Sinopsis My Secret Bride Episode 18 - 3

Setelah acara lamaran itu usai, Rut dan Suam duduk bersama di rumahnya Rut sambil membahas masalah anak. Suam mengaku sebenarnya dia ingin punya anak, hanya saja dia takut.


"Aku juga takut. Sejujurnya aku tidak tahu seperti apa keluarga yang sempurna itu."

Suam pernah mendengar orang-orang bilang bahwa keluarga adalah tempat yang paling aman. Tak peduli apapun yang terjadi pada kita, kita masih punya rumah untuk kembali.

"Tapi aku tidak pernah merasa seperti itu. Mungkin aku adalah salah satu minoritas yang berpikir bahwa rumah adalah tempat yang tidak aman."

Mendengar itu, Rut langsung mengecup tangan Suam. "Mulai sekarang, aku akan berusaha menjadi rumah yang aman untukmu."

Terharu, Suam langsung balas mengecup tangan Rut. Dia juga akan berusaha untuk menjadi keluarga yang sempurna untuk Rut walaupun dia tidak tahu seberapa banyak yang bisa dia lakukan.


"Jika kita punya anak, kita harus berusaha membesarkannya sebaik mungkin. Oke? Bagaimana kalau kita mulai sekarang?"

"Hah? Mulai apa?"

"Bikin anak. Kalau cuma tatap-tatapan seperti ini, kita tidak akan bisa punya anak."

Wkwkwk! Suam sebal. Nggak mau! Tunggu sampai mereka nikah dulu. Dia mau pulang saja, tapi Rut dengan cepat menarik Suam ke pangkuannya dan berusaha membujuk Suam untuk bermalam di sini dan jadilah mereka bercanda tawa mesra. Teerak pun senang melihat mereka.


Para tetangga berkumpul di rumahnya Suam untuk menonton berita konferensi pers-nya polisi tentang kasus ini. Tapi saat yang lain serius, Way malah heboh sendiri mengagumi ketampanan Rut. Sontak dia mendapat tabokan dari yang lain.

Rut memulai pidatonya dengan meyakinkan masyarakat bahwa polisi berusaha sebaik mungkin dalam kasus ini demi menegakkan keadilan dan meminta masyarakat untuk percaya bahwa polisi akan berusaha sebaik mungkin untuk membawa kedamaian bagi masyarakat.

Dia mengakui ada banyak rumor terutama tentangnya terkait kasus ini. Karena itulah dia meminta maaf setulus hati. Tapi dia meyakinkan bahwa semua itu adalah bagian misi memberantas kasus ini. Sama sekali tidak ada niatan untuk menutupi atau apapun.


Dia lalu menunjukkan rekaman pembunuhan Cuchai yang kali ini bisa terlihat dengan jelas dari segala arah dan memperlihatkan Sia Ha yang menyuruh Rut untuk memberikan minuman beracun itu ke Cuchai dan saat Sia Ha menembak Cuchai.

Itu adalah video yang didapatnya dari Bpenneung. Pulpen yang pernah diberikan Bppeneung itu ternyata ada kamera tersembunyinya. Dan dia memberikan itu atas permintaan mantan istrinya dan demi mendiang putra mereka.

 

Rut meyakinkan bahwa para penjahat itu telah dihukum sesuai hukum yang berlaku. Tapi dia menyadari pasti banyak masyarakat yang merasa kecewa dan marah dengan fakta bahwa dia adalah keponakannya Direk.

"Karena itulah saya akan bertanggung jawab atas kesalahan ini... dengan mengundukan diri dari kepolisian."

Semua orang shock mendengarnya. Sersan langsung heboh berusaha mencegah Rut dan Suam tiba-tiba menangis. Teerak prihatin melihatnya, apa Suam mengkhawatirkan Rut?


Tapi Suam malah menyangkal sambil terus menangis. "Khun Rut baik-baik saja. Tapi aku... aku... aku..."

"Ada apa?"

"Aku tidak jadi nyonya polisi! Hiks! Kenapa, Khun Rut? Kenapa?! Hiks!"


Rut lalu pergi menemui Direk di penjara. Direk kaget sekaligus bersyukur melihatnya masih hidup. Meski dia akui, dia memang pernah mengharapkan Rut untuk mati. Dia pernah bertanya-tanya kenapa Rut tidak mati bersama ayah dan ibunya.

Seumur hidupnya dia selalu merasa sakit hati karena tak peduli sebaik apapun dia, tak peduli berapa banyak kesuksesan yang didapatnya, tapi keluarganya tak pernah sekalipun memuji kesuksesannya.

"Waktu aku kecil, Ayah pernah memberitahuku bahwa Paman adalah orang yang cakap dan polisi yang baik, polisi yang sangat hebat. Ayah tidak akan pernah bisa secakap Paman. Kakek sangat bangga pada Paman."


Direk tercengang mendengarnya, merasa bersalah seketika. "Kakekmu bangga padaku? Aku tak pernah tahu. Selama ini aku terperangkap dalam kebencianku. Benci karena ayahku tidak pernah menyayangiku. Benci karena kakakku selalu lebih unggul dariku dalam segala hal."

Jujur dia akui dia sangat senang saat ayah dan ibunya Rut mati. Dia bahkan sengaja membesarkan Rut agar dia merasa lebih rendah daripada Da. Dia merebut dan menjual semua warisan ayahnya Rut karena dia tak ingin ada satupun barang peninggalan kakaknya tertinggal di dunia ini. Dunia yang tak pernah adil padanya ini.

Rut kecewa mendengar semua pengakuannya. Tapi bagaimanapun, dia tetap berterima kasih setulus hati padanya. Karena selama ini Direk telah membesarkannya dengan baik biarpun Direk membencinya.


"Sejak ayah dan ibuku meninggal, hanya Paman satu-satunya yang dia miliki. Terima kasih karena tidak membuangku. Paman sudah berusaha yang terbaik."

"Aku sudah bersalah pada semua orang, Rut. Dan sekarang, Darika mungkin mendapatkan karma atas perbuatan ayahnya. Dia mungkin akan dibuang sama suaminya. Ayahnya dipenjara, Da tidak punya siapapun. Semuanya salahku!"

"Paman, aku tidak akan mencampakkan Nong Da. Darika adalah adikku. Aku akan menjaganya, aku janji."

Direk menangis mendengarnya. "Terima kasih, Rut."


Sia Ha sekarang jadi sasaran buli para narapidana lain. Saat mereka antri makan, salah satu narapidana dengan sengaja menjegalnya sehingga dia tersungkur dan makanannya berhamburan ke tanah.

Sia Ha sontak kesal, tapi sekarang dia sama sekali tak berdaya menghadapi para tahanan lain yang lebih menyeramkan daripada dirinya. Dia bahkan terpaksa mengambil kembali makanannya yang sudah berceceran dan sontak diketawai para narapidana lain.

Bahkan tak ada satupun yang mau dekat-dekat dengannya. Tiba-tiba dia melihat penampakan Cuchai yang mengulurkan bakpao padanya sambil tersenyum seperti saat mereka remaja dulu.


Sia Ha sontak menangis. "Aku merindukanmu. Aku sangat merindukanmu. Maafkan aku. Aku tidak bermaksud membunuhmu. Maafkan aku. Kau mengerti, kan? Apa yang kupikirkan. Aku hanya ingin orang-orang yang menindas kita mendapatkan balasan mereka dan membuat mereka jadi anjing jalanan seperti apa yang mereka lakukan pada kita! Memangnya aku salah? Apa salahku?! Kau mengerti aku, kan?"

Para narapidana lain tidak mengerti apa maksudnya dan jadi kesal mendengar kegilaannya hingga mereka langsung melemparinya dengan makanan. Melihat itu, Bpenneung langsung duduk di hadapannya dan sinis mengingatkan bahwa sekarang kondisi Sia Ha jauh lebih buruk daripada anjing jalanan.

Direk tak bisa berhenti memikirkan segala dosa-dosanya hingga akhirnya dia membuat keputusan untuk mengakhiri hidupnya sendiri saat itu juga di sel penjaranya.


Sersan berusaha membujuk Rut untuk kembali menempati posisinya. Dia tidak perlu merasa bertanggung jawab apalagi mengundurkan diri, para penjahat itu sudah mendapatkan hukuman mereka.

Tapi Rut tetap merasa tak nyaman karena setiap kali mendengar namanya, orang-orang pasti akan teringat pamannya. Rut hanya ingin orang-orang melupakan pamannya dan bukannya mengutukinya seperti ini.

Tiba-tiba dia mendapat telepon penting. Ternyata Su berniat bunuh diri dengan overdosis, tapi sekarang sudah berhasil diselamatkan.


Suam memberitahu para tetangganya tentang masalah itu. Tapi Suk tidak mengerti. Dia mau bunuh diri atau apa, kenapa malah suaminya Suam yang dipanggil ke rumah sakit?

"Mungkin karena dia sudah tidak punya siapa-siapa lagi, P'."


Su terbangun tak lama kemudian dan dengan wajah melasnya bertanya kenapa Rut tidak membiarkannya mati saja. Dia sudah tidak punya siapapun lagi sekarang.

"Jangan bilang begitu, Su. Kau masih punya dirimu sendiri. Kau harus menjaga dirimu sendiri dengan baik. Kalau kau tidak bisa, katakan saja padaku."

Su langsung mengulurkan tangan dan meminta maaf atas segala hal terjadi. Saat Rut datang bersama Suam keesokan harinya, Su berterima kasih pada mereka berdua yang masih mau berteman sama mereka.

Rut percaya-percaya saja padanya, apalagi Su juga selalu baik padanya selama ini. Tapi Suam diam-diam mual, sama sekali tidak percaya dengan kepalsuannya.

Su meminta maaf pada Suam atas apa yang terjadi sebelumnya. Dia beralasan kalau dia begitu karena stres terkait ayahnya dan juga Rut. Tapi mulai sekarang, dia akan merelakan segalanya. Bisakah mereka memulai segalanya dari awal?


Suam diam saja, tapi Su yang terus nyerocos meminta mereka untuk membiarkannya menjadi desainer baju pengantinnya Suam sebagai ungkapan terima kasih. Suam tidak setuju dan menolak dengan sopan, dia dan Rut tidak akan mengadakan acara resepsi besar-besaran kok.

Tapi Su ngotot memaksa mereka untuk mengadakan resepsi sambil mengkritik sikap Rut yang memperlakukan Suam seolah dia wanita yang tidak punya latar belakang keluarga yang jelas. Rut harus mengadakan resepsi uang sesuai dengan reputasi Suam. Dia bahkan membujuk Suam untuk melakukannya saja dengan alasan Suam bukan wanita jalanan.

Rut langsung luluh. "Aku tidak masalah, terserah pengantinku saja."

Suam sontak menatapnya kesal. Su langsung tanya Suam mau baju pengantin seperti apa? Tak punya pilihan, akhirnya Suam request baju pengantin yang sederhana saja, polos dan tidak mewah.

Bersambung ke part 4

Post a Comment

0 Comments