Modem dan Light tiba-tiba merasa sakit kepala berbarengan. Dan saat Modem melihat Light, dia tiba-tiba ingat sama Light lagi.

Light pun ingat sama Modem. Tapi Modem jadi cemburu melihat Light bersama Ray dan langsung pergi. Ray penasaran apakah Light pacaran sama Modem sekarang? Yah sudah, dia pergi saja menyusul Modem. Light pun bergegas lari menyusul Modem.


Tapi Modem sengaja menyembunyikan diri di balik tembok, Light jadi kebingungan mencarinya. Modem sungguh tidak mengerti dengan perasaannya sendiri. Bukankah dia tidak menyukai Light? Tapi kenapa dia merasa sangat buruk? Kenapa dia tidak mau melihat Light dan Ray bersama? Kenapa?


Wifi menelepon saat itu, menyuruhnya untuk ke Pantai Kotor soalnya dia hampir menemukan gelembungnya. Menelusuri pantai yang sangat kotor itu, Wifi memberitahukan cerita dari Bos Cafe tadi pada Modem. Wifi yakin kalau ini adalah ulah gelembung ingatan.

Modem menyayangkan pantai yang sangat kotor itu. Padahal ini adalah tempat terbaik untuk melihat matahari terbenam kalau saja bukan karena sampah-sampah ini.

"Benar. Banyak sekali sampahnya. Kalau aku jadi laut, akan kuhukum orang-orang yang membuang sampah di sini."

Ucapannya kontan membuat Modem mengerti. Laut pasti ingin mereka membersihkan sampah-sampah ini. Laut tidak ingin orang-orang membuang sampah padanya, jadi laut menghukum orang yang buang sampah dengan membuat mereka melupakan cinta mereka.

Tapi pada akhirnya hukuman itu malah jadi bumerang untuk dirinya sendiri saat lebih banyak orang yang buang sampah di sini. Karena itulah, mereka harus membersihkan pantai ini dan pastikan tidak akan ada yang buang sampah di sini. Oke! Wifi pun pergi untuk memanggil teman-teman mereka.


Tak lama setelah dia pergi, Light datang dan langsung minta maaf dengan manja. Hari ini entah apa yang terjadi dengannya, dia benar-benar bukan dirinya sendiri, sepertinya ada sesuatu yang merasukinya. Jangan marah, yah.

"Aku tidak marah."

"Jelas-jelas kau marah."

"Aku tidak marah. Sungguh."

"Aku tahu kau marah. Aku bisa tahu dari nada suaramu."

"Sepertinya aku akan marah sekarang."


Light sontak ketakutan dan memohon maaf. Modem beralih topik memintanya untuk membantunya membersihkan pantai ini, biar bersih.

"Bisakah kau berhenti marah kalau aku melakukannya?"

"Iya. Ayo, cepetan."

"Baik, Nyonya."

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments